Di Indonesia, terdapat beragam tarian tradisional yang sangat indah dan menarik untuk dipelajari. Salah satunya adalah tari-tarian tradisional khas Minangkabau dan Padang yang memiliki gerakan-gerakan yang elegan dan anggun. Tari-tarian ini sering dipentaskan dalam berbagai acara, seperti pernikahan, upacara adat, hingga festival seni. Beberapa contoh tari-tarian tradisional khas Minangkabau dan Padang antara lain Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, dan Tari Silek. Setiap tarian memiliki makna dan simbolik yang berbeda, namun semuanya memiliki keindahan dan keunikan tersendiri. Jika Kamu tertarik untuk mempelajari dan menonton tari-tarian tradisional ini, kunjungilah Sumatera Barat, khususnya daerah Minangkabau dan Padang, di mana tarian ini sering dipentaskan.
Daftar Isi
Tari Piring, Tarian Tradisional Minangkabau Di Padang Panjang
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut tari piriang, merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat.
Tarian ini menampilkan atraksi menggunakan piring yang diayunkan oleh para penari dengan gerakan cepat dan teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan.
Gerakan yang terinspirasi dari langkah dalam seni bela diri silat Minangkabau atau silek ini, dianggap sebagai simbol kekuatan dan kepercayaan diri.
Tari piring dipopulerkan oleh seniman bernama Huriah Adam dan kini sering ditampilkan dalam acara penyambutan tamu terhormat atau upacara adat.
Bersama dengan tari saman, pendet, dan jaipong, tari piring juga menjadi tarian populer Indonesia yang sering dihadirkan dalam ajang promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia.
Jadi, tonton video Tari Piring, Tarian Tradisional Minangkabau Di Padang Panjang di bawah ini dan Informasi tarian khas minang lainnya di Travel Blog Indonesia catperku.com.
My Instagram : instagram.com/catperku
My Youtube : youtube.com/@catperku
Sejarah Tari Piring
Tari piring merupakan tarian tradisional yang berasal dari Solok, Sumatra Barat.
Menurut legenda, tarian ini awalnya merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah.
Pada masa sekarang, tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa setelah agama Islam masuk ke Minangkabau.
Namun, tarian ini masih terus dilestarikan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat dan kerap ditampilkan pada acara-acara keramaian seperti acara adat atau upacara keagamaan.
Tari piring merupakan tarian yang menampilkan atraksi menggunakan piring, di mana para penari mengayunkan piring di tangan mengikuti gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan.
Gerakan yang dipakai dalam tari piring terinspirasi dari gerakan dalam seni bela diri tradisional Minangkabau atau silek, sehingga tarian ini juga memiliki nilai keindahan seni bela diri yang khas.
Pola Lantai Tari Piring
Tari Piring memiliki pola lantai yang terstruktur dan teratur. Terdapat enam pola lantai yang menjadi dasar dari tarian ini, yaitu spiral, baris, lingkaran besar, lingkaran kecil, vertikal, dan horizontal.
Setiap pola lantai memiliki karakteristik gerakan yang berbeda-beda, seperti gerakan berputar pada pola spiral, gerakan maju-mundur pada pola vertikal, dan gerakan ke samping pada pola horizontal.
Para penari juga membentuk pola lantai dengan gerakan-gerakan mereka, memberikan keindahan yang lebih pada tarian ini.
Jumlah penari dalam tari piring umumnya berjumlah ganjil, terdiri dari tiga hingga tujuh orang.
Setiap penari mengenakan pakaian adat berwarna cerah dengan dominasi warna merah dan kuning keemasan, dilengkapi dengan tutup kepala.
Busana tersebut menunjukkan kesan keceriaan dan kegembiraan dalam setiap gerakan tari piring yang mereka lakukan.
Selain itu, properti utama dalam tarian ini adalah piring, yang diayunkan dengan gerakan-gerakan cepat dan diakhiri dengan mendentingkan piring atau dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya.
Tarian ini biasanya diiringi oleh kombinasi alat musik talempong dan saluang yang menciptakan tempo alunan musik awalnya lembut dan teratur, kemudian perlahan-lahan berubah menjadi lebih cepat.
Pada akhir tarian, piring-piring yang dibawakan oleh para penari akan dilemparkan ke lantai, dan para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring, memberikan kesan dramatis pada penampilan mereka.
Gerakan Tari Piring
Tari piring biasanya dilakukan oleh sekelompok penari dengan jumlah ganjil, yaitu tiga sampai tujuh orang.
Gerakan tari piring dimulai dengan meletakkan dua piring di atas telapak tangan dan kemudian mengayunkannya dalam gerakan yang cepat dan teratur.
Piring yang diayunkan seringkali juga dimentahkan ke atas, menunjukkan kelincahan dan keterampilan para penari.
Penampilan tari piring juga diiringi oleh kombinasi alat musik tradisional Minangkabau, yaitu talempong dan saluang.
Awalnya, alunan musik memiliki tempo yang lembut dan teratur, namun lama-kelamaan berubah menjadi lebih cepat dan semakin menghentak.
Para penari tari piring biasanya mengenakan pakaian tradisional berwarna cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan, serta tutup kepala khas Minangkabau.
Tarian khas Padang ini juga seringkali dipertunjukkan dalam berbagai acara, baik di dalam negeri maupun internasional, dan menjadi bagian penting dalam mempromosikan budaya Minangkabau ke dunia.
Tari Lilin, Tarian Yang Dimainkan Secara Berkelompok
Tari Lilin adalah tarian tradisional yang ditarikan secara berkelompok atau berpasangan.
Penari dalam tarian ini membawa piring kecil dengan lilin menyala yang menambah keindahan tarian saat dipertunjukkan pada malam hari.
Tari Lilin memiliki cerita rakyat yang menjadi inspirasi gerakan tarian ini, yaitu seorang gadis yang mencari cincin pertunangannya dengan menggunakan lilin di dalam piring.
Tari Lilin merupakan salah satu tarian yang populer di kalangan orang non-suku Minang.
Hal ini mungkin karena tari Lilin dan tari Piring keduanya menggunakan piring sebagai properti utama.
Namun, terdapat perbedaan antara tari tarian Lilin dengan tari Piring khas Padang.
Tari Lilin memiliki lilin di atas piring sebagai properti penari, sementara tari Piring tidak.
Selain itu, gerakan dalam tari Lilin cenderung lebih lambat dibandingkan dengan gerakan dalam tari Piring.
Tari Lilin memiliki gerakan gemulai dan indah saat mencari cincin, serta menggunakan jurus silat Minangkabau.
Tarian ini sering dipentaskan dalam berbagai acara adat, seperti acara pernikahan adat Minangkabau.
Penonton biasanya akan memuji keindahan tarian Lilin karena gerakan yang dilakukan oleh para penari terlihat sangat indah.
Tari Galombang, Dipetnaskan Saat Menuju Pelaminan Pada Pesta Pernikahan Adat Minang
Tari Galombang adalah tarian tradisional yang berasal dari Sumatera Barat.
Tarian ini dipentaskan pada saat menuju pelaminan dalam acara pesta pernikahan adat Minang.
Tari Galombang juga dilakukan sebelum tarian Pasambahan di beberapa daerah di Sumatera Barat.
Gerakan tari Galombang cukup lincah, dengan para penari bergerak layaknya gelombang laut. Gerakan kaki dan tangan juga memperlihatkan jurus silat Minang.
Jumlah penari bisa mencapai puluhan yang terbagi menjadi dua kelompok.
Tari Galombang bercerita tentang kisah pernikahan seorang pemuda yang dikawal oleh teman seperguruan silatnya menuju ke kampung istrinya.
Tarian ini juga sebagai bentuk pengawalan untuk penghulu yang akan menikahkan calon pengantin Minang.
Tarian ini memiliki nilai-nilai budaya yang kuat dan menjadi salah satu bagian dari tradisi adat Minangkabau.
Tari Galombang juga menjadi daya tarik untuk wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam kebudayaan dan tradisi Minangkabau.
Tarian ini juga sering dipertunjukkan pada acara-acara resmi dan kebudayaan di Indonesia.
Tari Baralek Gadang, Tarian Yang Biasa Dimainkan Pada Acara Besar
Tari Baralek Gadang adalah salah satu tarian tradisional khas Sumatera Barat yang paling terkenal.
Namanya sendiri berarti “Pesta Besar”, dan tarian ini biasanya ditampilkan dalam acara besar seperti pernikahan atau upacara adat.
Gerakan tarian menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat di pedesaan, seperti bangun pagi, pergi ke sawah, menanam padi, beristirahat, dan makan bersama di siang hari.
Tari tradisional dari Sumatera Barat ini dibawakan oleh sekelompok penari pria dan wanita yang mengenakan busana khas Minangkabau Padang yang berwarna-warni dan dipercantik dengan hiasan emas.
Gerakan tari Baralek Gadang melibatkan berbagai elemen tari, seperti gerakan kaki, tangan, dan tubuh yang dinamis, serta langkah-langkah khas dari tradisi Minangkabau.
Mengetahui tari tradisional seperti Baralek Gadang menjadi penting dalam melestarikan warisan budaya leluhur.
Tari-tarian tradisional bukan hanya sebagai sarana hiburan semata, tetapi juga sebagai media untuk menjaga identitas dan keberagaman budaya Indonesia.
Kita dapat mempelajari dan mengenalkan tari tradisional ini kepada orang lain, agar generasi muda dapat mengenal dan melestarikan warisan budaya yang berharga ini.
Tari Pasambahan, Tarian Penghormatan Untuk Tamu Besar Negara Atau Tokoh Terkenal
Tari Pasambahan merupakan salah satu tarian tradisional Minangkabau yang digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu besar negara atau tokoh terkenal.
Terdiri dari 17 penari, tarian ini sering ditampilkan pada acara formal seperti penyambutan tamu atau pernikahan.
Gerakan tarian Pasambahan didominasi oleh gerakan-gerakan silat yang menampilkan kekuatan, keindahan, serta kekuatan energi dalam setiap gerakan.
Terdapat enam penari pria yang menampilkan gerakan pencak silat serta sebelas penari wanita yang memperlihatkan gerakan mempesona dengan pakaian adat yang khas.
Selain sebagai sarana hiburan masyarakat, tarian ini juga memberikan nuansa budaya dan kearifan lokal Minangkabau kepada tamu yang berkunjung.
Setelah penampilan tarian selesai, para tamu akan disuguhkan dengan daun sirih dalam carano sebagai bentuk penyambutan dan penghormatan yang lebih dalam.
Tari Pasambahan adalah salah satu dari banyak tarian tradisional Indonesia yang memiliki makna dan nilai-nilai budaya yang penting.
Tarian ini menjadi bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya untuk diwariskan kepada generasi mendatang.
Tari Rantak, Memiliki Gerakan Dinamis dan Tegas
Tari Rantak adalah sebuah tarian adat khas Sumatera Barat yang memiliki gerakan sangat dinamis dan tegas, terinspirasi dari pencak silat.
Tarian ini bertujuan untuk melestarikan seni beladiri pencak silat yang sangat populer di kalangan masyarakat Minangkabau dan Padang.
Gerakan tari rantak memperlihatkan ketajaman gerakan penari dengan hentakan kaki yang kuat dan tajam sehingga menghasilkan bunyi yang khas.
Tarian ini dipentaskan oleh beberapa penari laki-laki dan perempuan yang mengenakan kostum berwarna merah dengan serat emas dan dikombinasikan dengan pakaian berwarna cerah.
Musik yang mengiringi tari rantak sangat dinamis dan kuat sehingga menambah kesan tegas dan kuat pada gerakan tariannya.
Tari rantak biasanya ditampilkan pada acara-acara budaya, adat, dan resepsi pernikahan dalam adat Minangkabau.
Tarian ini sangat populer di kalangan masyarakat Sumatera Barat karena dapat memperlihatkan kekuatan dan kecakapan para penarinya.
Tari rantak juga menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya dan seni beladiri pencak silat sebagai warisan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Minangkabau.
Dalam tari rantak, terdapat filosofi yang mengajarkan tentang ketegasan dan ketajaman gerakan yang menggambarkan kekuatan dan kecakapan para penarinya.
Gerakan tari rantak yang serentak dan kuat menggambarkan semangat kebersamaan dan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Tari Indang Badindin, Tarian Khas Minangkabau Yang Diiringi Lagu ‘Dindin Badindin’
Tari Indang atau yang juga dikenal dengan sebutan Tari Dindin Badindin merupakan salah satu tarian tradisional Minangkabau khas Padang yang paling populer.
Lagu yang mengiringi tarian ini yang berjudul ‘Dindin Badindin’ juga menjadi sangat terkenal di Indonesia.
Awalnya, tarian ini digunakan sebagai alat untuk menyebarkan ajaran agama Islam di Sumatera Barat.
Dalam proses penyebaran dakwah tersebut, Syekh Burhanudin memperkenalkan Tari Indang sebagai media untuk mengajak masyarakat Minangkabau memperdalam agama Islam.
Sehingga, di dalam Tari Indang juga terkandung nilai-nilai keislaman yang kuat.
Tari Indang biasanya dibawakan oleh 14 orang, dengan tujuh penari laki-laki yang disebut sebagai “anak indang”.
Gerakan dasar dalam tarian ini adalah membungkukkan badan dan berlutut bersamaan dengan iringan musik rebana. Durasi tari Indang sendiri relatif singkat, yaitu sekitar 30 menit.
Tarian ini sangat kental dengan nuansa keislaman, terutama dalam iringan musik yang mengandung shalawat nabi dan syair-syair yang mengajarkan tentang agama Islam.
Tari Indang juga sering dipertunjukkan dalam upacara tabuik atau wafat cucu Rasulullah, setiap tanggal 10 Muharram di daerah Padang Pariaman.
Dalam budaya Minangkabau, Tari Indang memiliki filosofi yang erat kaitannya dengan agama Islam serta kearifan lokal.
Karena itu, tarian ini tidak hanya menjadi bagian dari seni budaya Minangkabau, tapi juga menjadi bagian dari kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan.
Tari Payung, Tarian Tradisional Suku Minang Yang Terkenal
Tari Payung adalah salah satu tarian tradisional suku Minang yang terkenal.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh pasangan laki-laki dan perempuan, dengan setiap pasangan membawa payung atau selendang.
Tarian payung ini dikenal karena keindahan gerakan dan koreografi yang penuh makna.
Cerita di balik tari payung adalah kisah romansa sepasang kekasih. Tarian ini menggambarkan kebersamaan, kepercayaan, dan kesetiaan di antara pasangan yang sedang jatuh cinta.
Gerakan tari payung sangat indah dan elegan, dengan pasangan saling memutar dan melingkari satu sama lain.
Tari payung biasanya dipentaskan pada acara-acara besar, seperti pernikahan atau festival budaya. Selain itu, tarian ini juga sering menjadi bagian dari pertunjukan seni atau hiburan.
Lagu yang diiringi tari payung sarat dengan irama Melayu yang kental, menciptakan suasana yang romantis dan penuh semangat.
Dalam tari payung, pasangan penari harus bekerja sama secara harmonis untuk menciptakan gerakan yang indah.
Gerakan-gerakan payung dan selendang yang ditampilkan dalam tarian ini melambangkan perlindungan, kepercayaan, dan kasih sayang.
Pola gerakan tari payung adalah 1-2-3-4, dengan gerakan yang anggun dan syahdu.
Tari payung adalah bagian penting dari budaya Minangkabau, dan sering ditampilkan sebagai representasi dari keindahan dan keromantisan dari budaya Minangkabau.
Tarian ini menunjukkan kekuatan dan keindahan cinta, serta mengajarkan kita untuk selalu berkomitmen dan setia pada pasangan kita.
Tari Randai, Tarian Tradisional Unik Khas Minangkabau Sumatera Barat
Tari Randai adalah salah satu tarian tradisional dari Sumatera Barat yang memiliki keunikan tersendiri.
Nama Randai sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu “rayan-li-da’i” yang berarti “asisten dalam dakwah” atau “penolong dalam penyiaran”.
Namun, dalam bahasa Minangkabau sendiri, Randai memiliki arti keakraban, keintiman, dan keramahan.
Randai merupakan perpaduan antara seni tari, musik, dan drama yang menggabungkan kaba (cerita rakyat), silek (beladiri tradisional Minangkabau), dan syair gurindam yang diiringi dengan musik rebana.
Tarian ini awalnya digunakan sebagai media penyampaian cerita rakyat atau nilai-nilai agama Islam dalam bentuk dakwah.
Gerakan tarian Randai diambil dari gerakan pencak silat, seperti kuda-kuda, gesekan kaki, dan jalan-jalan.
Jumlah penari tari Randai tidak ditentukan dan bergantung pada cerita rakyat yang dibawakan.
Biasanya, tarian ini dipimpin oleh satu orang yang memberikan aba-aba untuk gerakan selanjutnya pada teman-temannya atau penari lainnya.
Dalam pertunjukkannya, Randai biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir.
Pada bagian tengah, terdapat dialog antar para penari yang memberikan makna pada cerita yang disampaikan.
Dalam penampilannya, para penari Randai mengenakan pakaian adat Minangkabau yang cerah dengan pernak-pernik seperti payung, keris, dan bantal sebagai properti.
Musik rebana yang mengiringi tarian Randai memberikan nuansa yang khas dan menyatu dengan gerakan penari.
Tarian ini menjadi bagian penting dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau dan sering dipertunjukkan pada acara adat, pesta, atau pertunjukan seni lainnya.
Tari Tempurung, Tarian Khas Minangkabau dari Batu Manjulur
Tari Tempurung adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari masyarakat Batu Manjulur Sumatera Barat.
Tarian ini dikembangkan oleh Ali Muhammad pada tahun 1952 dan mulai dikenal di daerah sekitarnya pada tahun 1970 hingga 1980.
Sayangnya, kepopulerannya mulai menurun pada tahun 1990 dan saat ini sudah jarang ditampilkan oleh penduduk di Kanagarian Batu Manjulur.
Tarian ini memiliki ciri khas di mana penari membawa tempurung kelapa sebagai properti yang dihiasi dengan sulaman benang emas.
Kostum yang digunakan oleh para penari adalah busana khas Minangkabau berwarna hitam yang dilengkapi dengan kain sarung dan kain kamben.
Selain sebagai tarian hiburan, Tari Tempurung juga digunakan sebagai media komunikasi antara masyarakat Batu Manjulur.
Tarian ini mengandung pesan-pesan moral dan ajaran agama Islam yang dipercaya menjadi landasan kehidupan masyarakat setempat.
Gerakan tarian ini cenderung lambat namun mengandung keindahan dan kelembutan.
Penari tari Tempurung biasanya terdiri dari beberapa orang yang membentuk formasi dan melakukan gerakan-gerakan yang khas dengan properti tempurung kelapa.
Meskipun kepopulerannya menurun, Tari Tempurung tetap menjadi bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya.
Karena itu, diharapkan generasi muda akan terus mempelajari dan mempraktikkan tarian ini sebagai upaya mempertahankan warisan budaya nenek moyang mereka.
Tari Alang Babega, Tarian Sederhana Khas Minangkabau
Tari Alang Babega adalah salah satu tarian sederhana yang cukup terkenal di Indonesia hingga ke mancanegara.
Tarian ini terinspirasi dari gerakan burung elang yang mencari mangsa, sehingga gerakan tariannya juga terkesan dinamis dan atraktif.
Meskipun gerakan tariannya sederhana, namun tarian ini berhasil menjadi salah satu tarian yang terkenal di Indonesia.
Biasanya, tarian Alang Babega dibawakan oleh dua hingga enam orang penari, yang bisa terdiri dari penari laki-laki, perempuan, atau berpasangan.
Gerakan tariannya melibatkan gerakan kaki yang kuat dan lincah, serta gerakan tangan yang mengikuti irama musik pengiringnya.
Kostum yang digunakan penari adalah busana adat Minangkabau dengan warna yang cerah, lengkap dengan aksesoris seperti kain songket dan kalung emas.
Tari Alang Babega sering dipentaskan pada acara-acara kebudayaan, seperti festival seni dan perayaan adat.
Keunikan dan keindahan tarian ini membuatnya cukup diminati oleh masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan.
Meskipun sederhana, tarian Alang Babega mampu menggambarkan keindahan gerakan burung elang yang lincah dan tangkas dalam mencari mangsa di alam bebas.
Semoga tulisan tentang tari-tarian tradisional khas Minangkabau dan Padang yang memiliki gerakan-gerakan yang elegan dan anggun diatas bisa berguna ya.