Ya sejak dulu, Keraton Yogyakarta selalu menjadi destinasi favorit saya ketika berkunjung ke Kota Gudeg Jogja, baik ketika eksplore sendiri atau menggunakan jasa tour guide lokal.
Berapa kalipun berkunjung, sepertinya saya tidak akan pernah bosan, karena memang tempatnya berkesan.
Jadi kalau kamu liburan ke Jogja, bukan cuma pantai di Jogja saja yang menarik buat dikunjungi.
Jangan lupa mampir ke Keraton Jogja ini juga ini ya.
Daftar Isi
Sejarah Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta adalah istana kekaisaran yang terletak di Jogja, Indonesia.
Istana ini merupakan pusat dari Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat yang merupakan salah satu pusat pemerintahan monarki di Jawa yang telah berusia lebih dari 250 tahun.
Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-17 yang berusat di Kota Gede berlokasi di tenggara kota Yogyakarta saat ini, lalu kemudian pindah ke Kerta, Plered, Kartasura dan Surakarta.
Namun, akibat intervensi Belanda, kewibawaan dan kedaulatan Mataram semakin terganggu hingga timbul gerakan anti penjajah di bawah pimpinan Pangeran Mangkubumi.
Dibawah pimpunan Pangeran Mangkubumi dikobarkan perlawanan terhadap belanda, hingga kemudian berujung perlawanan tersebut diakhiri dengan keberadaan Perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari
Perjanjian Giyanti ini adalah sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Perjanjian Giyanti ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 yang menjadikan Surakarta Hadiningrat dipimpin oleh Susuhunan Paku Buwono III, dimana Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat – atau lazim dikenal dengan Yogyakarta – dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.
Video tour guide keliling keraton Yogyakarta sendirian.
Sampai sebelum kemerdekaan Indonesia, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah negara berdaulat yang memiliki daerah kekuasaan sendiri.
Hingga pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadi perubahan besar saat lahirnya Republik Indonesia.
Pada waktu itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang merupakan Raja Yogyakarta memberikan ucapan selamat atas berdirinya republik baru tersebut kepada para proklamator kemerdekaan.
Dukungan terhadap republik Indonesia juga semakin penuh manakala Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII mengeluarkan amanat.
Amanat yang dibuat pada tanggal 5 September 1945 menyatakan bahwa wilayahnya yang bersifat kerajaan sekarang adalah bagian dari Negara Republik Indonesia.
Menerima amanat tersebut maka Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno, menetapkan bahwa Sultan Hamengku Buwono dan Adipati Paku Alam merupakan dwi tunggal yang memegang kekuasaan atas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selain itu, status keistimewaan tersebut semakin kuat setelah disahkannya Undang-Undang nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY.
Dengan demikian, diharapkan agar segala bentuk warisan budaya di Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dapat terus dijaga dan dipertahankan kelestariannya.
Selain sejarahnya tersebut, Keraton Yogyakarta juga menjadi salah satu tempat wisata yang populer dan terkenal di Jogja.
Video tour guide keliling keraton Jogja sendirian bagian 2
Wisatawan dapat mengunjungi istana ini dan melihat keindahan arsitektur dan sejarah yang dimilikinya.
Di sekitar Keraton Yogyakarta terdapat beberapa bangunan yang memiliki makna historis dan filosofis yang tinggi.
Beberapa bangunan tersebut antara lain:
- Siti Hinggil: Bangunan ini merupakan tempat dimana Sri Sultan Hamengkubuwono I memperoleh gelar kekaisaran. Siti Hinggil juga merupakan tempat dimana para sultana dan keluarga kerajaan bertemu.
- Alun-Alun Lor: Alun-Alun Lor merupakan tempat yang digunakan untuk upacara-upacara kerajaan, seperti pernikahan dan pelantikan sultan.
- Kepatihan: Kepatihan merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal para patih atau pejabat kerajaan.
- Panggung Krapyak: Panggung Krapyak merupakan tempat dimana wayang kulit dan tari-tarian tradisional dipertunjukkan.
- Taman Sari: Taman Sari Jogja merupakan taman air yang terdiri dari beberapa bangunan, seperti kolam renang, teras, dan gedung-gedung lainnya. Taman Sari merupakan tempat rekreasi bagi para sultana dan keluarga kerajaan.
- Masjid Agung: Masjid Agung merupakan masjid terbesar di Keraton Yogyakarta. Masjid ini dibangun pada tahun 1773 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono III.
- Bangsal Kencono: Bangsal Kencono merupakan tempat dimana Sri Sultan Hamengkubuwono I meninggal. Bangsal ini juga merupakan tempat dimana para sultan dikebumikan.
Keraton Yogyakarta merupakan salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi saat berkunjung ke Yogyakarta.
Wisatawan dapat mengunjungi istana ini dan melihat keindahan arsitektur dan sejarah budaya Jawa.
Selain itu, wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai pertunjukan seni dan budaya yang dipertunjukkan di dalam istana ini.
Jadi, jangan lupa untuk mengunjungi Keraton Yogyakarta saat Anda berkunjung ke Jogja.
Mengunjungi Keraton Yogyakarta, Apakah Perlu Menggunakan Jasa Tour Guide?
Kalau kamu ingin menikmati sendiri berlama lama, nggak perlu pake tour guide.
Namun kalau kamu ingin tahu lebih dalam terkait keraton, ya sebaiknya pakai jasa tour guide saja.
Namun yang pasti, setelah melewati gerbang utama Keraton Yogyakarta, saya seakan terbawa ke masa lampau.
Zaman dimana sultan dan raja raja penguasa kerajaan di indonesia masih begitu berjaya.
Pun, kini ratusan tahun sesudahnya, sisa – sisa masa kejayaan tersebut masih begitu terasa.
Bahkan sepertinya Keraton Yogyakarta adalah destinasi wisata paling seksi di kota Jogja ini.
Tidak hanya turis lokal dan traveler gembel seperti saya yang datang ke sini, tetapi juga bule dari mancanegara.
Dulu saya selalu berkunjung ke Keraton Yogyakarta dalam grup.
Entah grup ketika study tour waktu SMP atau ketika diajak ibuk saya sebagai wali kelas yang menemani grup study tour murid – muridnya.
Sekarang, ketika saya datang berkunjung sendirian, saya jadi bingung.
Karena tidak tahu dimana beli tiket masuknya, dan harganya berapa. *efek traveling tanpa rencana ya gini deh*
Menembus Waktu, Menikmati The Living Museum Keraton Yogyakarta
Tempat pembelian tiket masuk ternyata ada di dekat gerbang utama keraton, perhatikan juga kalau pembelian tiket untuk turis lokal dan mancanegara dipisah.
Jangan sampai salah seperti saya, dengan pedenya bilang
“Pak, tiketnya satu berapa? Kalau Bawa kamera tambah berapa pak?”
“Mas e dari mana?” Si bapak malah balik bertanya.
“Saya dari Bali pak” Jawab Saya.
“Oh, dari Bali toh, beli tiketnya di sebelah sana mas, lebih murah mas e. Kalau disini buat turis asing” sahut si bapak penjaga loket.
Doh! ternyata saya salah tempat, saya tanya di tempat penjualan tiket masuk untuk turis asing.
Gini nih kalau sudah lama nggak ke keraton, dan ngide gak pake jasa tour guide lokal.
Langsung deh saya ngacir ke tempat pembelian tiket untuk turis lokal setelah mengucapkan terima kasih kepada bapak tadi.
Ternyata harga tiket masuk Keraton Yogyakarta pun cuma Rp. 8000 ditambah Rp. 1000 untuk ijin kamera.
Mungkin sebelum liburan kesini bisa baca-baca dulu panduan liburan ke Jogja biar gak bingung.
(Baca Juga : Mesin Waktu Itu Bernama Ullen Sentalu)
Bagian Dalamnya Cukup Luas
Masuk kedalam area Keraton Yogyakarta, kesannya terasa lebih luas jika dibandingkan kunjungan saya yang terdahulu.
Memang saya sudah lama sekali tidak berkunjung ke tempat ini, meskipun sering liburan dan menginjakkan kaki di Kota Gudeg Jogja.
Dan Kali ini saya sengaja mengalokasikan waktu untuk menikmati Keraton Yogyakarta, sambil bernostalgia mengenang masa kecil dulu.
Benar saja, ketika baru masuk ke dalam area Keraton Yogyakarta, saya sudah disuguhi oleh pertunjukan wayang kulit.
Sepertinya saya datang di waktu yang pas.
Dari informasi yang saya dapatkan, memang setiap sabtu biasa diadakan pertunjukan wayang kulit di Bangsal Srimanganti.
Saking senengnya karena sudah lama sekali tidak menyaksikan pertunjukan wayang kulit, saya pun berhenti sejenak untuk menyaksikannya.
Dulu saya sering diajak nonton wayang kulit sama ayah saya, dan seringnya nonton pada waktu malam hari dengan cerita wayang yang berbeda beda.
Kebetulan pertunjukan di Keraton Yogyakarta kali ini dimainkan siang hari, dan dalang sedang memainkan lakon karakter Petruk, Semar, dan Gareng.
Biasanya jika mereka muncul cerita yang dimainkan pasti cerita lawak atau dagelan.
Sayang saya kurang bisa mengerti apa yang diucapkan oleh si dalang di Keraton Yogyakarta ini, karena dia menggunakan Bahasa Jawa halus khas Jogja.
Memang sih, saya orang Jawa asli, tetapi sepertinya kemampuan berbahasa Jawa halus saya semakin lama semakin berkurang saja. *hiks* *malu deh*
Ada Pertunjukan Wayang Kulit, Dan Barang Koleksi Keraton Yang Bersejarah
(Baca Juga : Transformasi Sebuah Benteng Vredeburg)
Yang menarik dari Keraton Yogyakarta tidak cuma pertunjukan wayang kulit-nya saja, ada banyak hal yang bisa dinikmati di dalamnya.
Bisa dibilang keraton ini adalah sebuah living museum satu – satunya yang ada di Jogja Indonesia.
Karena didalamnya banyak terdapat beberapa ruangan yang khusus menyimpan koleksi benda antik.
Uniknya sampai sekarang aktifitas keraton masih berjalan seperti dahulu.
Tiap ruangan tadi di jaga oleh seorang abdi dalem keraton dengan tampang serius.
Tapi tenang saja mereka sebenarnya baik kok, kita juga bisa foto bareng dengan mereka.
Selain itu beberapa abdi dalem ini ada juga yang bisa di jadikan guide yang menemani petualangan kita di dalam Keraton Yogyakarta.
Beberapa area yang saya kelilingi adalah Area Gedhong Kaca (Museum HB IX) dan Kasatriyan.
Keduanya adalah tempat dimana banyak koleksi Keraton Yogyakarta tersimpan.
Seperti beberapa piagam penghargaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang diberikan oleh pemerintahan Indonesia.
Di area Gedhong Kaca juga, saya jadi tahu kalau sultan mempunyai hobi fotografi.
Terlihat dari beberapa koleksi kamera antik dan buku – buku fotografi yang di pamerkan ditempat ini.
Mulai Dari Kamera Antik, Hingga Berbagai Macam Koleksi Sultan Ada Disini
(Baca Juga : Balada Prawirotaman, Kampung Turis Di Yogyakarta)
Sedangkan di Kasatriyan tersimpan bermacam – macam benda antik yang sebagian besar berasal dari era kolonial.
Benda seperti Jam antik, dan Berbagai Macam jenis Baju tradisional yang biasa dipakai ketika ada kegiatan khusus di Keraton Jogja pun ditampilkan dengan rapi disini.
Ada juga ruangan khusus yang seharusnya menampilkan koleksi lukisan keraton, tetapi ketika saya masuk untuk melihat – lihat, banyak tempat lukisan yang kosong.
Mungkin karena bersamaan dengan acara Grebeg Sekaten, ada beberapa koleksi yang diambil untuk ditampilkan di acara itu.
Untuk ukuran living museum, Keraton Yogyakarta adalah yang terbaik dimasanya.
Semoga keaslian dari tempat ini tidak akan pernah dimakan zaman, lebih bagus lagi kalau ditambahkan informasi tertulis dari tiap koleksi keraton.
Tentunya penambahan tersebut akan banyak membantu pengunjung untuk lebih mengetahui tentang seluk beluk Keraton Yogyakarta lebih dalam.
Nah, asik bukan!? Tertarik juga!??
(Baca Juga : Mengagumi Candi Ijo Sekaligus Lansekap Yogyakarta Dari Ketinggian)
Jam Buka Keraton Yogyakarta
Untuk jam buka untuk kunjungan wisatawan, terutama bagian dalam keraton Jogja adalah dari jam 08.30 – 13.00 WIB.
Dimana pada hari dan jam tertentu akan diadakan pertunjukan menarik yang diadakan di dalam keraton seperti:
- Pertunjukan show Wayang Golek diadakan pada hari Rabu pada jam 09.00-12.00 WIB
- Pertunjukan show Wayang Kulit diadakan pada hari Sabtu pada jam 09.00-13.00 WIB
- Pertunjukan show Gamelan diadakan pada hari Senin dan Selasa pada jam 10.00-12.00 WIB
- Pertunjukan show Tarian diadakan pada hari Minggu dan Kamis pada jam 19.00-12.00 WIB
Video Pertunjukan Wayang Kulit Di Keraton Jogja
Wayang Kulit Show, at Keraton Yogyakarta. The story presented by the dalang as the puppeteer as well as the storyteller will bring you into being one of the characters in the story. You will soon learn the greatness of Javanese culture in the past.
Kamu pernah nonton pertunjukan Wayang Kulit?
Kalau beruntung, biasanya kamu bisa melihat Wayang Kulit di Keraton Yogyakarta.
Seperti yang sempat saya abadikan ini misalnya.
Berapa Harga Tiket Masuk Ke Keraton Yogyakarta Di Tahun 2024?
Harga tiket masuk ke dalam keraton Yogyakarta ini cukup murah dengan daftarnya sebagai berkut:
- Tiket masuk wisatawan mancanegara IDR 15.000
- Tiket masuk wisatawan domestik IDR 8.000
Selain biaya tiket masuk, kamu juga perlu membayar tour guide Keraton Yogyakarta kalau menggunakan jasa mereka.
Harga tour guide tadi bervariasi, namun saya pernah menggunakan jasa tour guide yang mengantarkan keliling bagian dalam keraton Jogja dengan harga jasa IDR 50.000 untuk keliling selama 1 jam.
Alamat Dan Cara Pergi Ke Keraton Jogja
Ada banyak cara untuk pergi ke Keraton Jogja.
Mulai dari naik becak, ojek, taksi hingga naik sepeda motor sendiri seperti yang saya lakukan.
Kali ini saya pergi ke Keraton Jogja lewat Jalan Malioboro!
Mumpung lagi nggak macet bro!
Untuk alamat dan lokasi Keraton Yogyakarta adalah Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta ( Lokasi di Peta )
Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.
Saya gak sempat keliling banyak di Museum Keraton setahun yang lalu karena terbatasnya waktu.
Semoga kelak bisa berkunjung lagi kemari. Bener2 menarik.
Walaupun besok ke Jateng, saya hanya ke Ungaran saja tuh he he.
Trims Mas.
Salam kenal :)
heheee, iya, semoga dapat kesempatan untuk bekunjung ke rumah sultan yogya tuh :D salam kenal juga :D
haha sama saya juga dulu ga tahu tiketnya berapa gra2 ikut tour, sampai sekarang pun ga tahu.. dan baru tahu, cukup murah ternyata:D
ya gitu kalau ikut tur, taunya sampe aja :D
Wah kpengen dari dulu berkunjung ke sana..
ada yang tau gak kira-kira dari Bandung ke Keraton Jogjakarta jika menggunakan kendaraan umum ongkosnya kisaran berapa ??
mungkin sekitar 160-200 ribu kalau naik malabar atau mutiara selatan :) dengan catatan jalan kaki dari stasiun tugu sampai keraton yogyakarta :)
saya juga orang jawa, dan pernah sekali nonton pagelaran wayang pas di keraton itu. kayaknya bahasanya bukan bahasa alus lagi, tapi bahasa wayangan. dan itu kadang cuma orang-orang tua aja yang ngerti :D
oh iya, selain wayang. ada juga lho pagelaran yang lain. tiap hari ada. seingatku kalo sabtu ada tari.
Lhoo? ada tari juga yak XD berarti harus kesana sabtu deh :D
Mas Fahmi tidak menggunakan Guide ya?
Jika menggunakan guide, pengalamannya pasti lebih seru. Semua diceritakan mulai dari arti filosofis dan penggunaan seragam prajurit dan busana keraton, sampai nama raja-raja.
Dari situ saya tahu, Hamengkubuwono VII adalah sutan paling kaya, karena berhasil mendirikan 17 Pabrik Gula, hingga dijuluki “Sutan Sugih” / “ingkang dipersugih”. Dalam bahasa indonesia, artinya sutan kaya.
Dan memiliki istri paling banyak istri. Jumlahnya 18 istri
mas, coba kalo bisa ngefoto salah satu abdi dalem nya keraton gitu lagi ngapain. jadi penasaran pengen solo backpacking ke Jogja nih :)
hahah, iya, ada sih foto abdi dalem, tapi nggak aku publish :D main-main aja ke yogya! keren banget kota ini :D