Jadi setelah sekian lama akhirnya saya menyambangi juga salah satu kota di Bali yang dikenal nama Ubud. Ini adalah kali pertama saya mengunjungi Ubud secara khusus. Biasanya sih saya cuma numpang lewat ketika iseng mau menyegarkan diri di Kintamani. Bukannya saya tidak tahu tentang kota ini, atau tidak tertarik dengan Ubud lho. Cuma karena kota kecil di bali tengah ini begitu spesial, jadi saya sengaja menyimpannya untuk salah satu moment yang spesial juga.
Buat honeymoon misalnya… Err… Kapan ya saya bisa honeymoon? *toyor kepala sendiri*
Sayangnya kemarin saya menginjakkan kaki di Ubud bukan karena HONEYMOON! Tetapi karena sedang mengikuti perlombaan The Extreme Journey, dimana saya harus naik sepeda dari Sanur hingga Git – Git sebagai tempat finish, melewati kota kecil Ubud karena harus menyelesaikan beberapa tantangan. Lumayan bikin capek deh pokoknya, tapi seru! ^^

Wow! Jauh ya? Sanur – Ubud – Git Git…. Enggak kurang jauh lagi itu? Iya, lumayan bikin capek, tapi saya sangat bersemangat karena akan melewati Ubud dengan sepeda. Sebelumnya saya sudah banyak mendengar kalau Ubud itu mempunyai banyak jalur yang bikin mata dan hati adem jika dijelajahi dengan bersepeda. Nah! Sekarang saya akan membuktikan cerita yang banyak saya dengar sebelumnya itu.
Tapi, apakah benar sih, Ubud itu surganya para pecinta gowes? *Semoga, enggak dinyiyirin karena pake kata surga di tulisan saya~~ Lanjut!*
Dari pengalaman singkat saya, Ubud cakepnya memang bukan cuma isapan jempol saja teman – teman! Udara segarnya, sawah menghijau yang berada di kanan kiri jalan tidak berhenti menghibur pikiran saya sejak memasuki kota kecil ini. Rasa capek enggak begitu terasa kalau sepanjang jalan disuguhi lansekap ubud yang begitu menggoda hati, hampir di semua rute yang saya lewati.
Kalau tidak salah saya memasuki Ubud dari Lodtunduh, setelah mampir sebentar ke desa pengrajin atap dari alang – alang. Melewati Lodtunduh yang bukan jalur utama adalah salah satu pilihan tepat jika bersepeda di Ubud sambil menikmati jalur dengan pemandangan sawah di kanan – kirinya.
Pun sebenarnya ada banyak jalur yang bisa dilewati untuk menuju ubud, yang tentunya semua jalur ramah untuk pengendara sepeda. Pembedanya adalah jalur utama biasanya lebih ramai dilewati oleh bus pariwisata. Jadi level kenyamanan bersepeda dan pemandangan yang bisa dilihat bakal sedikit berbeda.


Semua jalur yang ada di Ubud pun tipikal lansekapnya mirip satu sama lain. Lansekap ubud kebanyakan adalah berbukit, dengan tanjakan yang kadang bikin saya bingung… Iya, membuat saya bingung antara saya bakal kuat mengahyuh setiap tanjakan yang ada sampai ujung, atau turun dan kemudian mendorong sepeda sambil berjalan kaki. Hehee!
Di Ubud ada juga Monkey Forest destinasi yang tidak bisa dilewatkan ketika bersepeda ke Ubud. Saran saya, usahakan datang lewat jalur belakang Monkey Forest, berfoto sebentar dengan patung monyet besar yang ada di pintu masuk bagian belakang atau monyet aslinya yang selalu pecicilan enggak bisa diam. Baru kemudian bisa dilanjutkan menyusuri jalur melewati hutan kecil yang berada di samping Monkey Forest.
Ujung jalur tadi adalah bagian depan dari Monkey Forest yang terlihat lebih “turis”. Karena disitulah sebenarnya pintu masuk yang umum ketika datang ke tempat ini. Disana saya juga sempat ditanya seorang turis,
“Hey man, dimana saya bisa menyewa sepeda? Apakah sepedamu bisa disewa?” Kata seorang turis, yang kemungkinan dari India itu.
……
Saya ada tampang orang yang biasa nyewain sepeda kah? Apa karena saya selalu mengalungkan sarung di leher selama kompetisi The Extreme Journey?
Baiklah, Pengalaman lucu ini mungkin tidak bisa saya dapatkan kalau tidak nyasar ke Monkey Forest dari jalur belakang. Iya, jadi bisa dibilang sebenarnya saya itu nyasar, karena datang dari pintu belakang yang tidak umum buat turis. Memang ini adalah kali pertama saya mengunjungi Monkey Forest. Jadi mohon dimaklumi kalau saya datangnya nyasar. Yang penting saya tahu arah kemana saya harus pulang~~

Ubud sendiri enggak cuma Monkey Forest saja, masih ada bagian tengah kota yang juga asik untuk dijelajahi dengan bersepeda. Namun sepertinya sore hari ubud bagian kota agak kurang nyaman untuk dijelajahi dengan sepeda. Kemacetan sepertinya juga sudah menginfeksi sebagian dari kota ini. Meskipun belum terlalu parah jika dibandingkan dengan kota lainnya. Lagipula, pemandangan kota selalu sedikit berbeda dengan pinggirannya yang cenderung lebih sepi.
Tidak bisa dibandingkan memang, jalanan kota dengan yang ada di pinggiran. Apalagi kenikmatan bersepeda di Ubud adalah ketika mengayuh sepeda dengan santai sambil menikmati pemandangan segar dikiri kanan jalan.
Misalnya, coba bersepeda ke arah Desa Petulu kalau ingin menikmati pemandangan khas pedesaan Bali, sambil mengamati burung berwarna putih yang belakangan saya ketahui bernama “Burung Kokokan”.
Seharusnya berfoto dengan burung tadi adalah tantangan bonus, tapi kata penduduk setempat burung tersebut akan muncul menjelang sore hari saja. Jadi, jangan datang ketika pagi hari seperti saya kalau tidak mau pulang dengan tangan hampa.
Bisa juga menyusuri jalan Tegallalang untuk melihat suasana bali yang masih sepi dan asri. Tapi ingat, mencari makanan disana akan begitu susah. Selain jarang orang yang menjual makanan, ketika ada hari besar di Bali seperti Galungan atau Kuningan, akan lebih banyak yang meliburkan diri. Anyway, melewati jalan manapun, yang jelas Ubud ini memang salah satu tempat di Bali yang paling pas untuk di jelajahi dengan sepeda.
Entahlah Ubud memang menyenangkan. Sampai – sampai dua hari bersepeda menyusuri Ubud, dengan beban menyelesaikan beberapa tugas tantangan lomba itu sangat kurang sekali! Untuk selanjutnya saya pasti akan menyediakan waktu khusus untuk menyusuri jalanan Ubud yang menyenangkan dari ujung ke ujung. Nah ada yang mau ikutan saya keliling Ubud dengan Sepeda? :D

Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.
Beneran itu nyepeda dari Sanut ke Git-Git? Jaraknya kan hampir 70-an km dengan rute Sanur – Ubud – Bedugul – Git-git kan tanjakan semua?
Iya, rutenya itu, tapi pas udah sampe kintamani disuruh balik ke ubud lagi sama panitia -.-
Keren tuh keliling Ubud naik sepeda.
Betul-betul extreme journey
Capek mas huahaha, sumpah, baru pertama kali itu sepedaan sampe 50 an km lebih :D
Gila… sampe 50 km sepedaan? gak bengkak betisnya mas?
Btw, aku pengen deh diajak ke bali. :D