Tujuan tim Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage selama jelajah Sulawesi dan Kota Pare Pare tidak cuma sekedar mencari tempat wisata unik nan nyentrik. Di sini tim juga akan melakukan beberapa kegiatan CSR juga berbagi dengan penduduk setempat.
Kebetulan di kota tujuan kami di Sulawesi ini terpilih untuk kegiatan berbagi hewan kurban sekaligus memperingati hari raya idul adha 1435 H. Acara CSR tim Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage dilakukan di masjid agung kota Pare Pare yang megah itu, setelah sholat ied.
Dalam acara corporate social responsibility ini tim Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage menyerahkan 7 ekor kambing kurban kepada pemerintah setempat. Para kambing itu nantinya akan disembelih dan dibagikan kepada penduduk setempat. *duh! indahnya berbagi*
Daftar Isi
Daihatsu Berbagi Kurban Di Kota Pare Pare
Jumlah kambing yang totalnya 7 ekor tadi juga melambangkan 7 destinasi yang akan dijelajahi selama di Sulawesi dan jumlah kursi di dalam mobil Terios yang berjumlah 7 buah.
Selain itu acara CSR yang diadakan di Kota Pare Pare ini adalah perwujudan salah satu pilar berbagi daihatsu yaitu Sejahtera Bersama Daihatsu.
Di acara ini saya juga sempat mendengarkan sambutan Pak Asjoni yang merupakan kepala departemen CSR PT. Astra Daihatsu Motor.
Dia menyebutkan kalau Daihatsu tidak cuma memikirkan keuntungan semata.
Tetapi juga akan banyak berbagi kepada masyarakat melalui empat pilar berbagi Daihatsu. Antara lain yaitu Pintar, Sehat, Hijau dan Sejahtera bersama Daihatsu.
( Baca Juga : Terios 7 Wonders : The Adventure Of Amazing Celebes Heritage! )
Ada Beberapa Lomba Juga
Selain penyerahan hewan kurban disini juga diadakan lomba Marawis dan Qosidah yang diikuti murid SMU, SMK juga Pondok Pesantren.
Marawis dan Qosidah adalah salah satu kebudayaan yang menarik di kota Pare Pare. Saya senang sekali bisa menyaksikan anak – anak yang berlomba dengan penuh semangat.
Tidak hanya itu saja, saya juga harus mengagumi keindahan arsitektur Masjid Agung Kota Pare Pare yang begitu megah.
Dengan cuaca yang begitu cerah, Masjid Agung Kota ini terlihat lebih kokoh dengan latar belakang langit biru.
Tugas tim Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage belum berhenti sampai sini. Masih ada beberapa ribu kilometer yang harus ditempuh, juga beberapa destinasi untuk dijelajahi.
(Baca Juga : Terios 7 Wonders : Diary Day 10, Sejenak Di Tanjung Bira )
Setelah Kota Pare Pare, tim akan bergegas ke kota lain di sulawesi untuk menikmati sensasi menginap dengan dikelilingi oleh mayat. Catet ya, mayat beneran di Tana Toraja! Hiiii!
Tentang Kota Pare Pare
Parepare, sebuah kota yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, mempesona dengan keindahan dan sejarahnya yang kaya.
Dengan luas wilayah 99,33 km², kota ini menjadi tempat tinggal bagi sekitar 152.992 jiwa penduduk yang menjadikannya pusat kehidupan yang ramai dan berwarna.
Parepare memiliki posisi strategis yang terletak di kawasan Selat Makassar, menjadi jalur vital dalam transportasi dan perdagangan laut di Nusantara.
Terhubung dengan Jawa, Makassar, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Maluku, Parepare menjadi pusat aktivitas maritim yang sibuk.
Dengan keberadaan di kawasan teluk, Parepare menikmati keamanan dari ombak laut yang membuatnya menjadi destinasi yang aman dan menarik bagi para pengunjung.
Kota Parepare juga memiliki nilai sejarah yang signifikan. Ini adalah tempat kelahiran Presiden Republik Indonesia ke-3, B.J.
Habibie, yang meninggalkan warisan berharga bagi bangsa.
Parepare membanggakan garis lintangnya yang berada di antara 30o57’39” hingga 40o04’49” Lintang Selatan dan bujur 119o36’24” hingga 119o43’40” Bujur Timur.
Parepare terdiri dari empat kecamatan yang menambah pesona kotanya, yaitu Bacukiki, Bacukiki Barat, Ujung, dan Soreang.
Keindahan pantai Parepare juga tak dapat diabaikan, dengan 22 kelurahan yang memperkaya wilayah administratifnya.
Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Pinrang di utara, Kabupaten Sidenreng Rappang di timur, Kabupaten Barru di selatan, dan Selat Makassar di barat.
Dengan segala keunikan dan daya tariknya, Parepare siap menyambut Kamu untuk menjelajahi keindahan budaya, alam, dan sejarah yang tak terlupakan.
Jadilah bagian dari cerita yang menakjubkan di kota yang penuh pesona ini.
Sejarah Kota Pare Pare
Parepare, sebuah kota yang penuh dengan sejarah dan keindahan alamnya, memiliki awal perkembangannya yang menarik.
Pada masa lalu, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kota Parepare, dulunya adalah semak-semak belukar yang dihiasi dengan lubang-lubang tanah yang miring, terbentang dari utara (Cappa Ujung) hingga ke selatan kota.
Melalui proses sejarah yang panjang, dataran ini akhirnya dinamakan Kota Parepare.
Menurut Lontara Kerajaan Suppa, pada abad ke-14, seorang anak Raja Suppa meninggalkan istana dan mendirikan wilayah sendiri di tepi pantai karena hobinya memancing.
Wilayah ini dikenal sebagai Kerajaan Soreang. Pada abad ke-15, muncul kerajaan lainnya yaitu Kerajaan Bacukiki.
Asal usul kata “Parepare” diduga berasal dari kunjungan Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tunipallangga (1547-1566) ke Kerajaan Bacukiki dan Kerajaan Soreang.
Raja Gowa yang ahli dalam strategi dan pembangunan terkesan dengan keindahan pemandangan di daerah tersebut dan spontan mengatakan “Bajiki Ni Pare,” yang berarti “Pelabuhan ini dibangun dengan baik”.
Parepare kemudian menjadi tujuan yang ramai dikunjungi, termasuk oleh orang-orang Melayu yang datang untuk berdagang di wilayah Suppa.
Selain itu, kata “Parepare” juga memiliki makna khusus dalam bahasa Bugis, yaitu “Kain Penghias” yang digunakan dalam acara-acara seperti pernikahan.
Hal ini tercatat dalam buku sastra Lontara La Galigo yang ditulis oleh Arung Pancana Toa Naskah NBG 188.
Posisi Parepare yang strategis sebagai pelabuhan yang dilindungi oleh tanjung di depannya membuatnya menjadi pusat aktivitas yang ramai dikunjungi.
Parepare juga memiliki sejarah yang terkait dengan kekuasaan Belanda.
Sebagai tempat yang dilindungi, Belanda merebut Parepare dan menjadikannya kota penting di wilayah Sulawesi Selatan.
Parepare menjadi pusat dari ekspansi Belanda ke daerah timur dan utara Sulawesi Selatan.
Di Parepare, terdapat Asisten Residen dan Controlur atau Gezag Hebber sebagai pemimpin pemerintahan Hindia Belanda.
Pada masa Hindia Belanda, Parepare menjadi bagian dari “Afdeling Parepare” yang meliputi beberapa wilayah seperti Barru, Sidenreng Rappang, Enrekang, Pinrang, dan Parepare sendiri. Struktur pemerintahan ini berlanjut hingga pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1942.
Setelah kemerdekaan Indonesia, struktur pemerintahan mengalami perubahan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Parepare terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan setelah statusnya berubah menjadi Kotamadya pada tahun 1960.
Sejak itu, Parepare dikenal sebagai kota yang memiliki berbagai potensi dan keunikan.
Tanggal 17 Februari 1960 menjadi momen penting dalam sejarah Parepare, di mana kota ini resmi lahir dan menjadi entitas yang mandiri.
Sejak hari kelahirannya itu, Kota Parepare terus berbenah dan menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya di Sulawesi Selatan.
Kota ini menjadi tempat tinggal bagi ribuan penduduk yang menjalin kehidupan dan membangun masa depan di tengah keindahan alam yang luar biasa.
Parepare juga dikenal sebagai kota yang bangga akan sejarah dan warisan budayanya.
Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun yang terletak di Lapangan Andi Makassau menjadi simbol cinta dan inspirasi bagi penduduk Parepare.
Kota ini juga menjadi saksi perjalanan panjang bangsa Indonesia dan memiliki banyak tempat bersejarah yang patut dikunjungi.
Dengan semangat perubahan dan inovasi, Kota Parepare terus bertransformasi menjadi kota yang modern dan maju.
Pembangunan infrastruktur, pusat perbelanjaan, dan fasilitas publik menjadi prioritas bagi pemerintah daerah dalam mewujudkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi masyarakat Parepare.
Melalui berbagai upaya pembangunan dan peningkatan kualitas hidup, Kota Parepare terus mengukir prestasi dan menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia.
Keindahan alamnya yang memukau, warisan budayanya yang kaya, serta semangat masyarakatnya yang berkomitmen untuk memajukan kota, menjadikan Parepare sebagai tempat yang layak untuk dijelajahi dan dinikmati.
Parepare, kota yang lahir pada tanggal 17 Februari 1960, terus berbenah dan tumbuh bersama dengan harapan dan cita-cita masyarakatnya.
Dengan semangat kebersamaan dan kerja keras, Parepare terus melangkah maju sebagai kota yang berdaya, berbudaya, dan sejahtera.
Tempat Wisata Di Kota Pare Pare
Parepare, kota yang indah di Sulawesi Selatan, menawarkan berbagai tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Inilah beberapa destinasi populer yang bisa Kamu eksplorasi saat berada di Kota Parepare.
Pantai Lumpue
Pantai ini menjadi tempat favorit bagi masyarakat Parepare untuk rekreasi. Air lautnya yang bening dan pasir pantai halus kecoklatan menciptakan suasana yang menenangkan.
Di sekitar pantai, terdapat fasilitas umum, masjid, puskesmas, serta rumah-rumah bambu yang bisa disewa oleh wisatawan.
Kebun Raya Jompie
Jompie adalah hutan kota yang diubah menjadi tempat pariwisata.
Dengan luas 13,5 hektar, kebun ini menyimpan keanekaragaman hayati dan menjadi objek wisata serta pusat penelitian tumbuhan tropis.
Kamu dapat menikmati kolam renang, area perkemahan, dan jalan setapak yang menawarkan pemandangan hutan dan pepohonan yang indah.
Terumbu Karang Tonrangeng
Parepare juga memiliki keindahan bawah laut yang memikat. Terumbu karang Tonrangeng telah dilestarikan dan menjadi salah satu daya tarik wisata di kota ini.
Pemerintah Kota Parepare mendorong budidaya terumbu karang untuk warga lokal dan wisatawan yang tertarik dengan kehidupan laut yang menakjubkan.
Waterboom
Waterboom Parepare menjadi primadona bagi warga setempat dan pengunjung dari sekitar kota.
Fasilitas ini menawarkan berbagai wahana air yang menyenangkan dan puluhan gasebo tempat bersantai.
Setiap akhir pekan, kawasan Waterboom dipenuhi oleh pengunjung yang ingin menikmati liburan bersama keluarga.
River Ladoma
Objek wisata ini memanfaatkan keindahan Sungai Ladoma sebagai daya tarik utama.
Di sini, Kamu dapat memancing, menikmati pemandangan sungai, atau mencoba petualangan flying fox.
Trekking dan berendam di Sungai Ladoma juga menjadi kegiatan yang populer di area ini.
Pantai Mattirotasi
Pantai ini menawarkan pemandangan indah ke arah Teluk Parepare.
Dengan fasilitas seperti gazebo, batu penahan abrasi, dan lapangan olahraga, Pantai Mattirotasi menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh warga Parepare pada hari Minggu.
Selain itu, ada juga tempat wisata lain yang menarik seperti Sumur Jodoh Soreang, Goa Tompangeng, Desa Wisata Wattang Bacukiki, Salo Karajae, Museum Gandaria, Bendungan Lappa Angin, dan Pantai Torangeng. Kota Parepare memang memiliki beragam pilihan destinasi yang cocok untuk dikunjungi oleh semua kalangan.
Jelajahi keindahan alam, nikmati kegiatan rekreasi, dan terpesona dengan pesona budaya Kota Parepare saat Kamu mengunjungi tempat-tempat wisata yang menarik ini.
Transportasi Umum Di Kota Pare Pare
Kota Parepare memiliki berbagai pilihan transportasi umum yang memudahkan perjalanan di dalam kota.
Baik melalui jalur darat maupun laut, Anda dapat mencapai dan menjelajahi keindahan Kota Parepare dengan nyaman.
Berikut adalah beberapa opsi transportasi umum yang tersedia di Kota Parepare:
Transportasi Darat:
- Pete-Pete: Pete-Pete adalah sebutan untuk angkutan umum di Sulawesi Selatan, termasuk Parepare. Terdapat 5 trayek Pete-Pete yang beroperasi di Parepare, seperti Jalur Soreang, Jalur Lapadde, Jalur Lumpue, Jalur Tipe-C, dan Jalur Lemoe. Anda dapat menggunakan Pete-Pete untuk menjelajahi kota dengan mudah.
- Bus: Bus juga merupakan pilihan transportasi darat yang tersedia di Parepare. Anda dapat menemukan bus dengan berbagai trayek untuk perjalanan dalam dan luar kota.
- Taksi: Taksi adalah alternatif transportasi yang nyaman dan praktis di Parepare. Anda dapat menggunakan taksi untuk perjalanan pribadi atau bersama keluarga dengan lebih fleksibel.
- Becak: Becak tradisional juga masih tersedia sebagai pilihan transportasi di Parepare. Anda dapat menikmati perjalanan yang tenang dan melihat pemandangan sekitar dengan menggunakan becak.
Transportasi Laut:
- Pelabuhan Nusantara: Pelabuhan Nusantara merupakan salah satu pelabuhan utama di Parepare. Pelabuhan ini menghubungkan Parepare dengan kota-kota pesisir di Kalimantan, Surabaya, dan kota-kota pelabuhan lainnya di Indonesia bagian timur. Pelabuhan Nusantara juga menjadi titik pemberangkatan bagi orang-orang yang tinggal di daerah Ajatappareng.
- Pelabuhan lainnya: Selain Pelabuhan Nusantara, Parepare juga memiliki tiga pelabuhan lainnya, yaitu Pelabuhan Cappa Ujung, Pelabuhan Lontange, dan Pelabuhan Cempae. Pelabuhan-pelabuhan ini memfasilitasi perjalanan laut yang menghubungkan Parepare dengan tujuan lain di sekitarnya.
Dalam upaya meningkatkan aksesibilitas, terdapat proyek pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Kota Parepare dengan Kota Makassar.
Proyek kereta api ini merupakan bagian dari pembangunan tahap pertama Trans Sulawesi.
Meskipun proyek ini masih dalam tahap pengembangan, diharapkan akan memberikan opsi transportasi yang lebih luas bagi warga Parepare dan wisatawan yang berkunjung ke kota ini.
Dengan berbagai pilihan transportasi umum yang tersedia, Anda dapat dengan mudah menjelajahi Kota Parepare dan menikmati segala pesona yang ditawarkannya.
Ps: Tulisan ini adalah catatan perjalanan saya selama mengikuti ekspedisi terios 7 wonders, jelajah celebes heritage. Ikuti terus live tweet saya di #Terios7Wonders @catperku.
Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.