Pelabuhan Sunda Kelapa: Sejarah, Daya Tarik Wisata Fotogenik!

(Sunda: ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮊᮜᮕ, translit. Sunda Kalapa) Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan daerah sekitarnya di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini berlokasi di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Meskipun kini Sunda Kelapa hanya merupakan salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting.

Desa-desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa menjadi cikal-bakal kota Jakarta, yang hari jadinya ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527.

Pada masa itu, Sunda Kelapa, yang awalnya dikenal dengan nama Kalapa, menjadi pelabuhan utama Kerajaan Sunda atau lebih dikenal sebagai Kerajaan Pajajaran, yang ibu kotanya berada di Pakuan Pajajaran (kini Kota Bogor).

Namun, kekuasaan Pajajaran direbut oleh pasukan dari Kerajaan Demak dan Cirebon. Meskipun hari jadi kota

Jakarta baru ditetapkan pada abad ke-16, sejarah Sunda Kelapa telah dimulai jauh sebelumnya, pada zaman kerajaan pendahulu Pajajaran, yaitu Kerajaan Tarumanagara.

Menjelang matahari terbenam di Pelabuhan Sunda Kelapa begitu indah!
Menjelang matahari terbenam di Pelabuhan Sunda Kelapa begitu indah!

Kerajaan Tarumanagara pernah mengalami serangan dan penaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya dari Pulau Sumatra.

Sunda Kelapa menjadi pusat perdagangan maritim yang sibuk pada masa lalu, menjadi tempat berlabuh dan berdagangnya kapal-kapal layar dari berbagai negara seperti Tiongkok, India, dan Timur Tengah.

Pengaruh budaya dan perdagangan dari berbagai bangsa tersebut telah memberikan warna dan kekayaan sejarah bagi kawasan pelabuhan ini.

Meskipun Sunda Kelapa kini telah mengalami banyak perubahan dan modernisasi, namun jejak sejarahnya tetap terjaga dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kota Jakarta yang maju dan berbudaya.

Mengingat pentingnya warisan sejarah ini, Sunda Kelapa menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung yang tertarik untuk menyusuri dan memahami kisah masa lalu yang kaya dan berwarna di ibu kota Indonesia.

Pengalaman Berburu Foto Photo Story Di Pelabuhan Sunda Kelapa Yang Fotogenik!

Lebaran ini, saya enggak mudik. Selain memang karena ada rencana pulang di bulan lain, saya juga enggak kebagian tiket kereta api lebaran yang sekarang banyak diperebutkan itu.

Jadinya ya, saya mendekam saja menikmati sepinya ibukota yang hanya bisa dinikmati satu tahun sekali itu.

Menjelang liburan, ada banyak rencana yang sejatinya akan saya jalankan ketika Jakarta sudah sepi.

Seperti museum hoping, kuliner disana sini dan segala macamnya. Namun, sayangnya wacana dan aksi tidak sesuai.

Dari semua rencana, main ke Museum Prasasti dan Pelabuhan Sunda Kelapa saja yang bisa dijalankan. *dasar traveler kebanyakan wacana*

Ada banyak kapal besar seperti ni di Pelabuhan Sunda Kelapa lho!
Ada banyak kapal besar seperti ni di Pelabuhan Sunda Kelapa lho!

Terakhir main ke Pelabuhan Sunda kelapa kalau tidak salah sekitar 3 tahun yang lalu bersama adik saya.

Namun ternyata ada beberapa perubahan pada pelabuhan Sunda Kelapa ini. Seperti misalnya sekarang kalau masuk dengan membawa sepeda motor harus membayar tiket sebesar 3000.

Tapi, itu tetap murah deh untuk sekedar liburan hore di kota Jakarta. (Baca Juga : Kota Tua Jakarta, Saksi Sejarah Ibu Kota Yang Macet!)

Buat saya, keberadaan Pelabuhan Sunda Kelapa ini adalah penyelamat banget, ketika lagi malas liburan ke luar kota, atau memang lagi nggak ada budget buat liburan.

O iya, untuk yang belum tahu tentang Pelabuhan Sunda Kelapa, tempat ini sebenarna adalah tempat yang begitu bersejarah di Jakarta, dan tentunya adalah salah satu tempat yang sangat fotogenik di Jakarta.

Pelabuhan Kalapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjajah Eropa, Kalapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini mengganti nama pelabuhan Kalapa dan daerah sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an, nama kuno Kalapa kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini dalam bentuk “Sunda Kelapa”. -, Wikipedia

Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki banyak angle untuk melatih skill fotografi. Karena memang banyak objek menarik yang bisa diabadikan disini.

Mulai dari jajaran perahu besar yang terparkir dengan rapi, manusia – manusia yang berliweran hingga empus – empus Pelabuhan Sunda Kelapa yang mengeong minta makan.

Empus preman Pelabuhan Sunda Kelapa nih!
Empus preman Pelabuhan Sunda Kelapa nih!

Jadi, jika lagi bingung mau liburan kemana di Jakarta, sekarang sudah tahu kan harus kabur kemana? :)

Baca Juga: Rekreasi Hemat, Kunjungi Tempat Wisata Menarik Di Jakarta Ini!

Jejak Sejarah Pelabuhan Kalapa: Dari Kejayaan Hingga Perubahan Nama

Pelabuhan Kalapa telah menjadi sorotan sejak abad ke-12, menjadi pelabuhan terpenting dalam Kerajaan Pajajaran.

Pada masa masuknya Islam dan era penjajahan Eropa, Kalapa menjadi saksi persaingan sengit antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan bangsa Eropa.

Setelah perjuangan panjang, akhirnya Belanda berhasil menguasai Kalapa dan wilayah sekitarnya, memerintahinya selama lebih dari 300 tahun.

Penguasaan Belanda ini berdampak besar pada sejarah pelabuhan ini, termasuk perubahan nama.

Pada masa kekuasaan Belanda, nama pelabuhan Kalapa dan sekitarnya diubah.

Namun, pada awal tahun 1970-an, kehormatan dan warisan sejarah mengalahkan waktu dan kembali membangkitkan nama kuno yang telah mengukir banyak kisah.

Pelabuhan tua ini kemudian memperoleh kembali identitasnya yang pernah bernama “Sunda Kelapa”.

Namun, sejarah tidak hanya tentang perubahan nama.

Pelabuhan Sunda Kelapa tetap menjadi saksi bisu perkembangan zaman, menyimpan jejak perjalanan panjang peradaban di kepulauan Nusantara.

Destinasi ini kini menjadi magnet bagi para wisatawan yang ingin menyelami dan menghayati kejayaan dan perubahan zaman yang telah memengaruhi perjalanan sejarah Indonesia.

Mari merenungkan betapa berharganya jejak sejarah yang tertanam dalam nama-nama dan tempat-tempat, termasuk pelabuhan Sunda Kelapa yang menjadi saksi bisu perjalanan peradaban Nusantara dan gemerlap sejarahnya yang tak terlupakan.

Kisah Masa Hindu-Buddha: Sunda Kelapa, Pelabuhan Megah di Nusantara

Dalam catatan sejarah penulis Portugis, Tomé Pires, terungkaplah kehebatan Sunda Kelapa, pelabuhan terbesar di Jawa Barat pada masa Hindu-Buddha.

Di samping Sunda (Banten), Pontang, Cigede, Tamgara, dan Cimanuk yang dimiliki oleh Kerajaan Pajajaran, Sunda Kelapa dianggap sebagai pelabuhan yang paling penting.

Alasan keunggulannya terletak pada kemampuannya untuk dijangkau dalam waktu dua hari dari ibu kota kerajaan yang disebut “Dayo” (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh, yang berarti kota).

Jejak Sunda Kelapa terbukti telah ada sejak zaman Tarumanagara, diperkirakan sejak abad ke-5 dengan nama Sundapura.

Pada abad ke-12, pelabuhan ini mencapai puncak kejayaannya sebagai pusat perdagangan lada milik Kerajaan Sunda, dengan ibu kotanya berada di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang kini dikenal sebagai Kota Bogor.

Kapal-kapal asing dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah berlabuh di pelabuhan ini, membawa muatan yang beragam seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna.

Semua barang berharga ini ditukar dengan rempah-rempah, yang menjadi komoditas dagang yang sangat bernilai pada masa itu.

Kehadiran Sunda Kelapa sebagai pelabuhan megah menjadi saksi bisu peran strategis Indonesia dalam hubungan perdagangan dunia pada masa Hindu-Buddha.

Jejak-jejak masa kejayaan tersebut tetap membekas hingga kini, mengingatkan kita akan kekayaan dan keragaman budaya serta interaksi perdagangan yang telah melintasi perairan Nusantara.

Baca Juga: Soto khas Betawi Sunda Kelapa, Cita Rasa Betawi di Bali!

Perkembangan Masa Islam dan Awal Kolonialisme Barat di Sunda Kelapa (Jayakarta)

Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, era penjelajahan dunia oleh bangsa Eropa menjadi babak baru dalam sejarah peradaban manusia.

Para penjelajah dari Portugis berlayar menuju Asia, dan pada tahun 1511, mereka berhasil merebut kota pelabuhan Malaka di Semenanjung Malaka.

Malaka kemudian dijadikan basis untuk menjelajahi wilayah Asia Tenggara dan Timur.

Pada tahun 1512 hingga 1515, seorang penjelajah Portugis bernama Tome Pires mengunjungi berbagai pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa, termasuk Sunda Kelapa.

Ia melihat pelabuhan ini ramai didatangi pedagang dan pelaut dari luar, seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa, dan Madura.

Sunda Kelapa dikenal sebagai pusat perdagangan lada, beras, asam, hewan ternak, emas, sayuran, dan buah-buahan.

Deskripsi dari laporan Portugis menggambarkan Sunda Kelapa berupa pelabuhan yang membentang sepanjang satu hingga dua kilometer di atas tanah sempit yang bersih, berada di kedua tepi Sungai Ciliwung.

Tempat ini berada dekat muara sungai, terlindungi oleh beberapa pulau kecil.

Pelabuhan ini dapat menampung hingga 10 kapal dagang dengan kapasitas masing-masing sekitar 100 ton.

Umumnya, kapal-kapal ini dimiliki oleh orang Melayu, Jepang, dan Tionghoa.

Selain itu, terdapat pula kapal-kapal dari daerah yang kini dikenal sebagai Indonesia Timur.

Naik ke Kapal Yuk!?
Naik ke Kapal Yuk!?

Kapal-kapal Portugis berkapasitas muat antara 500 hingga 1.000 ton, dan harus berlabuh di depan pantai.

Barang dagangan dari Sunda Kelapa diangkut dengan lanchara, jenis kapal dengan muatan hingga 150 ton.

Pada tahun 1522, Gubernur Alfonso d’Albuquerque dari Malaka mengutus Henrique Leme untuk memenuhi undangan raja Sunda guna membangun benteng pertahanan di Sunda Kelapa untuk menghadapi ekspansi orang Cirebon.

Sementara itu, kerajaan Demak telah menjadi pusat kekuatan politik Islam di wilayah itu, dengan pendatang dari Jawa, termasuk keturunan Arab.

Pada tanggal 21 Agustus 1522, dibuat perjanjian antara Portugis dan Sunda Kelapa, dimana Portugis akan mendirikan loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, dan Sunda Kelapa akan menerima bantuan barang dari Portugis.

Sebagai tanda persahabatan, raja Sunda memberikan 1.000 keranjang lada kepada Portugis. Sebuah batu peringatan atau padraõ didirikan untuk mengenang peristiwa tersebut.

Padraõ ini juga dikenal dalam cerita rakyat Sunda Mundinglaya Dikusumah sebagai layang salaka domas.

Pada tahun 1918, padraõ ini ditemukan di sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Nelayan Timur di Jakarta.

Perjanjian persahabatan ini dianggap sebagai provokasi dan ancaman oleh Kerajaan Demak. Fatahillah ditugaskan untuk mengusir Portugis dan merebut kota tersebut.

Pada tanggal 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah merebut Sunda Kelapa.

Peristiwa tragis ini menjadi momen penting dalam sejarah Jakarta dan selalu dirayakan sebagai hari jadi kota tersebut.

Sejak saat itu, Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta.

Nama ini diartikan sebagai “kota kemenangan” atau “kota kejayaan,” namun sejatinya berarti “kemenangan yang diraih oleh perbuatan atau usaha,” dalam bahasa Sanskerta, jayakṛta (जयकृत).

Masa Kolonialisme Belanda di Batavia (Masa Jayakarta Berakhir)

Kekuasaan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalur perdagangan ke wilayah timur.

Cornelis de Houtman dipilih untuk berlayar ke daerah yang sekarang disebut Indonesia, dan meskipun ekspedisi ini menghadapi biaya tinggi, dianggap berhasil dan membawa pembentukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda.

Dalam usahanya mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, Belanda memerlukan pangkalan strategis.

Maka, pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut oleh Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen, dan kota ini dihancurkan.

Di atas reruntuhan Jayakarta, Belanda mendirikan sebuah kota baru. Awalnya, J.P. Coen ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), mengikuti nama kota asalnya Hoorn di Belanda, tetapi akhirnya dipilihlah nama Batavia.

Nama ini terinspirasi dari suku Keltik yang pernah menghuni wilayah negeri Belanda pada zaman Romawi.

Dalam catatan sejarah, pelabuhan Sunda Kelapa pada masa awalnya dibangun dengan kanal sepanjang 810 meter.

Pada tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1.825 meter.

Setelah masa kemerdekaan, pelabuhan ini direvitalisasi sehingga memiliki kanal sepanjang 3.250 meter, mampu menampung hingga 70 perahu layar dengan sistem yang teratur.

Dengan kekuasaan Belanda yang semakin kuat, kota Batavia berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan kekuatan kolonial di wilayah Asia Tenggara.

Pelabuhan Sunda Kelapa, yang kini telah berganti nama menjadi pelabuhan Batavia, menjadi titik penting bagi perdagangan rempah-rempah, kopi, teh, gula, dan berbagai barang dagangan berharga lainnya.

Batavia menjadi salah satu kota paling strategis dan makmur di wilayah tersebut, dengan pengaruh yang meluas hingga ke seluruh Nusantara.

Namun, masa kolonialisme Belanda juga membawa dampak buruk bagi masyarakat pribumi, termasuk eksploitasi dan penindasan yang merugikan banyak orang lokal.

Perkembangan Batavia di Abad ke-19

Pada sekitar tahun 1859, Sunda Kelapa mengalami penurunan aktivitas dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Pendangkalan yang terjadi menyebabkan kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan, sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu.

Di sisi lain, kota Batavia sedang mengalami percepatan dan sentuhan modernisasi, terutama setelah dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, yang mempersingkat jarak pelayaran antar samudera dan meningkatkan arus perdagangan.

Batavia juga harus bersaing dengan Singapura, yang telah dibangun oleh Raffles sekitar tahun 1819.

Sebagai solusi atas permasalahan pendangkalan dan untuk menggantikan Sunda Kelapa, dibangunlah pelabuhan samudra Tanjung Priok, yang terletak sekitar 15 km ke timur dari Sunda Kelapa.

Hampir bersamaan, pada tahun 1873, dibangunlah jalur kereta api pertama yang menghubungkan Batavia dengan Buitenzorg (Bogor).

Selain itu, sejak 1869, trem berkuda yang ditarik oleh empat ekor kuda dan diberi besi di bagian mulutnya mulai beroperasi.

Pada pertengahan abad ke-19, kawasan sekitar Menara Syahbandar yang sebelumnya dihuni oleh para elit Belanda dan Eropa menjadi tidak sehat.

Hal ini menyebabkan banyak orang Sunda Kalapa pindah ke wilayah selatan Batavia yang lebih aman.

Perubahan Nama dan Abad ke-20

Pada masa pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang dimulai pada tahun 1942, Batavia berganti nama menjadi Jakarta.

Setelah bala tentara Dai Nippon meninggalkan Indonesia pada tahun 1945, Belanda masih mempertahankan nama Jakarta dalam upayanya untuk menguasai kembali wilayah ini.

Namun, pada masa Orde Baru, nama Sunda Kelapa dipulihkan kembali.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai kembali secara resmi sebagai nama pelabuhan.

Pelabuhan ini juga sering disebut sebagai Pasar Ikan karena di sekitarnya terdapat pasar ikan yang besar.

Baca Juga: Selamat Pagi Dari Pelabuhan Lembar, Lombok Barat

Pelabuhan Sunda Kelapa dalam Masa Kini

Ada banyak tumpukan kontainer di Pelabuhan Sunda Kelapa Masa Kini :O
Ada banyak tumpukan kontainer di Pelabuhan Sunda Kelapa Masa Kini :O

Pada saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan untuk menjadi kawasan wisata yang bernilai tinggi karena memiliki sejarah yang kaya.

Saat ini, pelabuhan ini dikelola oleh PT Pelindo II dan tidak memiliki sertifikasi International Ship and Port Security karena pelayanannya hanya terbatas untuk kapal antar pulau.

Pelabuhan Sunda Kelapa saat ini memiliki luas daratan sekitar 760 hektar dan luas perairan kolam sekitar 16.470 hektar, yang terdiri dari dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru.

Pelabuhan utama memiliki area sepanjang 3.250 meter dan luas kolam sekitar 1.200 meter yang mampu menampung 70 perahu layar motor.

Sementara itu, pelabuhan Kalibaru memiliki panjang sekitar 750 meter dengan luas daratan sekitar 343.399 meter persegi dan luas kolam sekitar 42.128,74 meter persegi.

Pelabuhan Kalibaru mampu menampung sekitar 65 kapal antar pulau dan memiliki lapangan penumpukan barang seluas 31.131 meter persegi.

Dari segi ekonomi, Pelabuhan Sunda Kelapa sangat strategis karena berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lainnya.

Sebagai pelabuhan antar pulau, Sunda Kelapa ramai dikunjungi oleh kapal-kapal berukuran 175 BRT.

Barang-barang yang diangkut di pelabuhan ini meliputi barang kelontong, sembako, serta tekstil.

Pelabuhan ini juga menjadi tempat pembongkaran bahan bangunan dari luar Jawa, seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra, dan lain sebagainya.

Proses bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Di samping itu, tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik gudang biasa maupun gudang api.

Selain nilai ekonominya, Pelabuhan Sunda Kelapa juga memiliki nilai sejarah yang tinggi, menjadikannya salah satu tujuan wisata di DKI Jakarta.

Tidak jauh dari pelabuhan, terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam dan peninggalan sejarah kolonial Belanda.

Di sebelah selatan pelabuhan, terdapat Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi sebagai bagian dari upaya pelestarian sejarah.

Pelabuhan ini juga memiliki rencana reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi Ancol Timur dengan luas sekitar 500 hektare.

Semua ini membuat Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi dan menggali jejak sejarah maritim Indonesia.

Baca Juga: Pantai Balangan, Bukan Lagi Pantai Tersembunyi Di Bali!?

Foto Pelabuhan Sunda Kelapa Dalam Frame 1×1 :

Sore hari adalah waktu yang pas untuk datang ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sore hari adalah waktu yang pas untuk datang ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Ini adalah salah satu dari beberapa kapal besar di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Ini adalah salah satu dari beberapa kapal besar di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Mercusuar di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa.
Mercusuar di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa.
Dapat ikaaan! Mau mancing disini.
Dapat ikaaan! Mau mancing disiniii?
Liatin apa sih neng?
Liatin apa sih neng?

Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.


Rijal Fahmi Mohamadi

Rijal Fahmi Mohamadi

Fahmi adalah seorang Digital Marketer, Travel Enthusiast, Geek Travel Blogger dari Indonesia penulis catperku.com, Penulis Buku perjalanan Traveling The Traveler Notes Bali The Island Of Beauty dan The Traveler Notes Bersenang-Senang di Bali, Bertualang di Lombok. Pernah disebutkan, mentioned in Lonely Planet Indonesia 2019 as Best in Blogs. Mau menyapa saya? Kunjungi media sosial pribadi saya, atau hubungi lewat email [email protected] jika Anda ingin mengajak saya bekerja sama dan berkolaborasi.
https://catperku.com


Comments

  1. Saya jadi malu, soalnya saya belum pernah tandang ke Sunda Kelapa :huhu. Paling jauh ke Museum Bahari. Oke, kayaknya mesti saya agendakan kunjungan ke tempat ini, untuk tahu bagaimana rasa pelabuhan paling terkenal di abad ke-16 lalu itu. Memang tempat ini fotogenik sekali sih Mas :hehe. Banyak teman saya yang membuat album tahunan mereka di tempat ini, atau untuk buku perpisahan :)). Tema pelabuhan terasa benar di tempat ini :)).

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Setujuu, pelabuhan sunda kelapa memang keren buat foto – foto :D sangat humanis dan cocok buat yang suka street photography. Eh, buat foto prewedding juga keren sih :D

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Bener sekali, jadi turis di kota sendiri itu asik! apalagi kalau lagi males keluar kota :D

  2. Muhammad Akbar says:

    Dulu waktu ke Kota Tua, sempatin juga mengunjungi Pelabuhan Sunda kelapa tapi waktu cuacanya panas banget, tapi sepertinya bisa menjadi pilihan berkunjung ulang disana dikala sore hari menjelang sunset.

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Cobain kesini sore hari dah :D nggak terlalu panas, cahayanya pas buat mainan camera :D

  3. Saya pernah kesini sudah lama sekali, dulu kayaknya ga menarik. Liat foto-fotonya bagus2 kayaknya musti kesini ya :)

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      iyak! pelabuhan sunda kelapa ini salah satu tempat yang fotogenik di Jakarta kok :D

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Iyaa, sayang kalau siang hari panas bangett! jadi kesini paling enak sore hari :D

  4. ternyata kapalnya kelas berat semuanya ya bang.. apa mereka mainnya hanya seputaran laut jakarta? atau sampai ke daerah jateng juga?

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Katanya sih kapal – kapal yang di pelabuhan sunda kelapa ini sampe pulau lain di luar jawa juga. Tapi harus konfirmasi lagi deh :D Memang kalau dilihat ini kapal pasti tahan kalaupun berlayar di laut bebas :D

  5. Putri (travelitarius.com) says:

    Emang seru juga jadi turis di kota sendiri, Jakarta ini banyak bgt yang perlu dieksplor :0

    Next stop, Hutan Mangrove, cobain deh ke sana. Nggak berasa kayak di Jakarta!

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Mangrove PIK ya? Udah dimasukin ke list :D tinggal didatengi aja nih~ tapi waktunya belom ada :P

  6. Kalau di sini enak bisa lihat kapal gede-gede heee. Kok nggak naik kapal itu, mas? :-D
    Kalo di Karimunjawa, banyaknya kapal nelayan. Kita bisa sepuasnya main-main di atas kapal heee

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Kapalnya nggak ada yang jagain tuh, bingung mau ijin ke siapa XD

  7. andyhardiyanti says:

    Jiahh, si empus mau eksis juga nih blog catperku :D
    Ngeliat foto-foto diatas ini kayak liat sisi lain jakarta ya? Tenang sekali sepertinya :)

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Hahaah, doi malah pose soalnya pas difoto :D jadinya semangat deh aku foto terus, sampai dapet yang bagus :D

  8. Wooo Sunda Kelapanya yg fotogenik, kirain yg punya blog. Btw aku sudah 2x naik kapal cepat dr Batam ke Sunda Kelapa pp, nggak mau lagi, ombak selat sunda & malakanya ngeri, padahal kapalnya nggak besar secara berlabuhnya di Sunda Kelapa.

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Yang punya blog enggak terlalu fotogenik sayangnya :p Lah, malah baru tahu ada kapal cepat dari batam ke Sunda Kelapa :|

  9. JalanBareng says:

    Foto-fotonya mantap, dulu pernah ke Sunda Kelapa bebrapa kali, tp selalu pas sunset…
    Jakarta sebenarnya bisa asyik juga buat jalan-jalan.
    Apalagi kalau trotoarnya dibagusin.

    Salam!

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Iyaa, jakarta ini kalau di rawat bisa keren kayak negara – negara di eropa deh :D

  10. Saya terakhir ke pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1999. Waktu itu pulang dari Pontianak pakai kapal cepat. Sejak ada tiket murah kapal cepatnya pindah operasi ke daerah lain.
    Yang asik di Sunda Kelapa itu salah satunya wisata menikmati kapal2 kayu.

  11. Elang Wicakso says:

    Wih, biarpun cuman pelabuhan tapi banyak spot buat foto foto ya mas. kalo liat senja di atas laut itu keren banget!

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Pelabuhan Sunda kelapa ini bukan pelabhan biasa sih memang :D pelabuhan yang keren!

  12. daripada ke pantai yg pemandangannya cuma laut sama pasir, aku lebih memilih melihat perahu gedhe2 kayak gini deh.. Keren pakai binggit pakai z!!!

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Hahaa :D sayang nggak bisa naik euy kemaren~ pengen cobain naik kapal kayak gini sesekali :D

  13. Salman Bluepacker ID says:

    selalu melewatkan momen ke sunda kelapa beberapa kali, padahal sangat dekat dengan museum fatahilah

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Padahal deket loh~ mampir dah itu kalau main ke museum fatahillah :D

  14. Indah Nuria Savitri says:

    memang cantiiiiik sunda kelapa…jadi inget terakhir ke sini dan foto-foto tapi kok belum diupload hehehehe

  15. fanny fristhika nila says:

    srg dgr tempat ini, tp sekalipun blm prnh kesana mas :D..

  16. Adie Riyanto says:

    Hahaha sama Mi, aku juga kalau lagi gak ada jadwal jalan-jalan ke luar kota, sukanya ke kota tua. Tapi, sedikit males sih kalau harus jalan juga sampai ke Sunda Kelapa ini. Biasanya cuma ngadem doang sampe Museum Bahari di Pasar Ikan.

    Btw, foto yang captionnya “Sore hari adalah waktu yang pas untuk datang ke Pelabuhan Sunda Kelapa.” cakep. Instagramable hehehe ;)

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Naik motor saja, kalau enggak naik kopaja dari Kota Tua ada sih ini :D

  17. yozidahfilputra says:

    Sama mas, saya lebaran kemaren juga gak mudik. bertahan di Jakarta yang baru 3 bulan saya jajaki. Tapi alasan saya dan mas gak mudik sepertinya tidak sama……
    Besok-besok mau juga ah main2 ke palabuhan sunda kelapa, salah satu alasannya setelah membaca tulisan ini ^____^

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Hayoo, coba main – main ke pelabuhan sunda kelapa :D pasti seru dah! :D

  18. Bobby (virustraveling.com) says:

    Tau gitu kmrn ngintilin kalian ngedate kesana ya kak. Aku sekalipun belum pernah haha

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Hahaa, ayo lah ke sunda kelapa rame – rame :D

  19. waahhh keren mas jadi pengen ke dampar di situ mantap mas fahmi….

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      yang suka hunting, bisa deh mampir ke pelabuhan sunda kelapa :D

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      mampir ke sunda kelapa deh! tempatnya fotogenik banget :D

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *