Tulisan “Tentang Cagar Alam, Dan Etika Jalan – Jalan Di Alam” ini dibuat untuk berpartisipasi dalam peringatan World Environtment Day : Raise Your Voice, Not the Sea Level.
Karena kadang pariwisata tidak cuma menyumbang kesejahteraan masyarakat sekitar.
Namun juga kerusakan lingkungan dan ekosistem akibat kurangnya edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan demi pariwisata yang berkelanjutan. Dan…
Kami, Travel Blogger Indonesia tidak cuma berbagi keindahan, tips perjalanan, cerita perjalanan, tetapi juga punya kewajiban mengedukasi pembaca untuk menjaga kelangsungan pariwisata Indonesia.
Pertama, saya mau membahas tentang cagar alam yang sepertinya menjadi salah kaprah di Indonesia.
Bahkan ada yang entah tidak sengaja atau memang pura – pura tidak tahu telah dipopulerkan sebagai destinasi wisata (red : Pulau Sempu).
Padahal, sejatinya cagar alam itu tidak seperti tujuan wisata yang biasa.
Daftar Isi
Apa itu Cagar Alam?
Cagar alam adalah merupakan sebuah wilayah perlindungan alam yang memiliki ciri khas tumbuhan, satwa, dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan dibiarkan berkembang secara alami. Sebagai bagian dari kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka aktivitas wisata atau komersial tidak diperbolehkan di dalam area cagar alam.
Seperti halnya dengan kawasan konservasi lainnya, sebelum masuk ke cagar alam, kamu perlu memiliki SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) yang bisa kamu dapatkan di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
Perhatikan tulisan yang dicetak tebal. Disitu diperjelas, tidak boleh ada kegiatan komersil atau wisata didalam cagar alam, dengan alasan apapun.
Jadi, traveler sekeren apapun, se-backpacker gembel apapun kalian.
Jika melanggar, kalian tidak beda jauh dengan penjahat yang melanggar hukum.
Iya, penjahat perusak lingkungan yang berkedok pecinta alam, backpacker, traveler atau apapun itu!
Contoh nyata pelanggaran area yang sekarang ini dianggap “biasa” adalah Cagar Alam Pulau Sempu.
Pulau ini mungkin adalah satu – satunya cagar alam yang dianggap boleh oleh oknum untuk “diperkosa” secara ramai – ramai.
Asasnya adalah, “wani piro!”.
Dengan membayar beberapa puluh ribu saja, pengunjung sudah bisa masuk ke kawasan cagar alam yang seharusnya tidak boleh dimasuki dengan alasan apapun kecuali penelitian yang akan bermanfaat untuk banyak orang.
Kalian kesana buat meneliti atau selfie? Hemmm….
“Tapi saya kan enggak merusak? Enggak buang sampa sembarangan?” Dalih beberapa traveler yang entah tidak tahu atau pura – pura tidak tahu.
Iya, mungkin satu atau dua orang tidak akan melakukanya.
Namun ada yang bisa menjamin jika ada puluhan hingga ratusan orang yang datang ke Pulau Sempu secara bersamaan?
Apalagi penduduk negeri yang agak dagelan ini gampang banget terserang budaya latah.
Ketika seseorang punya foto selfie disuatu tempat wisata, dalam hitungan tidak terlalu lama ribuan orang akan mengikutinya. Benar enggak hayo?
Entah sampai kapan Cagar Alam Pulau Sempu bertahan, jika semua menganggap mendatangi tempat ini adalah bisa dan diperbolehkan :)
Saya sih, belum dan enggak ingin kesana.
Masih ada ratusan tempat cantik di Indonesia yang bisa didatangi selain Cagar Alam Pulau Sempu!
Kegiatan Wisata Atau Yang Lainnya Di Cagar Alam: Boleh atau Tidak?
Kamu penggemar alam? Tahu nggak kalau sekarang banyak organisasi pecinta alam yang merasa kesulitan mendapatkan izin untuk berkegiatan di kawasan cagar alam?
Menurut mereka, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terlalu sulit dalam memberikan izin.
Ini jadi isu yang patut dibahas, karena sebenarnya tujuan dari kedua belah pihak, yaitu organisasi pecinta alam dan BKSDA, sama-sama ingin menjaga kelestarian alam.
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 mengatur tentang kawasan konservasi, termasuk cagar alam.
Cagar alam merupakan suaka alam yang perlu dilindungi karena memiliki kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya.
Namun, kegiatan komersial dan wisata tidak diperbolehkan di dalam kawasan cagar alam.
Untuk memasuki cagar alam, kamu harus memiliki Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) yang bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam setempat.
Pertanyaannya sekarang, kenapa BKSDA mempersulit izin berkegiatan di cagar alam?
Jawabannya, setiap kegiatan yang dilakukan di dalam cagar alam harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di dalam cagar alam, hanya boleh dilakukan kegiatan yang mendukung penelitian, pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.
Sedangkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam, seperti mengurangi luas kawasan, menghilangkan fungsi, atau menambah jenis tumbuhan dan satwa yang tidak asli, dilarang keras.
Cagar alam memiliki keistimewaan tersendiri yang membedakannya dengan suaka margasatwa.
Suaka margasatwa memperbolehkan kegiatan wisata terbatas sebagai bagian dari pemanfaatan wilayahnya, sedangkan di cagar alam tidak ada pemanfaatan untuk kegiatan wisata terbatas dan semacamnya.
Cagar alam diistilahkan sebagai sebuah kesakralan yang harus dijaga kelestariannya.
Sebagai penggemar alam, kita harus menjaga cagar alam dengan baik.
Kita tidak ingin bencana alam terjadi karena kerusakan alam yang terjadi di kawasan konservasi.
Pada akhirnya, cagar alam harus menjadi titik tolak dalam upaya menjaga kelestarian alam.
Mari mulai dengan membicarakan dan mewacanakan pentingnya cagar alam dalam kesadaran pengetahuan masyarakat.
Dengan begitu, upaya penyelamatan tidak lagi menjadi usaha atau gerakan komunitas, sektoral, dan terbatas di instansi tertentu, melainkan menjadi usaha dan gerakan bersama untuk menjaga kelestarian alam kita.
Etika Jalan Jalan Di Alam Untuk Traveler
Sekarang… saya mau membahas tentang etika jalan – jalan di alam…
Memang, alam diciptakan begitu indah untuk manusia. Tapi, manusia tidak punya hak sedikitpun untuk merusaknya.
Kalau menikmati dengan melihat saja sih boleh banget :’)
Cuma sayang… ada banyak yang ngerasa… “Jalan – jalan pake duit gue, mau ngapain terserah gue dong!”
Cih.. dasar manusia, dimanapun, siapapun, kapanpun pasti egois, termasuk saya juga….
Ada juga yang jalan – jalan dengan membawa kebiasaan buruknya ketika tinggal di kota besar.
Seperti “buang sampah sembarangan” misalnya. Kalau itu rumah kalian, terserah mau buang sampah ngawur atau bagaimanapun.
Toh kalau rumah kalian penuh sampah, kalian sendiri yang merasakannya.
Tidur dengan bau sampah!! Kalau buang sampah ngawur di alam, berarti kalian egois, melanggar hak orang lain menikmati alam yang bersih.
Kasus yang paling booming adalah Gunung Semeru!
Gara – gara sebuah film, gunung tertinggi di pulau jawa ini semakin terkenal, banyak yang mengunjungi, dan semakin banyak sampah ekstra yang di buang secara ngawur.
Iya, ngawur! Karena selain banyak pecinta alam dadakan, juga enggak semua orang pintar dengan membawa turun sampahnya sendiri.
Kasarnya kalau di kota ada tempat sampah aja buangnya ngawur, apalagi ini di gunung yang harus jalan kaki turun gunung buat membuang sampah.
Pasti lebih ngawur lagi! *hopeless*
Ingat! Seperti Cagar Alam, Gunung Bukan Tempat Sampah! Catet Ya!
Bukan cuma gunung, saya juga sering geram sebenarnya. Dimanapun, kemanapun saya pergi ke destinasi di Indonesia yang kece nan cakep, semuanya hampir sama.
Pasti ada saja makhluk egois yang buang sampahnya sembarangan.
Memang sih, kadang ada destinasi di Indonesia yang susah banget nyari tempat sampah.
Tapi itu kan bisa diakali dengan membawa trash bag sendiri, baru dibuang kalau sudah nemu tempat sampah.
Pun, ada juga yang menyebalkan! Ada tempat sampah disebelahnya, tetap saja sampah dibuang secara ngawur! Gila!
Kadang pengen marahin itu orang yang buang sampah ngawur, tetapi menurut saya itu juga tidak akan menyelesaikan masalah.
Datangi saja, ambil sampah yang mereka buang sembarangan, lalu buang ke tempat yang benar (red: tempat sampah).
Sambil berharap saja mereka malu, dan masih merasa sebagai manusia yang mempunyai pikiran, bisa membedakan mana yang cara buang sampah yang salah dan mana yang benar.
Jika dilihat dari sisi personal, sampah sebenarnya adalah masalah yang sepele.
Masalah yang gampang untuk diatasi jika setiap orang punya kesadaran membuang sampahnya sendiri ke tempat yang benar.
Pemerintah atau organisasi penyelamat lingkungan manapun tidak perlu repot mengeluarkan banyak dana untuk mengurusi sampah.
Disini, saya mengajak teman – teman yang suka traveling, untuk berkontribusi menjaga lingkungan dengan memanage sampahnya dengan benar.
Minimal, bawa dan buang sampah kalian sendiri dengan benar, dan tidak mengunjungi cagar alam untuk wisata.
Apa Yang Bisa Saya Lakukan Sebagai Pejalan?
Tidak perlu muluk – muluk, mungkin bisa memulai beberapa hal yang pernah saya tuliskan di beberapa artikel sebelumnya :
- Eco Traveling yaa, Bukan Ego Traveling!!!
- Menjaga Surga Indonesia
- Cerita Papandayan : Bersih – Bersih Pondok Salada Sebelum Pulang Ke Ibukota
Jadi kesimpulan-nya….
Tidak juga perlu menunggu, dan mengkritik saja.
Mari mulai dari diri sendiri menjadi pejalan yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan!
Karena, kalau bumi sudah mulai rusak, terjadi pemanasan global, hingga es kutub mencair, apa yang akan terjadi kira – kira?
Sudah, tidak usah ditebak, pikirkan saja apa kalian sanggup beli atau membuat kapal ruang angkasa untuk pindah dari Bumi!?
Ingat Raise Your Voice, Not the Sea Level!!
Bumi cuma satu, mari kita jaga baik – baik semuanya, termasuk cagar alam kita :)
Baca juga tulisan keluarga besar Travel Bloggers Indonesia yang lain dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia :
- Selamat Datang Di Masa Depan – by @yofangga
- Menjelajah Negeri Orang Laut – by @dananwahyu
- Dilema Wisata Karimunjawa – by @fahmianhar
- Apa itu Green Tourism? – by @FeliciaLasmana
- Interview with Tiza Mafira: Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) – by @discoverurindo
- 5 Dosa Para Pendaki Gunung yang harus dihindari – by @wiranurmansyah
- Hutan Kalimantan, Nasibmu Kini – by @bpborneo
- Kebiasaan Bersahabat dengan Lingkungan – by @dalijo
- Jatuh Cinta Kepada Hijau – by @miss_almayra
- Ber-Ekowisata bersama Tintin di Hutan Kota Kemayoran by @oli3ve
- Bersihnya Situ Gunung.. by @ubermoon
- Menjaga Etika Perjalanan Menjaga Alam by @efenerr
- Musuh Abadi, Plastik by @adliencoolz
- How environment-friendly are u? by @duabadai
Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.
setuju kak kucing! membawa sampah turun adalah KEHARUSAN! buat yang nggak bisa ngejaga alam, percuma nyebut diri pencinta alam..
yoi kak :D wajib bawa trash bag sendiri kalau naik gunung ^^
aku belum pernah ke sempu & ranu kumbolo. miris ya liat foto tumpukan sampah disitu. OTAKNYA PADA DIMANA SIH?? NINGGAL SAMPAH SEMBARANGAN KAYA GITU!? PENGEN TOYOR KEPALANYA DEH!!
*esmosih*
sabar kak sabar, mari kita rame – rame sharing tentang yang bener ^^
Perkara sampah ini seperti sudah kebiasaannya orang Indonesia kalau membuang sampah pada tempatnya itu lumayan susah. Mungkin yang perlu diperbaiki adalah konsep “tempat sampah”. Karena kalau kita perhatikan di pelosok desa, mereka nggak mengenal tempat sampah dan proses pengolahan sampah seperti yang ada di kota. Mungkin dari sini asalnya kenapa budaya buang sampah sembarangan masih merajalela.
Anyway, saya sendiri kalau motret air terjun sering lho menemukan sampah yang tersangkut di batu-batuan. Kalau saya bawa plastik, biasanya saya punguti terus bawa pulang ke kota. Sepertinya sampahnya itu terbawa oleh arus sungai. Ah, ini juga budaya lain lagi bagaimana masyarakat kita memperlakukan sungai.
Kalau perkara destinasi yang ramai akibat “latah” itu menurut saya cukup dilematis. Di satu sisi kita pingin supaya perekonomian warga setempat meningkat dengan pariwisata. Di sisi yang lain, kita juga nggak pingin destinasi tersebut tercemar oleh perilaku manusia.
Makanya itu, kadang saya mikir. Gimana ya cara bikin destinasi wisata supaya nggak begitu ramai tapi bisa membantu perekonomian warga setempat. Sebab, kalau tidak begitu ramai kan kondisinya masih terjaga dan otomatis jumlah sampah bisa diminimalisir.
Betul nggak sih? Dirimu mau bantu ikut mikir? :D
makanya, bener kalau sampah itu masalah yang kadang terlalu dianggap sepele, bukan masalah besar sama orang – orang indonesia. dikasih tau ada yang ngeles malah. mari kita kasih contoh yang benar saja deh :)
Ikut mikir dikit. :) Aku rasa penduduk sekitar harus mengerti terlebih dahulu dan menghargai tempat mereka sendiri (destinasi wisata itu). Jika mereka menghargai, maka mereka pun akan menetapkan aturan-aturan untuk menjamin kelestarian tempat tersebut. Kita (wisatawan/tamu) harus ikut aturan yang ditetapkan.
Aduuh..itu ranu kumbolo malah jadi TPA..
efek kebanyakan yang nanjak kali ya :D
Semoga dengan semakin banyak artikel yang membahas tentang masalah cagar alam dan etika jalan di alam, semakin banyak pula orang bisa mengerti.
iya kak, mari kita nggak cuma berbagi, tapi juga mengedukasi hehee ;D
Di Indonesia para pejalannya masih sibuk pamer eksotisme kak
“Been there, pictured that”
Mereka masih belum sadar bahwa tindakan ini dapat menyebar cepat bagai virus.
Menjangkiti banyak orang dan menanamkan mindset bahwa traveling adalah perilaku keren yang harus dilakukan.
Akhirnya banyak dari mereka yang gak sadar kode etik, parahnya lagi bahkan sampai merusak :(
kurang edukasi saja sih kak :| pada enggak sadar menjaga kebersihan :(
sabar lid sabar~~ puasa inget puasa :p
Bird, Dog, People, bener juga yah, kece artikelnya.
Sekali kali nulis buat mengedukasi yang lain :)
setuju kakak,
ya sekarang gimana caranya ngasih kesadaran untuk masyarakat Indonesia kalo alam itu penting, kudu, mesti, harus dijaga bukan cuma nikmatin aja.
izin share ya kakak.. :)
Iyup, karena alam yang rusak lambat laun juga pasti merugikan sektor pariwisata Indonesia. Karena itu tugas dari para traveler, travel blogger dan para penggiat pariwisata lain tidak melulu jualan. Tapi ikut menjaga kelestariannya demi anak cucu kita nanti :D Seneng banget kalau ada yang share tulisan ini!
tulisan yang sangat bagus dan inspiratif.. keep up good work..
Terimakasih sudah mampir :) semoga bermanfaat.
Yap bener banget! Jalan-jalan juga wajib punya etika, apalagi kalo udah sampe masuk ke area yang dilarang buat dikunjungi. Sebagai salah satu insan pariwisata ikut sakit hati dengan penampakan cagar alam Pulau Sempu ini, semoga bisa segera diperbaiki!