Liburan ke Yogyakarta, wajib mampir ke Benteng Vredeburg tempat wisata sejarah di dekat Jalan Malioboro Jogja ini ya! Kali ini travel blog Indonesia catperku.com akan membahas mengenai museum keren ini, termasuk harga tiket masuk, sejarah dan keunikan dari tempat ini.
Sudah lebih dari 2,5 abad Benteng Vredeburg berdiri kokoh di tengah kota Yogyakarta. Selama itu pula, bangunan ini menjadi saksi bisu berbagai macam peristiwa bersejarah.
Sejak pertamakali berdiri pada tahun 1760 satu per satu peristiwa penting terjadi disini. Ijin awal Belanda (VOC) mendirikan Benteng Vredeburg adalah untuk pengamanan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya.
Meskipun sebenarnya tujuan pembuatan ini yang sebenarnya adalah untuk mengawasi Keraton Yogyakarta, jika suatu saat sang sultan Yogyakarta berpaling dan kemudian menentang Belanda. Lokasi benteng yang berada pada jarak tembak meriam ke keraton memperjelas maksud tersembunyi dari VOC.
Benteng ini pun juga sering berganti penguasa. Mulai dari pendirinya sendiri yaitu Belanda, Thomas Stamford Raffles ketika Inggris berkuasa, hingga masa pendudukan Jepang pada tahun 1942 – 1945. Bangsa indonesia pun juga pernah memanfaatkan benteng ini sebagai markas pada masa Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948).
Daftar Isi
Sejarah Benteng Vredeburg: Dari Benteng Strategis hingga Ikon Perdamaian
Benteng Vredeburg adalah salah satu situs bersejarah yang sangat penting di Yogyakarta. Benteng ini menyimpan banyak cerita tentang masa lalu Indonesia, terutama mengenai kolonialisme Belanda dan perlawanan bangsa Indonesia. Dibangun pada abad ke-18, benteng ini awalnya berfungsi sebagai benteng pertahanan kolonial, namun seiring berjalannya waktu, peran dan fungsinya terus berubah hingga akhirnya menjadi museum perjuangan. Nah, mari kita ulas lebih dalam tentang sejarah dan fungsi penting dari Benteng Vredeburg ini.
Awal Mula Berdirinya Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg didirikan pada tahun 1760 atas perintah dari Sultan Hamengku Buwono I. Meskipun Sultan menyetujui pembangunan benteng ini, sebenarnya ada kekhawatiran dari pihak Belanda mengenai kemajuan dan perkembangan Keraton Yogyakarta. Menurut situs kebudayaan.jogjakota.go.id, pembangunan benteng ini didalihkan oleh Belanda sebagai upaya untuk menjaga keamanan Keraton, namun di balik itu, tujuannya adalah agar Belanda bisa lebih mudah memantau dan mengontrol semua aktivitas di Keraton.
Dengan letaknya yang strategis—hanya berjarak satu tembakan meriam dari Keraton dan menghadap langsung ke jalan utama—benteng ini jelas bukan hanya sekadar “penjaga keamanan”. Benteng ini juga digunakan sebagai strategi intimidasi oleh Belanda. Jika sewaktu-waktu Sultan memutuskan untuk memusuhi Belanda, benteng ini sudah siap digunakan untuk menyerang.
Pada awalnya, Benteng Vredeburg dibangun dengan sangat sederhana. Tembok-temboknya terbuat dari tanah, ditopang oleh tiang-tiang kayu pohon kelapa, dan beratap ilalang. Benteng ini berbentuk persegi dan memiliki bastion (menara pengintai) di setiap sudutnya. Dengan bentuk ini, Belanda bisa dengan mudah memantau Keraton Yogyakarta dari berbagai sisi.
Pembangunan Kembali dan Pergantian Nama
Namun, karena alasan keamanan, Belanda merasa perlu untuk membangun benteng ini secara permanen. Pada tahun 1767, dimulailah pembangunan benteng permanen di bawah pengawasan arsitek Belanda bernama Ir. Frans Haak. Pembangunan ini bertujuan agar benteng menjadi lebih kokoh dan tahan lama, terutama dalam menghadapi ancaman dari luar.
Setelah selesai dibangun pada tahun 1867, benteng ini diberi nama “Rustenburg”, yang dalam bahasa Belanda berarti “Benteng Peristirahatan”. Sayangnya, benteng ini tidak bertahan lama karena pada tahun yang sama, gempa besar mengguncang Yogyakarta dan menyebabkan benteng ini runtuh. Tidak menyerah, Belanda kemudian membangun kembali benteng tersebut, namun kali ini dengan nama baru, yaitu “Vredeburg” yang berarti “Benteng Perdamaian”. Nama ini diberikan sebagai simbol perdamaian antara Belanda dan Keraton Yogyakarta, meskipun fungsi aslinya tetap sebagai benteng pengawas.
Peristiwa Sejarah yang Terjadi di Benteng Vredeburg
Selama ratusan tahun, Benteng Vredeburg menjadi saksi berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, terutama di wilayah Yogyakarta. Mulai dari masa penjajahan Belanda, kedatangan Inggris, hingga masa penjajahan Jepang, benteng ini selalu memiliki peran penting dalam mempertahankan kekuasaan penjajah.
1. Penguasaan Inggris (1811-1816)
Salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi di benteng ini adalah Geger Sepoy, sebuah serangan dari tentara Inggris terhadap Keraton Yogyakarta pada masa penguasaan Inggris. Benteng Vredeburg saat itu menjadi markas utama pasukan Inggris yang berusaha merebut kendali dari Belanda.
2. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pada masa penjajahan Jepang, Benteng Vredeburg diambil alih dan digunakan sebagai markas Kempetai, polisi militer Jepang. Selain itu, benteng ini juga berfungsi sebagai gudang senjata dan tempat penahanan bagi orang-orang Belanda serta penduduk pribumi yang dianggap melawan pemerintahan Jepang. Pada masa ini, banyak orang Indonesia yang ditangkap dan ditahan di benteng ini karena dianggap sebagai ancaman bagi Jepang.
3. Serangan Umum 1 Maret 1949
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, benteng ini berhasil diambil alih oleh militer Indonesia. Namun, pada Agresi Militer Belanda II yang terjadi pada 19 Desember 1948, Belanda kembali berhasil menguasai benteng ini. Benteng Vredeburg kemudian digunakan oleh Belanda sebagai tempat penyimpanan senjata dan markas dinas rahasia mereka.
Puncak dari perjuangan di benteng ini terjadi pada Serangan Umum 1 Maret 1949, ketika pasukan TNI bersama masyarakat berhasil menguasai benteng ini selama enam jam. Meskipun tidak berlangsung lama, serangan ini menunjukkan kekuatan dan tekad bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.
Pasca Kemerdekaan: Benteng Vredeburg Menjadi Museum
Setelah mundurnya pasukan Belanda dari Yogyakarta pada 29 Juni 1949, benteng ini sepenuhnya diambil alih oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Seiring dengan berjalannya waktu, peran benteng ini sebagai markas militer pun mulai berkurang, dan pada tahun 1985, benteng ini resmi dialihfungsikan menjadi Museum Perjuangan Nasional yang terbuka untuk umum.
Museum ini menyimpan banyak artefak sejarah, diorama, dan pameran yang menceritakan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Benteng Vredeburg sekarang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang sangat populer di Yogyakarta, di mana pengunjung bisa belajar banyak tentang masa lalu Indonesia serta perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan.
Museum Benteng Vredeburg, Sebuah Mesin Waktu, Saksi Sejarah Ditengah Kota Gudeg
Kini setelah Indonesia merdeka, Benteng Vredeburg telah berubah menjadi sebuah museum yang asik didatangi untuk berwisata sambil belajar sejarah. Sepertinya gagasan seorang Ki Hadjar Dewantara agar menjadikan benteng ini sebagai ajang kebudayaan terwujud.
Karena selain digunakan untuk museum, pada event tertentu di benteng ini sering diadakan pertunjukan budaya. Setelah berubah fungsi sebagai museum, benteng ini menampilkan berbagai macam diorama yang bercerita tentang beberapa peristiwa penting di Yogyakarta.
Sebagian besar diorama menceritakan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Diorama di dalam Benteng Vredeburg terbagi menjadi tiga ruang utama, tiap ruang sudah disusun berdasarkan urutan sejarah proses pencapaian kemerdekaan bangsa Indonesia yang terjadi di Yogyakarta, hingga proses mempertahankanya.
Isi Ruang Diorama Pertama
Ruang diorama pertama Benteng Vredeburg banyak menceritakan tentang kesadaran bangsa indonesia akan pentingnya sebuah kemerdekaan. Di ruangan ini banyak menggambarkan beberapa macam kongres yang terjadi di yogyakarta.
Misalnya Kongres Budi Utomo pertama yang terjadi pada tanggal 3-5 Oktober 1908 yang terjadi di Jalan A.M Sangaji, Yogkakarta. Hingga berdirinya taman siswa yang digagas oleh sosok Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922.
(Baca Juga : Mesin Waktu Itu Bernama Ullen Sentalu)
Isi Ruang Diorama Kedua
Berlanjut pada ruang diorama kedua, disini banyak digambarkan masa perebutan kemerdekaan, terutama beberapa peristiwa heroik yang terjadi di Yogyakarta. Misalnya saja cerita tentang latihan kemiliteran PETA/ HEIHO ketika masa pendudukan jepang yang sering dilakukan di Lapangan Bumijo, Jalan Tentara Pelajar.
Atau rapat dukungan proklamasi yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX di gedung Wilis, Kepatihan, Yogyakarta pada tanggal 19 Agustus 1945.
Isi Ruang Diorama Ketiga
Ruangan diorama utama ketiga, adalah ruangan terakhir di Museum Benteng Vredeburg. Di ruangan ini banyak menceritakan perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan di Yogyakarta.
Seperti cerita tentang reaksi rakyat Yogyakarta terhadap Agresi Militer Belanda II pada Desember 1948. Waktu itu, rakyat dengan dipimpin oleh panglima besar Sudirman melakukan perlawanan taktik gerilya yang terkenal, hingga kemerdekaan masih tetap terjaga hingga sekarang.
Berkeliling di sebuah benteng tua yang telah bertransformasi menjadi museum sejarah membuat saya lupa kalau dulu pernah tidak menyukai pelajaran sejarah. Semua cerita sejarah tersajikan dengan menarik di Museum Benteng Vredeburg.
Meskipun masih ada saja beberapa diorama dan perlengkapan audio visual yang tidak berfungsi.
[ Baca Juga : Keraton Yogyakarta, The Living Museum!) ]
Harga Tiket Masuk Ke Museum Benteng Vredeburg Sangat Murah!
Yah, bagaimanapun juga manfaat yang didapat dengan berkeliling di museum ini lebih besar jika dibandingkan dengan harga tiketnya yang hanya 3000 rupiah saja. Seharusnya, museum seperti ini digunakan untuk pembelajaran sejarah secara langsung.
Model pembelajaran dengan berkeliling di museum akan lebih menyenangkan jika dibandingnyak duduk diam di kelas mendengarkan guru membacakan isi dari buku sejarah. Kalau saja saya diberi kesempatan kembali ke bangku sekolah, tentunya saya akan merengek untuk diajak berkeliling di Museum Benteng Vredeburg.
Video Travel Vlog Pengalaman Mengunjungi Museum Benteng Vredeburg Di Jogja
Kamu juga bisa melihat vlog Museum Brenteng Vredeburg di bawah ini ya!
Jika kita berjalan di sepanjang Jalan Malioboro, dari titik nol kilometer hingga ujung jalan, kita akan melihat tidak hanya toko-toko, tetapi juga bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial, salah satunya Benteng Vredeburg.
Benteng ini menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di Yogyakarta semenjak pemerintah kolonial Belanda memasuki Yogyakarta. Benteng Vredeburg dibangun ketika Kasultanan Yogyakarta berdiri pada tanggal 9 Oktober 1755.
Setelah kraton mulai ditempati, dibangunlah bangunan pendukung lainnya seperti Pasar Gedhe, Masjid, alun-alun, dan bangunan pelengkap lainnya. Namun, hal ini membuat pihak Belanda khawatir akan berkembangnya kasultanan.
Oleh karena itu, mereka mengusulkan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton, dengan dalih menjaga keamanan kraton dan sekitarnya.
Apa tujuan didirikan Benteng Vredeburg?
Sebenarnya, maksud Belanda adalah untuk memudahkan pengawasan atas perkembangan di dalam kraton. Letak benteng yang berjarak tembak meriam dari kraton dan menghadap ke jalan utama menuju kraton menunjukkan bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategis, intimidasi, penyerangan, dan blokade.
Benteng dibangun pada tahun 1760 dengan nama Rustenburgh dan diresmikan menjadi benteng kompeni pada tahun 1787. Pada tahun 1867, gempa bumi terjadi di Yogyakarta sehingga benteng perlu diperbaiki.
Setelah pemugaran, nama benteng Rustenburgh diubah menjadi benteng Vredeburg yang artinya “perdamaian”. Seiring berjalannya waktu, Benteng Vredeburg mencatat peristiwa penting yang terjadi di kota Yogyakarta.
Pada masa penguasaan Inggris tahun 1811-1816, benteng ini dikuasai oleh pemerintah Inggris atas perintah Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles. Pada masa itu, terjadi peristiwa penting yaitu penyerangan serdadu Inggris dan kekuatan pribumi ke kraton Yogyakarta pada tanggal 18 sampai 20 Juni 1812 yang dikenal dengan peristiwa Geger Sepoy.
Apa Yang Terjadi Semasa Perang Kemedekaan?
Ketika Jepang menguasai Kota Yogyakarta pada 5 Maret 1942, benteng ini diambil alih oleh tentara Jepang. Beberapa bangunan di Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tahanan bagi orang Belanda dan orang Indonesia yang melawan Jepang.
Benteng Vredeburg juga digunakan sebagai markas Kempetei dan sebagai gudang senjata serta amunisi tentara Jepang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Benteng Vredeburg diambil alih oleh instansi militer Republik Indonesia.
Namun, ketika terjadi Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, benteng ini dikuasai oleh pasukan Belanda pada tahun 1948 sampai 1949. Belanda menjadikan benteng ini sebagai markas militernya.
Setelah Indonesia berhasil merebut kembali Yogyakarta pada 19 Desember 1948, Benteng Vredeburg kembali berada di bawah kendali Indonesia.
Keunikan apa yang dimiliki Museum Ini?
Setelah masa perjuangan kemerdekaan, Benteng Vredeburg tetap dijadikan sebagai tempat penting dalam sejarah dan kebudayaan Yogyakarta. Benteng ini dijadikan sebagai museum sejarah pada tahun 1980 dan menjadi salah satu tempat wisata yang populer di Yogyakarta.
Benteng Vredeburg Museum memiliki banyak koleksi bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan sejarah Yogyakarta. Beberapa koleksi yang ada di dalam museum ini antara lain senjata-senjata perang, foto-foto perjuangan, dokumen-dokumen penting, serta pakaian dan peralatan sehari-hari dari masa lampau.
Selain itu, di dalam kompleks benteng juga terdapat Gedung Agung, yaitu gedung yang digunakan sebagai tempat upacara kenegaraan dan acara resmi lainnya. Gedung Agung ini juga pernah menjadi tempat penahanan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta oleh pemerintah Belanda pada masa Agresi Militer Belanda II.
Secara keseluruhan, Benteng Vredeburg menjadi salah satu tempat yang penting dalam sejarah Indonesia dan Yogyakarta. Kini, tempat ini menjadi destinasi wisata yang populer di kota Yogyakarta dan menjadi saksi bisu dari perjuangan dan sejarah bangsa Indonesia.
[ Baca Juga : Rekam Jejak Sang Maestro Di Museum Affandi ]
Apa Fungsi Benteng Vredebrug Ini Pada Zaman Dulu Hingga Sekarang?
Berdasarkan data dari situs pariwisata.jogjakota.go.id, Benteng Vredeburg telah melalui beberapa perubahan fungsi sejak didirikan. Sejarah fungsi Benteng Vredeburg ini sangat erat kaitannya dengan berbagai masa penjajahan, kemerdekaan, hingga akhirnya menjadi museum. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai tiap tahapan fungsi benteng:
Tahun 1760-1830: Benteng Pertahanan
Awalnya, Benteng Vredeburg dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1760. Pada saat itu, tujuan utama dari pembangunan benteng ini adalah sebagai benteng pertahanan. Benteng ini didirikan oleh Gubernur Belanda Nicholas Hartingh, atas permintaan dari Sultan Hamengkubuwono I.
Nama “Vredeburg” sendiri berasal dari bahasa Belanda yang berarti “Benteng Perdamaian”. Meskipun memiliki nama yang mengandung arti perdamaian, tujuan dari benteng ini sebenarnya lebih sebagai simbol kekuasaan dan kontrol Belanda atas Kesultanan Yogyakarta.
Benteng ini dibangun untuk mengawasi keraton agar Belanda bisa memantau aktivitas sultan dan rakyatnya. Bentuk fisik dari benteng ini pun mengikuti gaya arsitektur kolonial Eropa, dengan dinding tebal dan menara pengintai di setiap sudutnya.
Tahun 1830-1945: Markas Militer Belanda dan Jepang
Setelah bertahan sebagai benteng pertahanan, fungsi Benteng Vredeburg berubah menjadi markas militer Belanda dan Jepang. Selama masa penjajahan Belanda, benteng ini menjadi pusat kegiatan militer, dan ketika Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1942-1945, benteng ini tetap digunakan sebagai markas militer. Di masa ini, Benteng Vredeburg menjadi tempat di mana strategi-strategi kolonial dikembangkan untuk menguasai Indonesia.
Tahun 1945-1977: Markas Militer Republik Indonesia
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Benteng Vredeburg beralih fungsi menjadi markas militer Republik Indonesia. Benteng ini menjadi saksi penting dari perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selama masa ini, banyak peristiwa besar dalam perjuangan kemerdekaan yang terjadi di sekitar benteng ini.
Tahun 1977-1985: Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara
Pada tahun 1977, fungsi benteng ini kembali berubah. Benteng Vredeburg diubah menjadi Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara. Perubahan ini merupakan bagian dari upaya untuk mempromosikan budaya Nusantara dan mengedukasi masyarakat tentang sejarah bangsa.
Tahun 1985-1992: Museum Perjuangan
Pada tahun 1985, benteng ini diubah menjadi museum perjuangan. Namun, fungsinya sebagai museum perjuangan hanya bertahan selama tujuh tahun hingga akhirnya pada tahun 1992, benteng ini resmi diubah menjadi museum khusus yang menampilkan sejarah perjuangan nasional.
Tahun 1992-Sekarang: Museum Benteng Vredeburg
Hingga saat ini, Benteng Vredeburg berfungsi sebagai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, museum yang mengisahkan tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Museum ini menampilkan banyak diorama, arsip, dan artefak yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda dan Jepang, serta masa awal kemerdekaan.
Menjelajahi Benteng Vredeburg: Apa Saja yang Bisa Dilihat?
Sebagai museum, Benteng Vredeburg memiliki banyak koleksi yang sangat menarik, terutama bagi kamu yang menyukai sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berikut adalah beberapa hal yang bisa kamu jelajahi di dalam benteng:
Diorama Perjuangan Bangsa
Museum ini memiliki beberapa diorama yang menceritakan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, seperti perjuangan kemerdekaan dari penjajah Belanda dan Jepang. Diorama-diorama ini memberikan gambaran yang sangat jelas tentang bagaimana bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaannya.
Artefak Sejarah
Selain diorama, museum ini juga memiliki banyak artefak sejarah yang digunakan selama masa perjuangan kemerdekaan. Mulai dari senjata, peta-peta strategi perang, hingga dokumen-dokumen penting yang digunakan oleh para pejuang kemerdekaan.
Pameran Temporer
Selain pameran tetap, museum ini juga sering mengadakan pameran temporer yang menampilkan tema-tema sejarah tertentu, baik itu sejarah lokal Yogyakarta atau sejarah nasional.
Bangunan Bersejarah
Tidak hanya koleksinya saja yang menarik, bangunan benteng ini juga merupakan salah satu daya tarik utama. Bangunan benteng ini masih mempertahankan bentuk aslinya, dengan dinding tebal dan menara-menara pengawas di setiap sudut. Jalan-jalan di dalam benteng ini membuat kamu seolah dibawa kembali ke masa kolonial.
[ Baca Juga: Main Ke Tugu Jogja, Kamu Bisa Ngapain Aja? ]
Tips Berkunjung ke Benteng Vredeburg
Jika kamu berencana untuk mengunjungi Benteng Vredeburg, berikut adalah beberapa tips yang bisa membuat kunjunganmu lebih nyaman dan menyenangkan:
- Datang Pagi Hari: Benteng ini buka sejak pagi, jadi datanglah di pagi hari untuk menghindari keramaian dan cuaca yang terlalu panas.
- Bawa Kamera: Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan momen-momen bersejarah dan pemandangan indah di dalam benteng.
- Baca Informasi dengan Seksama: Setiap diorama dan artefak memiliki informasi penting tentang sejarah perjuangan Indonesia. Luangkan waktu untuk membaca dan memahami setiap informasi yang disajikan.
- Jaga Kebersihan: Ini adalah situs sejarah yang sangat penting, jadi pastikan kamu menjaga kebersihan dan tidak merusak fasilitas yang ada.
Lokasi Benteng Dan Harga Tiket Masuknya
Benteng Vredeburg terletak di lokasi yang sangat strategis di pusat Kota Yogyakarta. Tepatnya, benteng ini berada di Jalan Margo Mulyo No. 6, Yogyakarta. Lokasinya yang berada di kawasan Malioboro, menjadikan benteng ini sangat mudah diakses oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Lokasinya berada tak jauh dari Jalan Malioboro seperti terlihat pada peta dibawah ini:
Untuk kamu yang ingin mengunjungi Benteng Vredeburg, berikut adalah informasi jam buka dan harga tiket masuk:
- Jam Buka: Selasa – Minggu, pukul 08.00-15.30
- Harga Tiket:
- Dewasa: Rp3.000,-
- Anak-anak: Rp2.000,-
- Rombongan Dewasa (min. 20 orang): Rp2.000,-
- Rombongan Anak-anak (min. 20 orang): Rp1.000,-
- Turis Asing: Rp10.000,-
Jangan lupa kunjungi akun instagram resmi mereka di sini.
Bukan Sekedar Benteng Tua Yang Ada Di Tengah Kota
Benteng Vredeburg bukan hanya sekadar benteng tua yang berdiri di pusat Yogyakarta. Ini adalah simbol perjuangan dan sejarah panjang bangsa Indonesia melawan penjajahan. Dari awalnya sebagai benteng pertahanan Belanda hingga menjadi museum perjuangan nasional, bangunan bersejarah di tengah kota Jogja ini terus berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya mempertahankan kemerdekaan. Dengan berkunjung ke benteng ini, kamu bisa mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang sejarah Indonesia dan menghargai perjuangan para pahlawan bangsa.
Jadi, kapan kamu berencana untuk mengunjungi Benteng Vredeburg?
Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.
kayaknya wajib kunjung ini kalau suatu saat main lagi ke Jogja :)
salah satu alasan maen ke jogja selain cuma kuliner :D tapi ati2 ada satu ruangan diorama yang kesannya serem banget :|
Wahhh keduluan nulis artikelnya hehe… Piss…
Kemarin habis dari Vredeburg juga, dan semakin kagum dengan Yogya yang semakin peduli ama aset budaya dan sejarahnya. Oh iya, kemarin ada ruang diorama keempat. Masih baru dan masih belum siap, mungkin sebulan lagi sudah ready :)
halah, ya di tulis ulang enggak apa kok :D makin banyak yang tahu, makin banyak yang baca :D
apalagi di samping benteng ada kedai kopinya
jd bs wisata kulineran sekalian
;)
*msh buka nggak ya, soalnya ke vredeburg nya tahun lalu
indische koffie ya? masih ada :D tapi kemaren ga mampir sih, buru2 mau ke keraton :D
spot-spot yang foto-able banget di benteng ini di sebelah mananya mas? kasih rekomen dong mas :)
di baigian dalam, diorama museumnya atau di bagian belakang tuh :D bisa juga di cafenya, indische coffee kalau ndak salah :D
Mas Fahmi udah pernah ke Vrederburg pas lagi ada acara? Aku denger tiap tahun suka ada Vrederburg Fair dan dulu sempet ada acara a la Amazing Race gitu juga yang venue-nya di Vrederburg ini.
Kalo ke sini pas malem, suka ada anak-anak hip hop latihan. Mas Fahmi sempet lihat?