Traveler Vs Batas

Ini adalah guest post dari Putri Normalita (putrinyanormal.com), yang percaya bahwa traveling bukan hanya cara untuk bersenang-senang, mengumpulkan foto dan rekor. But travelling is about finding new experiences and more inspire new, merevitalisasikan kembali hidup yang kadang berisi kejenuhan dan kekosongan. Salam penjelajah !!;). Anda dapat berbagi dengannya di akun twitter @puteriih

“Hi! where do you come from?”

“Oh, hi, i’m Indonesian”

Mereka pun langsung percaya, melempar senyum, dan kebanyakan menambahkan,

“Wow Indonesia? that’s beautiful country!”

Kemudian, mengapa di negeri sendiri justru sebuah identitas selalu di pertanyakan? Bahkan dipersulit.

Jangankan paspor, untuk sekedar membuat Kartu Tanda Pendudukpun kita harus mengupulkan banyak dokumen.

Melewati banyak aturan tidak penting belum lagi pungutan liarnya.

Minggu malam kemarin Mama saya harus mengantri sejak pukul 00.30 dini hari demi mendapatkan Kartu BPJS Kesehatan.

Rasanya absurd sekali jika kami sudah jelas-jelas WNI masih harus dipersulit dengan kelengkapan identitas demi tunjangan yang memang sudah menjadi Hak setiap warga negara.

Sekumpulan anak - anak kecil di Thailand.
Sekumpulan anak – anak kecil di Thailand.

Lalu dimana peran sebuah pasal yang menyebutkan negara sebagai pemelihara rakyat??

Harusnya diubah menjadi ‘Pemelihara bagi rakyat yang taat bayar Pungli’ FYI setiap warga di Kuba mendapatkan subsidi 9 bahan pokok setiap bulannya, bahkan berhak tinggal di bangunan dari pemerintah secara Gratis!!

Sepertinya Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup untuk itu bukan?.

Bukan carut-marut itu yang mau saya bahas, disini saya ingin bicara mengenai ‘Keterbatasan’, hal yang begitu membuat saya frustasi dan menyimpan banyak “kenapa”.

Ini bukan mengenai keterbatasan yang telah dianugerahkan Tuhan, tapi keterbatasan yang telah diciptakan para manusianya sendiri.

Seperti contoh diatas tadi, seperti batas-batas negara yang harus di perebutkan dengan cara berperang, melupakan sejarah bahwa dahulu daratan hanya ada satu.

Sekarang manusia menjadikan garis batas linier di peta-peta menjadi begitu menyeramkan, membelah peradaban bahkan masa

Contoh paling nyata seperti antara Afghanistan dan Tajikistan yang di belah sebuah sungai yang lebarnya hanya 20 meter, tapi perbedaan kedua negara begitu jauh berbeda 100 tahun lamanya.

Tajikistan yang memang jajahan dari Uni Soviet sudah memiliki insfrastruktur yang baik.

Jika di Tajikistan bisa menempuh perjalanan 2 sampai 3 jam dengan kendaraan, lain hal di Afghanistan yang menempuhnya harus 3 hari dengan keledai, menyedihkan.

Saya sedang traveling di Thailand :)
Saya sedang traveling di Thailand :)

Saya fans beratnya ‘perbedaan’, bertemu dengan orang-orang asing negara lain itu sangat menyenangkan.

Kita bahkan bisa menjadi begitu dekat dalam hitungan menit, tertawa dalam pengetahuan bahasa yang minim mengarah nihil.

Orang jawa ada di Amerika begitupun sebaliknya, tinggal dibawah atap langit yang sama, matahari yang satu, pun satu purnama yang serupa.

Andai segala batas negara dan visa di hapus, tentu kita bisa menjadi kesatuan warga dunia yang rukun, menumbuhkan kepedulian dan memperpanjang usia bumi yang kita cintai ini. Ah… lagi – lagi saya berkhayal yang terlalu.

Saya memang masih terlalu “kanak – kanak” untuk mengerti, bahkan saya sangat buta mengenai ilmu-ilmu psikologis yang mungkin bisa menjawab “kenapa-kenapa” di benak sendiri.

Tapi bagaimana kalian bisa menerima segala keterbatasan tidak penting ini?

Kita sudah memiliki kitab suci yang keterbatasannya jelas tidak menindas, menyuarakan perdamaian dan kebebasan.

Passpor, tiket menuju dunia luar :)
Passpor, tiket menuju dunia luar :)

Saya menjadi lebih mencintai paspor yang saya punya, paspor adalah lambang kebebasan, identitas yang di dapat dengan susah payah.

Paspor seperti “tiket” menembus gerbang dunia, kunci pembuka semua batas negara, benda mungil namun berharga.

Saya harus segera mengembalikan cinta tanah air dan cinta menjadi warga dunia, menemukan alasan untuk bangga menyebut “I am Indonesian”.

Mungkin dengan menembus batas itu sendiri jawabannya, menjemput saudara satu atap langit yang sama.

Kembali tenggelam dalam beda. World.. I’m coming!!!

***

Ps : Tertarik menulis guest post yang berhubungan dengan traveling di travel blog catperku? Kirimkan tulisan kalian ke email [email protected] deh :D

Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
IkutiĀ travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakanĀ kerjasama.


Rijal Fahmi Mohamadi

Rijal Fahmi Mohamadi

Fahmi adalah seorang Digital Marketer, Travel Enthusiast, Geek Travel Blogger dari Indonesia penulis catperku.com, Penulis Buku perjalanan Traveling The Traveler Notes Bali The Island Of Beauty dan The Traveler Notes Bersenang-Senang di Bali, Bertualang di Lombok. Pernah disebutkan, mentioned in Lonely Planet Indonesia 2019 as Best in Blogs. Mau menyapa saya? Kunjungi media sosial pribadi saya, atau hubungi lewat email [email protected] jika Anda ingin mengajak saya bekerja sama dan berkolaborasi.
https://catperku.com


Comments

    1. Rijal Fahmi Mohamadi says:

      ini kan guest post :3 siapa aja boleh nyumbang kok :D mau ikutan nyumbang? :D

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *