Surat Untuk Menteri Pariwisata : Pariwisata Indonesia, Dan Segala Problematikanya

Entah sejak kapan saya menjadi peminat topik pariwisata seperti ini.

Padahal sebelumnya saya hanyalah seorang geek, yang lebih suka mengurung diri di dalam kamar, bermain game berjam – jam atau menghabiskan waktu dengan menonton film anime dan dorama Jepang.

Namun kali ini, di ujung pergantian tahun 2014 saya dan teman – teman Travel Blogger Indonesia yang lain akan mencoba berbagi unek – unek, sebuah surat untuk pihak yang berwenang di dunia Pariwisata Indonesia.

Terutama tentang promosi pariwisata Indonesia, dan kesiapan sumberdaya manusianya.

Karena pemandangan seperti ini, saya jadi jatuh cinta dengan Indonesia :)
Karena pemandangan seperti ini, saya jadi jatuh cinta dengan Indonesia :)

Iya, mempromosikan sebuah destinasi dari Pariwisata Indonesia itu seringnya menjadi pedang bermata dua.

Bisa berguna, sekaligus merugikan. Saya tidak pernah menyadari itu hingga melihat beberapa efek seperti bagaimana turisme massal bisa begitu merusak gara – gara terkenalnya sebuah destinasi karena akibat penayangan sebuah film layar lebar, atau bahkan bisa juga beberapa tulisan saya mengakibatkan efek yang tidak baik untuk pariwisata.

Saya minta maaf untuk hal itu, dengan menuliskan beberapa tulisan bertema sustainable tourism :

Repot memang, sebagai seorang travel blogger pekerjaan saya adalah berbagi tentang bagaimana sebuah destinasi yang cantik layak untuk dikunjungi.

Disisi lain, ketidaksiapan sebuah destinasi menerima kunjungan terlalu banyak turis malah merugikan.

Entah orang lokalnya yang tidak siap, hingga akhirnya sebuah destinasi dikuasai oleh pihak investor.

Atau, terlalu banyak turis yang kurang teredukasi yang membuat sebuah destinasi menjadi rusak bahkan penuh oleh sampah.

Pun tidak dipungkiri kalau turisme massal bisa begitu menguntungkan, terutama kalau diatur dengan baik.

Saya pernah berkunjung ke sebuah gunung bernama Tateyama dengan harga tiket masuk hampir 1 juta rupiah, namun setiap harinya bisa didatangi oleh ribuan turis, dengan destinasi tetap terjaga, dan tetap bisa menguntungkan.

Semua karena manajemen pariwisatanya dilakukan dengan baik.

Dikunjungi banyak turis, tetap terjaga karena manajemen pariwisata yang bagus :)
Dikunjungi banyak turis, tetap terjaga karena manajemen pariwisata yang bagus :)

Dari penjabaran panjang lebar diatas, kata kunci yang ingin saya tegaskan adalah “Sudah siapkah infrastruktur yang mendukung pariwisata Indonesia?”

Apalagi saya dengar kalau lima tahun kedepan target menteri Pariwisata Indonesia adalah 20 juta wisata mancanegara dan 275 juta wisatawan domestik.

Menpar Arief Yahya menjelaskan visi dan misi pariwisata Indonesia 2019 serta target yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan antara lain adalah: target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 20 juta, pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 275 juta, dan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat dunia berdasarkan TTCI (Travel and Tourism Competitiveness Index) World Economic Forum akan berada di ranking ke-30. – indonesia.travel

Kalau target tercapai tanpa diikuti kesiapan infrastruktur dan sumber daya yang baik, entah berapa destinasi di Indonesia yang menjadi tidak menyenangkan ketika dikunjungi atau bahkan rusak karenanya.

Saya sendiri cuma berharap dan berdoa, ketika target kunjungan itu tercapai, semoga juga dibarengi dengan siapnya infrastruktur disetiap destinasi. Amin!

Bromo adalah salah satu contoh yang paling nyata dari sebuah destinasi terkenal di Indonesia tanpa infrastruktur yang siap.

Saya selalu teringat ketika berkunjung kesana di musim liburan, bagaimana tidak menyenangkannya di puncak gunung yang penuh sesak dengan manusia.

Padahal seharusnya ada batasan berapa jumlah orang yang bisa naik ke puncak gunung pada satu waktu.

Atau, ketika disana hanya ada satu kamar mandi untuk ribuan turis yang berdatangan pada waktu yang sama.

Apa tidak malu kalau hal sederhana seperti ini diketahui negara lain? Itu baru bromo, belum destinasi yang lain.

Kenapa tidak diatur, jumlah turis yang bisa naik ke puncak? Boro - boro kenyamanan, keamanan saja tidak ada. Semoga tidak pernah ada kejadian turis terjatuh atau apa :)
Kenapa tidak diatur, jumlah turis yang bisa naik ke puncak? Boro – boro kenyamanan, keamanan saja tidak ada. Semoga tidak pernah ada kejadian turis terjatuh atau apa :)
Empat kamar mandi untuk ribuan turis :) Sekarang sudah ditambahkah?
Empat kamar mandi untuk ribuan turis :) Sekarang sudah ditambahkah?

Selain infrastruktur, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah keamanan dan kejelasan informasi.

Buat turis lokal mungkin bisa bertanya dengan mudah karena tidak ada kendala bahasa.

Buat turis asing bagaimana? Bahkan ketika saya pergi ke kota besar seperti Semarang, saya tidak melihat satupun brosur informasi wisata di ruang tunggu Stasiun Poncol.

Padahal di stasiun kecil di Jepang seperti Kakunodate di jepang, saya dengan mudah menemukan brosur dan informasi destinasi wisata sekitar dengan mudah.

Bukan bermaksud membandingkan apple to apple, tapi menaruh brosur informasi wisata ditempat yang tepat adalah salah satu hal sederhana untuk mempromosikan pariwisata dengan benar.

Untuk keamanan, saya tidak mau banyak berkomentar, karena sebagai penduduk Indonesia sendiri saya sering merasa tidak aman dan selalu harus waspada ketika berada dijalan.

Iya, traveling di Indonesia itu memang penuh dengan tantangan.

Untuk turis asing yang sedang sial mungkin kejadian dibawah ini bisa dengan mudah terjadi.

Bagiamana bisa mencapai target 20 juta wisman? Kalau liburan dibarengi rasa was – was dan tidak aman.

Mungkin juga faktor “keamanan” adalah alasan kenapa turis asing lebih suka liburan ke Bali daripada ke tempat yang lain.

Sebenarnya, dari curhat saya yang panjang lebar, menurut saya kunci dari majunya pariwisata sebuah negara adalah karena service yang bagus, safety atau keamaanan yang baik, infrastruktur dan transportasi yang bagus.

Sayangnya hal itu tidak akan mudah tercapai tanpa kerjasama antar instansi atau bahkan antar kementrian.

Saya tidak tahu, tetapi apakah ada program atau kerja bareng antara Kementrian Pariwisaata dengan kementrian yang lain dalam rangka memperbaiki infrastruktur sebuah destinasi pariwisata.

Atau bahkan kerjasama keamanan dengan kepolisian dan pihak lain yang terkait hingga edukasi kepada masyarakat untuk ikut andil dalam pariwisata.

Semoga saya hanya tidak tahu, namun sebenarnya ini sedang dikerjakan saat ini.

Ada destinasi menarik di salah satu sudut Sulawesi, tetapi tidak seterkenal Bali. Karena perlu waktu berjam - jam hanya untuk mencapainya. Bali? Cukup dengan satu jam terbang saja dong :)
Ada destinasi menarik di salah satu sudut Sulawesi, tetapi tidak seterkenal Bali. Karena perlu waktu berjam – jam hanya untuk mencapainya. Bali? Cukup dengan satu jam terbang saja dong :)

Sementara, untuk masalah promosi, tanpa disuruh, dibantu atau dibayar pun sudah banyak travel blogger indonesia dari berbagai belahan nusantara siap untuk kerja kerja dan kerja mempromosikan Pariwisata Indonesia.

O iya, saya juga sempat mendengar kalau akan ada sebuah program dan award untuk mengapresiasi travel blogger.

Semoga bukan bermodel putri – putrian ya, tetapi sebuah program yang memajukan travel blogger dari daerah.

Karena ada banyak potensi dari para pejuang wisata tanpa tanda jasa di daerah itu.

Last but not least, semoga Pariwisata Indonesia bisa terus maju.

Karena, kalau diatur dengan baik, pariwisata itu bisa menjadikan sebuah mata pencaharian buat segenap rakyat indonesia.

Bahkan untuk yang tidak berpendidikan sekalipun.

Salam, Fahmi Catperku – Travel Blogger Indonesia

Baca juga tulisan teman-teman Travel Bloggers Indonesia yang lain ya ^^ :

Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.


Rijal Fahmi Mohamadi

Rijal Fahmi Mohamadi

Fahmi adalah seorang Digital Marketer, Travel Enthusiast, Geek Travel Blogger dari Indonesia penulis catperku.com, Penulis Buku perjalanan Traveling The Traveler Notes Bali The Island Of Beauty dan The Traveler Notes Bersenang-Senang di Bali, Bertualang di Lombok. Pernah disebutkan, mentioned in Lonely Planet Indonesia 2019 as Best in Blogs. Mau menyapa saya? Kunjungi media sosial pribadi saya, atau hubungi lewat email [email protected] jika Anda ingin mengajak saya bekerja sama dan berkolaborasi.
https://catperku.com


Comments

  1. Aku pernah baca Rencana Kerja Strategis kementrian pariwisata periode sebelumnya
    bagus-bagus kok mas konsepnya, tapi ya itu, belum dijalankan
    kalopun dijalankan ya belum maksimal
    mudah2an aja periode ini makin baik :)

    1. Rijal Fahmi says:

      biasanya gitu sih~ planningnya bagus, tapi eksekusinya kurang ;D well, semoga periode ini planning dan eksekusinya bagus :)

  2. cumilebay.com says:

    Aku mau nya di bayar kak #dikeplak suka males kalo ngak di bayar trus promosiin sesuatu #DiceburinLaut

  3. Oke. Gue mau komentar gambarnya dulu satu-satu.

    1) Maaasss, itu gunungnya bagus bangeeeeeettt. Mana tulisannya mana? Kayaknya gue belum pernah baca :D
    2) Gue belum pernah ke Bromo, tapi.. buset! Itu turisnya banyak banget! Kapan ya waktu low season di sana?
    3) Parah banget itu kejadian yang menimpa turis Belgia! Pengen gue labrak deh pelakunya! Njirrr, itu pasti dia trauma banget sama Indonesia.
    4) Itu juga bagus bangeeettt! Di mananya Sulawesi?

    Overall, yang paling penting adalah kesadaran manusianya tentang pariwisata. Sadar untuk memberikan pelayanan yang ramah, menyediakan infrastruktut yang memadai, dan menjaga objek-objek wisatanya. It’s all about mentality. Kalau mentalnya udah bener, kita para travel-blogger nggak usah takut dengan efek samping promosi pariwisata :)

    1. Rijal Fahmi says:

      wakakak~ coba bales pertanyaannya ye~

      1. Itu tateyama kurobe, coba search pake keyword tateyama di searchbox ada dua tulisan kalau ga salah. itu salah satu tempat untuk bisa liat salju ketika musim semi disana :D

      2.Sekarang nggak ada namanya low season disana kalau lagi libur atau weekend :D kalau mau sepi, kesana pas hari biasa gitu. waktu yang lain lagi kerja.

      3. Yup, faktor keamanan yang selalu bikin was was, bahkan buat turis lokal kayak aku juga :| Udah pernah beberapa kali kena palak, dan hampir berantem sama preman selama traveling~ Untung masih diberi kesehatan dan keselamatan. Traveling di indonesia, selain perlu mental berani juga harus banyak2 berdoa ^^

      4. Foto terakhir? Itu menuju desa torosiaje, waktu Terios 7 wonders kemaren itu, akses public transport kesana ada tapi lumayan ngabisin waktu dan nggak terlalu reliabel, paling enak setir mobil sendiri. Paling dekat dari gorontalo :D tertarik? ada tulisannya kok~

      Terus terang, sekarang mulai hati – hati ngebuzz destinasi, gak kayak dulu bisa bebas~ beberpa destinasi yang sempat aku tulis jadi banyak yang kurang nyaman sekarang :| dilema banget promosiin destinasi di Indonesia itu sekarang~

  4. Aaangg.. tapi kan gue bisa ikutan kalo Travel Bloggernya ala putri-putrian. Kan gue putri.

    1. Rijal Fahmi says:

      iya kak iya~ :3 tapi harus cantik n cakep kalau ikutan ya :p

  5. Indri Juwono says:

    antar departemen memang perlu ada sinergi yang bagus. beerapa jalur baru di pelayaran sudah memberi beberapa harapan kemudahan transportasi.

    semakin banyak pergerakan manusia, semakin besar perubahan pada asal dan tujuan. ini mesti ditindaklanjuti. :)

    1. Rijal Fahmi says:

      Ah, iya seperti paket cruise dari pelni ya? Itu langkah bagus sih, pengen cobain juga naik kapal laut sampe raja ampat pake kapal pelni :D

  6. Top banget iki tulisanmu kak. Jelas plus gambar dan pesannya ngena banget ke pak menteri.

    Kalau wisata Nganjuk, Air Terjun Sedudo itu menurutku sudah lumayan lah. Penduduk sini ramah kok. Bahkan kalau motornya gak kuat menanjak, banyak ojek anak anak muda siap membantu naik (bayar tentunya).

    Aku pernah jaim gitu gak mau dibantuin (baca: males bayar), eh, jalan kaki dari sini ke sana lelahnya minta ampun hahahaha.. (padahal kalau bayar mungkin 10 ribu, bisa sampe dengan aman sentausa tanpa ngos-ngosan)

    1. Rijal Fahmi says:

      Hehee, selain promosi, kesiapan infrastruktur juga penting :). wah air terjun sedudo ya? Pengen banget kesitu, nanti kalau pulang ke blitar mau main ke nganjuk deh :D

  7. Danan Wahyu Sumiratd says:

    jadi inget mau naik gunung di negeri tetangga rempong banget perijinannya dan mahal tapi ternyata itu salah satu cara untuk melindungi potensi alam. Jualan wisata juga harus melindungi aset ya kak

    1. Rijal Fahmi says:

      Ya ya ya, itu aku juga kepikiran kalau pengunjung di taman nasional dan gunung – gunung itu dibatesin, biar ujung – ujungnya nggak kotor n rusak :D

  8. Rifqy Faiza Rahman says:

    Mas Fahmi jeli melihat problematikanya, semoga Pak Arief Yahya berkenan memperhatikan ya :)

    1. Rijal Fahmi says:

      Semoga, biar pariwisata bisa ikut mensejahterakan rakyatnya :D

  9. Iya ya, Bang. Dari hal kecil aja belom ada aturannya.. Masalahnya bukan cumak target berapa juta wisatawan yang bakal maen ke sini, tapi gimana bisa tetep aman dan nyaman yah.. Semoga MenPar kita baca deh surat ini. Aamiiiin.. :)

    1. Rijal Fahmi says:

      mending diantisipasi, dari pada nanti kulitnya diiklankan bagus, tapi begitu liat aslinya kecewa~ kan bikin kapok itu :|

  10. gunadi firdaus says:

    Yang saya pribadi rasakan kalau wisata di dalam negri itu, privasi kita terasa kurang baik. Dikerumunin pedagang asongan, dikerumunin tukang taksi, dikerumunin pengemis, hampir di semua tempat wisata yang sudah komersil. Ini agak berbeda dengan tempat wisata di Luar Negri yang pernah saya kunjungi. Sayang lah Mas RIjal Indonesia ini. Alamnya sangat luar biasa indah tapi sdm nya….gitu lah. semoga semakin baik lah.

    1. Rijal Fahmi says:

      Ya ya ya, saya juga merasa begitu kadang selalu dikerumunin. Yang paling parah, kalau dikerumunin calo, suka sebel apalagi kalau mereka agresif. Semoga semua sadar ya, kalau pengelolaan pariwisataa yang baik bisa menjadi mata pencaharian penduduk indonesia :)

  11. Citra Rahman says:

    Uneg-unegku udah kamu tulisankan semua, Bang. Ini bisa reblog ga sih tulisannya? :D

  12. fanny fristhika nila says:

    Semoga apa yg kamu tulis di sini bener2 jd bahan pertimbangan pak mentri ya mas… Aku aja yg org Indonesia suka serem kalo traveling di negara sendiri.. ujung2nya krn takut kenapa2, jd lebih milih pergi ke tempat2 lain.. seandainya jalan di negri sendiripun, aku lebih milih yg tempatnya bukan tujuan turis.. Kayak dulu itu ke Bumiayu..

    dipikir2, drpd ke kota yg udh kbnyakan turis, org2nya suka serem.. scam di mana2, trs apa2 dimahalin.. itu kyknya yg bikin aku ga terlalu suka ama Bali :D

    1. Rijal Fahmi says:

      Semoga sih ada yang dengerin~ syukur – syukur ada yang ngerespon :D Memang kalau orang negaranya sendiri traveling nggak kerasa nyaman, gimana warga negara lain ya? kecuali yang suka adventure n tantangan sih~ tapi apa 20 juta orang suka tantangan semua? Yang cuma pengen liburan gimana? :D

  13. Baca judulnya awalnya kepikir kok kayak skripsi, tp ternyata sisinya keren. Hehehe.. tapi bener banget, seperti pedang bermata dua. Ini balik lagi edukasi ke orang kita sih.. Gak tugas pemerintah saja, tapi tugas kita juga..

    1. Rijal Fahmi says:

      Yep, tugas yang promosiin juga nih, gak asal promosi, tapi juga selipin edukasi ^^

  14. Buat kejadian Lombok, itu pas kemarinnya banget saya jelajah di jalan yang sama. Ada cerita tersendiri dengan penduduk lokal ketika motor-motor kami terperosok lumpur 30cm (iya, 30cm) yang sempat membuat saya merinding… *deep, deep sigh*.
    Dan fyi, kita main jujur-jujuran aja ya, kejadian foreign tourist get robbed di Lombok itu bukan yang pertama. Sebelumnya banyak… *cerita penduduk asli*
    Masalah pariwisata Indonesia menurut saya lebih ke masyarakatnya yang belum siap, sih. Atau, ketimpangan ekonomi antara investor dan penduduk lokal yang membuat masalah merembet ke mana-mana. Dilema banget.
    Pada akhirnya, kalau memang benar masalahnya balik pada manusianya, tak ada yang bisa kita lakukan. Soalnya kita nggak bisa mengubah orang lain, kecuali diri sendiri. Moga-moga, yang membaca ini bisa mengubah dirinya untuk menyebarkan informasi ini agar dibaca lebih banyak orang lagi yang juga mau mengubah dirinya sendiri :)
    Terima kasih untuk tulisannya yang sangat inspiratif :)

    1. Rijal Fahmi says:

      Yap, karena kurangnya kesiapan penduduk lokal, jadinya investor saja yang untung. Orang lokal enggak kebagian. Yang terjadi ya kayak di lombok itu, bule pun dilihat sebagai ATM berjalan yang bisa dikerjain. Padahal lombok kan salah satu incomenya dari pariwisata. :)

  15. Firsta | Discover Your Indonesia says:

    Akhirnya ga freeze lagi!
    Iya, akupun suka jadi galak (campur malu) kalau lagi nemenin turis liat-liat alun-alun selatan Yogya trus disamperin orang lokal yg nawarin dagangan tapi maksa. Atau orang yg ngasih info cuma 2 kalimat tentang keraton trus disambung dengan tuntutan minta uang. Ditolak dengan halus berkali-kali sambil senyum, dibalas dengan umpatan kasar sama mereka. –” Aku kudu piyeeeee.. Hahaha..

    1. Rijal Fahmi says:

      Aku suka bingung juga kalau kayak gitu, gak cuma bule, kadang orang lokal aja digituin~ kalau memang itu bisa menjadi pendapatan, pemerintah bisa bikin aturan, jalan kesitu harus pake guide lokal, tapi tarif wajar ndak kemahalan, pasti pada mau juga :) Atau mereka2 para guide lokal itu dibayari sama pemerintah, harusnya kan ada alokasi dana buat ini ;D

  16. Rudi Hartoyo (Medan Wisata) says:

    Banyak tempat yang indah di Indonesia, namun kendalanya masih seperti dulu yaitu tentang transportasi, kondisi jalan yang belum memadai dan kenyamanan bagi para pengunjung tentunya.

  17. Kurang puas dengan cara kerja menteri pariwisata sekarang, gangerti ih hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *