Menginap Di Tongkonan Rumah Adat Dari Toraja Sulawesi Selatan

Pada kali ini saya berkesempatan untuk merasakan pengalaman menginap di Tongkonan, rumah adat khas Toraja.

Perjalanan menuju Tana Toraja itu seru, namun bukan berarti tanpa perjuangan berarti.

Pun sebagian perjalanan adalah jalan lurus mendatar, namun sisanya, beberapa km sebelum Toraja jalanan mulai menanjak, dipenuhi dengan tikungan tajam.

Bahkan beberapa ada tanjakan lumayan ekstrem yang membuat pengendara harus ekstra hati – hati di sepanjang perjalanan. Terutama kalau enggak mau celaka disini.

Untungnya Terios sahabat petualang yang telah saya naiki sepanjang perjalanan jelajah celebes selama ini bisa menanjak dengan mudah tanpa hambatan apapun.

Hanya saja jalanan berkelok menjelang Toraja ini memerlukan setiap konsentrasi tinggi dan kehati – hatian seorang driver jika ingin sampai dengan selamat.

Diary Day 8, The Adventure Of Toraja (Night), Pengalaman Menginap Di Tongkonan

Kebersamaan keluarga Toraja yang tinggal di dalam Tongkonan.
Kebersamaan keluarga Toraja yang tinggal di dalam Tongkonan.

Seharusnya tim Terios 7 Wonders tiba di Rantepao secara bersamaan, namun karena panggilan alam, mobil Terios T2 yang saya tumpangi harus tertahan dibelakang.

Akibatnya, kami terpisah dengan rombongan utama.

Bahkan sempat tersasar lumayan jauh sebelum akhirnya bisa kembali bergabung di desa tempat kami menginap dan rumah adat Toraja Tongkonan berada.

Disambut Tari Tradisional Pa’Gellu

Sesampainya disana, ternyata tim sudah disambut dengan tarian khas Toraja.

Tari tradisional Pa’Gellu ini adalah tarian khas Tana Toraja.

Awalnya tarian ini melambangkan acara penyambutan para pejuang yang baru saja kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan.

Namun sekarang tarian ini sudah sering dipertunjukkan pada upacara kegembiraan lainnya.

Seperti acara pernikahan, pesta syukuran di musim panen, atau penyambutan tamu kehormatan.

Berfoto bersama penari yang menyambut tim Terios 7 Wonders.
Berfoto bersama penari yang menyambut tim Terios 7 Wonders.

Oh, jadi tim Terios 7 Wonders ini tamu kehormatan ya ^^

Tarian Pa’Gellu dipentaskan oleh dua remaja wanita yang menari diiringi irama tabuhan gendang.

Para penari ini disebut Ma’toding.

Mereka mengenakan busana adat khas lengkap dengan aksesori tambahan berkilau emas juga perak.

Perhiasan itu antara lain seperti keris emas (red: sarapang bulawan), kandaure, sa’pi’ Ulu’, dan tali tarrung. Wah! Banyak juga ya macamnya :D

Selanjutnya acara penyambutan ini diakhiri dengan pengalungan bunga yang diterima oleh masbro David Setiawan, Divisi Promosi PT Astra Daihatsu Motor (ADM).

Dan di lanjutkan dengan makan malam! Duh, sudah lapar!

Makan Malam, Mencoba Lada Katokkon

Dari semua makanan yang ada, cabe khas toraja ini paling menarik perhatian saya. Namanya, Lada Katokkon!
Dari semua makanan yang ada, cabe khas toraja ini paling menarik perhatian saya. Namanya, Lada Katokkon!

Cabe Katokkon adalah varietas cabai yang memiliki cita rasa khas dan berasal dari Toraja.

Di wilayah Toraja, cabai sering disebut dengan sebutan “lada”, sehingga cabai ini juga dikenal sebagai lada katokkon.

Cabe Katokkon memiliki tingkat kepedasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan cabai rawit biasa, serta memiliki aroma yang unik.

Dalam masakan, Cabe Katokkon dapat memberikan sensasi pedas yang lebih intens dan memberikan karakteristik khas pada hidangan.

Keunikan rasa dan aromanya membuat Cabe Katokkon menjadi pilihan yang menarik bagi pecinta makanan pedas atau mereka yang ingin mencoba rasa baru dalam masakan mereka.

Jika Kamu mengunjungi Toraja, mencicipi Cabe Katokkon adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan untuk menjelajahi kekayaan rempah khas daerah tersebut.

( Baca Juga : Terios 7 Wonders : Diary Day 9, The Adventure Of Toraja (Londa) )

Pengalaman Pertama Menginap Di Tongkonan

Di Toraja, tim memang direncanakan untuk menginap di rumah adat khas Toraja yang dikenal dengan nama Tongkonan.

Saya senang sekali dong, bisa merasakan bagaimana menjadi seorang Toraja.

Pun saya cuma bisa merasakan sensasi menginap di rumah adatnya saja, yang jelas ini sebuah pengalaman yang tidak bisa saya lewatkan.

Tapi bagaimana jika mendengar desas – desus kalau tetangga tempat saya menginap sedang menyimpan mayat?

Ada yang menginap di Tongkonan!
Ada yang menginap di Tongkonan!

( Baca Juga ; Terios 7 Wonders : Diary Day 3.5, Apa Pula Itu Kaledo? )

Horror dan parno pun langsung menyerang, hasrat untuk mandi langsung menghilang, pun saya belum mandi sore hari.

Ditambah lagi kulit tangan juga mulai mengkerut akibat hawa dingin Toraja yang menusuk tulang.

Beberapa tim juga lebih memilih berebut tempat untuk tidur di dalam Tongkonan.

Ada juga yang lebih memilih untuk merasakan tidur di lumbung masyarakat Toraja yang berada di luar.

Entah karena penasaran atau sengaja ingin merasakan sensasi kengerian menginap di Toraja.

Menyimpan mayat di dalam rumah memang sebuah tradisi di Tana Toraja.

Karena jika ada kerabat yang meninggal dunia, jasadnya tidak akan langsung dikuburkan begitu saja.

Hal itu berkaitan dengan kepercayaan masyarakat Tana Toraja yang melihat bahwa kematian itu hanya sebuah proses peralihan di antara dua dunia.

Bagi keluarga yang mampu, upacara khusus dengan penyembelihan kerbau langsung dilakukan, dan jenazah langsung dikuburkan.

Buat yang belum mampu, maka jasad akan disimpan di dalam rumah Tongkonan hingga upacara khusus tadi bisa dilakukan.

Jelas sudah, ternyata informasi yang saya dapatkan bukan cuma desas desus saja.

Kebetulan bin tidak sengaja, malam ketika anggota tim menginap di Tana Toraja, tetangga dekat rumah kami menginap memang sedang menyimpan salah satu jasad keluarganya.

Hiiiiii! Mari kita cepat tidur saja!

Kenali Lebih Dekat, Apa Itu Rumah Adat Tongkonan?

Rumah Tongkonan adalah rumah adat khas dari suku Toraja di Sulawesi Selatan yang memiliki filosofi Aluk Todolo.

Rumah Tongkonan juga merupakan simbol kehormatan keluarga dalam budaya Toraja, sehingga pembangunannya dilakukan dengan penuh pertimbangan.

Mulai dari desain hingga posisi rumah dan tiang-tiangnya, rumah adat ini memiliki makna dan nilai yang beragam.

Pertama, rumah Tongkonan menghadap ke utara, yang melambangkan keberadaan Puang Matua Yang Mahakuasa, yaitu arah utara yang dianggap sakral.

Saat ini, rumah adat tidak banyak digunakan sebagai tempat tinggal karena masyarakat telah membangun rumah-rumah modern.

Namun, rumah adat ini tetap berfungsi sebagai pusat kegiatan budaya masyarakat Toraja.

Rumah Tongkonan juga digunakan sebagai tempat berlangsungnya berbagai kegiatan sosial dan upacara keagamaan bagi keluarga yang memiliki rumah tersebut.

Selain itu, rumah adat ini juga berperan sebagai tempat penyimpanan padi.

Pembuatan Rumah Tongkonan dimulai dengan bangunan atap daun dan dinding dari tebing, serta tiang-tiang berbentuk segitiga.

Seiring waktu, rumah Tongkonan mengalami perkembangan hingga mengenal ornamen yang menjadi simbol status sosial pemilik rumah.

Semakin banyak tanduk kerbau yang dipasang di bagian atas rumah Tongkonan, semakin tinggi pula strata sosial pemilik rumah tersebut.

Mari kita tidur saja di Tongkonan :D
Mari kita tidur saja di Tongkonan :D

Beberapa Jenis Rumah Adat Toraja Tongkonan

Rumah adat Tongkonan memiliki beragam jenis yang dibedakan berdasarkan peran pemimpin dalam masyarakat.

Awalnya, rumah Tongkonan hanya diperuntukkan bagi raja, kepala suku, dan keturunannya.

Rumah adat ini memiliki bentuk yang menyerupai perahu Kerajaan China.

Berikut adalah beberapa jenis Rumah Adat Tongkonan yang perlu diketahui:

Tongkonan Pekamberan

Tongkonan Pekamberan merupakan jenis Rumah Adat Tongkonan yang khusus dibangun untuk keluarga besar tokoh masyarakat dengan otoritas tinggi.

Rumah adat ini biasanya digunakan oleh penguasa untuk mengatur proses pemerintahan adat Toraja.

Keluarga yang mewarisi Tongkonan Pekamberan bertanggung jawab menjaga tradisi dan meneruskannya ke generasi berikutnya.

Tongkonan Layuk

Tongkonan Layuk adalah jenis Rumah Adat Tongkonan yang pertama kali digunakan sebagai pusat pemerintahan.

Rumah ini menjadi tempat pengambilan keputusan terkait urusan kekuasaan dan pemerintahan.

Selain itu, Tongkonan Layuk juga mencerminkan simbol masyarakat Toraja dan nilai-nilai leluhur.

Rumah Tongkonan Batu Ariri juga sering digunakan sebagai tempat tinggal bagi keluarga biasa dan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan rumah Tongkonan lainnya.

Tongkonan Batu Ariri

Tongkonan Batu Ariri merupakan jenis rumah Tongkonan yang ketiga.

Meskipun tidak memiliki peran dalam adat, rumah ini digunakan sebagai tempat keluarga dalam suku Toraja yang ingin membangun rumah Tongkonan pertama mereka.

Dengan keberagaman jenis Rumah Adat Tongkonan ini, masyarakat Toraja tetap mempertahankan warisan budaya mereka yang unik dan berharga.

Rumah Tongkonan menjadi bagian penting dalam identitas dan kehidupan masyarakat Toraja.

Fungsi Dari Tiap Ruangan Di Rumah Adat Tongkonan di Toraja

Fungsi Dari Tiap Ruangan Di Rumah Adat Tongkonan di Toraja

Rumah adat Tongkonan memiliki keunikan yang tidak dapat dipungkiri.

Meskipun sekarang rumah Tongkonan tidak lagi digunakan sebagai tempat tinggal utama oleh penduduk, tetapi rumah ini tetap menjadi pusat kegiatan budaya masyarakat Toraja.

Selain digunakan untuk upacara keagamaan, rumah Tongkonan juga memiliki peran sebagai rumah tradisional atau lumbung padi.

Filosofi yang terkandung dalam rumah adat Tongkonan mencerminkan segala aspek kehidupan dengan skala yang luas.

Oleh karena itu, masyarakat Toraja sangat menghormati dan menghargai rumah Tongkonan hingga saat ini.

Setiap ruangan di dalam Rumah Adat Tongkonan memiliki fungsi yang berbeda-beda, berikut penjelasannya:

“Rante” atau ruang tengah

Merupakan pusat kegiatan keluarga dan tempat berkumpulnya anggota keluarga. Ruang ini juga digunakan untuk menerima tamu serta menyelenggarakan upacara adat.

“Alang”

Ruang tidur utama yang berada di sisi belakang rumah. Ruang ini digunakan oleh kepala keluarga dan anggota keluarga yang memiliki status yang tinggi.

“Ante Pile”

Ruang tidur tambahan yang digunakan oleh anggota keluarga lainnya.

“Tandunan”

Ruang pemujaan leluhur yang berada di lantai atas rumah. Ruang ini digunakan untuk melaksanakan upacara keagamaan dan menyimpan benda-benda berharga.

Dengan desain yang unik dan filosofi yang kuat, Rumah Adat Tongkonan merupakan salah satu warisan budaya yang membanggakan bagi masyarakat Toraja.

Rumah ini tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan identitas, kepercayaan, dan kehidupan masyarakat Toraja secara keseluruhan.

Banua Sang Borong

Banua Sang Borong, juga dikenal sebagai Barung-barung, adalah bangunan rumah tradisional yang terdiri hanya dari satu ruangan tanpa adanya sekat.

Ruangan ini sering digunakan untuk kegiatan yang melibatkan banyak orang. Banua Sang Borong biasanya dibangun untuk mewakili utusan dari seorang penguasa adat.

Banua Duang Lanta

Banua Duang Lanta merupakan rumah tradisional yang tidak memiliki peran adat khusus dan umumnya digunakan sebagai rumah keluarga.

Bangunan Banua Duang Lanta terdiri dari dua jenis ruangan, yaitu sali dan sumbung. Sumbung berada di bagian selatan dan difungsikan sebagai tempat beristirahat.

Sali, ruang tamu utama keluarga, biasanya ditempatkan di bagian utara rumah.

Ruangan ini memiliki ketinggian yang lebih rendah sekitar 30-40cm dari sumbung. Sali digunakan untuk memasak dan menyimpan jenazah yang belum atau akan diupacarakan.

Selain itu, rumah adat ini juga dapat berfungsi sebagai Tongkonan Batu A’riri yang dikenal juga sebagai Banua Pa’rapuan, yakni rumah persatuan keluarga dari golongan rendah yang disebut kasta Tana’ Kua-Kua atau Tana’ Karurung.

Banua Talung Lanta

Rumah adat Tongkonan Banua Talung Lanta terdiri dari tiga bagian.

Bagian Tangdo terletak di area utara dan berfungsi sebagai kamar tidur wanita yang belum menikah.

Sali merupakan ruang tamu utama dan sering dilengkapi dengan perapian di bagian timur.

Dapo, terletak di sebelah timur, berfungsi sebagai tempat memasak dan perapian.

Sumbung, terletak di bagian selatan, adalah tempat istirahat dan tempat penyimpanan barang berharga dalam keranjang atau batang besar yang disebut ‘batutu’.

Banua Tallung Lanta

Banua Tallung Lanta merupakan rumah adat yang biasanya berperan sebagai Tongkonan Kaparengngesan (Pekaindoran atau Pekambaran), yaitu pusat pemerintahan adat Toraja.

Meskipun ada juga Banua Tallung Lanta yang tidak memiliki peran adat dan hanya berfungsi sebagai rumah keluarga biasa.

Kedua jenis Tongkonan ini memiliki perbedaan dalam simbol-simbol yang digunakan. Misalnya, Kabongo, simbol kepala kerbau, dipasang di bagian depan Tongkonan, sementara Katik, simbol kepala ayam, diletakkan di atas Kabongo. A’riri Posi’ adalah tiang tengah bangunan.

Selain simbol-simbol tersebut, perbedaan juga terlihat dalam ukiran yang digunakan pada Tongkonan.

Matahari (Pa’barre Allo), kepala kerbau (Pa’ tedong), ayam jantan (Pa’ manuk Londong), dan jalur-jalur lurus (Pa’sussuk) adalah beberapa contoh ukiran yang dapat ditemukan pada rumah adat ini.

Ciri Khas Dari Rumah Adat Toraja Tongkonan

Ada juga yang lebih memilih menginap di Lumbung seperti ini.
Ada juga yang lebih memilih menginap di Lumbung seperti ini.

Rumah adat Tongkonan memiliki beberapa ciri khas yang membuatnya unik dan memikat.

Berikut adalah beberapa ciri khas yang perlu kamu ketahui:

Bangunan Berbentuk Pohon Pipit

Pada tahap awal perkembangannya, Rumah Adat Tongkonan memiliki bentuk yang menyerupai pohon pipit.

Bangunan ini terbuat dari susunan ranting pohon yang diletakkan di atas sebuah dahan besar.

Atap rumah adat ini terbuat dari rumput yang disusun menyerupai sarang burung pipit.

Atap Berbentuk Perahu

Atap Rumah Adat Tongkonan memiliki bentuk seperti perahu dengan ujung yang melengkung ke atas.

Menurut legenda Toraja, atap perahu melambangkan perjalanan leluhur mereka yang menggunakan perahu untuk sampai ke Pulau Sulawesi.

Atap rumah selalu menghadap ke utara sebagai pengingat dari perjalanan tersebut.

Patung Kepala Kerbau

Salah satu ciri khas yang mencolok pada Rumah Adat Tongkonan adalah adanya patung kepala kerbau yang terpasang di bagian atas rumah.

Patung ini memiliki tiga jenis, yaitu kerbau hitam, kerbau putih, dan kerbau belang.

Selain itu, rumah adat ini juga dapat memiliki patung tambahan seperti patung naga atau patung kepala ayam, yang merupakan simbol dari pemilik rumah yang dihormati.

Ornamen Unik

Rumah Adat Tongkonan dihiasi dengan berbagai macam ornamen yang unik.

Warna dominan dalam ornamen ini adalah hitam dan merah.

Pada dinding dan atap rumah terdapat desain spiral, geometris, dan motif kepala kerbau serta ayam jantan yang diwarnai dengan warna putih, merah, kuning, dan hitam.

Setiap warna memiliki makna simbolis dalam agama asli Toraja, Aluk To Dolo.

Empat Warna Dasar

Rumah Adat Tongkonan memiliki empat warna dasar yang masing-masing memiliki makna tersendiri.

Warna merah melambangkan kehidupan manusia, kuning melambangkan anugerah Tuhan, hitam melambangkan kematian, dan putih melambangkan kebersihan atau kesucian.

Tanduk Kerbau Pada Bagian Depan Rumah

Di bagian depan Rumah Adat Tongkonan, di bawah atap yang menjulang tinggi, terdapat tanduk kerbau yang dipasang.

Jumlah tanduk kerbau menunjukkan jumlah pemakaman yang telah dilakukan oleh keluarga pemilik rumah adat.

Tanduk kerbau juga menjadi simbol status sosial, semakin banyak tanduk kerbau, semakin tinggi status sosial keluarga tersebut.

Konstruksi Bangunan Tanpa Paku

Struktur Rumah Adat Tongkonan dibangun di atas tiang kayu dengan atap yang terbuat dari bambu berlapis.

Bangunan ini dirakit tanpa menggunakan paku. Bahan-bahan alami seperti daun kelapa, rotan, kayu ulin, dan kayu jati juga digunakan dalam konstruksi rumah adat.

Keunikan konstruksi ini terletak pada ketangguhan dan ketahanan rumah adat Tongkonan, sehingga mampu bertahan dalam kondisi cuaca yang ekstrem.

***

Tiap elemen konstruksi rumah adat ini memiliki peran penting.

Tiang kayu yang kokoh menjadi pondasi utama, sedangkan atap bambu berlapis melindungi dari hujan dan panas matahari.

Penggunaan bahan-bahan alami seperti daun kelapa dan rotan memberikan sirkulasi udara yang baik, menjaga kesejukan di dalam rumah.

Selain itu, penggunaan kayu ulin dan kayu jati sebagai bahan utama juga memberikan kekuatan struktur rumah yang tahan lama.

Proses pengerjaannya pun memperlihatkan kepiawaian dan keahlian para pengrajin dalam merakit rumah adat Tongkonan dengan presisi dan kekompakan.

Melalui konstruksi tanpa paku ini, Rumah Adat Tongkonan tidak hanya menjadi tempat tinggal yang fungsional, tetapi juga menjadi simbol kekuatan dan keindahan budaya Toraja.

Keunikan dan keistimewaan konstruksi inilah yang membuat Rumah Adat Tongkonan menjadi daya tarik wisata dan identitas khas suku Toraja.

Ps: Tulisan ini adalah catatan perjalanan saya selama mengikuti ekspedisi terios 7 wonders, jelajah celebes heritage. Ikuti terus live tweet saya di #Terios7Wonders @catperku.

Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.


Rijal Fahmi Mohamadi

Rijal Fahmi Mohamadi

Fahmi adalah seorang Digital Marketer, Travel Enthusiast, Geek Travel Blogger dari Indonesia penulis catperku.com, Penulis Buku perjalanan Traveling The Traveler Notes Bali The Island Of Beauty dan The Traveler Notes Bersenang-Senang di Bali, Bertualang di Lombok. Pernah disebutkan, mentioned in Lonely Planet Indonesia 2019 as Best in Blogs. Mau menyapa saya? Kunjungi media sosial pribadi saya, atau hubungi lewat email [email protected] jika Anda ingin mengajak saya bekerja sama dan berkolaborasi.
https://catperku.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *