Di Desa Lopus saya bisa merasakan bagaimana kehidupan sehari hari Suku Dayak Kalimantan. Mulai dari makan bersama di Rumah Betang Khas Kalimantan, disambut ritual penyambutan tamu khas Suku Dayak Kalimantan hingga diajak mengikuti acara yang dinamakan “Begondang”. Dari sini, saya makin yakin kalau Indonesia itu benar-benar Bhinneka Tunggal Ika.
Nah, untuk ulasan selengkapnya, Kamu bisa membaca tulisan di travel blog Indonesia catperku.com ini sampai selesai dan tonton video blog perjalanan saya mengunjungi desa yang ada di bawah.
Daftar Isi
Kehidupan Harmonis di Kampung Suku Dayak Desa Lopus Lamandau
My Instagram : instagram.com/catperku
My Youtube : youtube.com/@catperku
Terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Lamandau merupakan wilayah yang baru terbentuk dari pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat.
Lamandau dikelilingi oleh bukit-bukit dan perkebunan kelapa sawit, sehingga tak heran jika perjalanan menuju desa-desa di sini serasa di daerah pegunungan.
Salah satu kekayaan budaya yang masih kental di Lamandau adalah kehidupan suku Dayak.
Dayak Tomun merupakan salah satu sub-suku yang mendiami daerah ini dengan cara hidup berburu dan berladang.
Rumah panggung dengan bahan kayu ulin khas suku Dayak menjadi pemandangan sehari-hari.
Beberapa rumah adat masih dijadikan lumbung padi yang dikelola secara bersama oleh masyarakat setempat.
Suku Dayak di Lamandau Menganut Kepercayaan Agama Kaharingan
Penduduk suku Dayak di Lamandau umumnya menganut agama Kaharingan.
Kepercayaan ini merupakan agama asli suku Dayak di Kalimantan sebelum dikenal agama-agama besar.
Dalam ritual tertentu, tetua adat akan mengorbankan hewan seperti babi atau ayam dengan menyirami darahnya pada pohon yang dianggap suci.
Masyarakat Dayak di sini juga masih menjaga tradisi manginang atau menyimpa, yang menggunakan bahan-bahan seperti daun sirih, kapur sirih, tembakau, kencur, dan buah pinang.
Sebagai gantinya, mereka tidak merokok, bahkan sepanjang hidup mereka.
Walaupun ada beberapa perbedaan budaya, masyarakat Dayak sangat terbuka dengan orang luar yang ingin mengenal lebih dalam tentang kebudayaan mereka.
Salah satu contoh adalah penyambutan tamu dengan tarian tradisional yang mengenakan busana kulit kayu dan topi berbulu burung enggang.
Ini merupakan cara masyarakat Dayak di Desa Lopus, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau menyambut para tamu yang datang.
Ada Desa Wisata Yang Bisa Dikunjungi Juga
Para tamu yang berkunjung ke Desa Lopus dan Tapinbini dapat menikmati berbagai kegiatan, seperti melihat proses mengupas kulit kayu untuk dijadikan pakaian, ikat kepala, dan topi tradisional yang disebut lawung.
Mereka juga dapat menyaksikan proses memasak nasi dan aneka sayur serta lauk dengan menggunakan bambu sebagai media memasak.
Selain itu, para tamu juga dapat mengikuti trekking dan pendakian Bukit Bolau, salah satu bukit yang terkenal di Lamandau.
Dari puncak bukit ini, pengunjung akan merasa seperti berdiri di atas awan, dengan pemandangan indah perbukitan yang mengelilingi.
Desa Lopus dan Tapinbini menjadi destinasi wisata baru yang menawarkan kehidupan tradisional suku Dayak dan lingkungan alamnya yang masih asri.
Lokasi ini dapat dijangkau dalam waktu empat jam perjalanan darat dari Pangkalan Bun, yang bandaranya telah terkoneksi dengan Jakarta, Surabaya, dan Semarang secara reguler.
Jika selama ini wisatawan lebih mengenal kawasan ini sebagai tempat untuk melihat orangutan di Tanjung Puting, kini desa-desa wisata di Lamandau dengan kekayaan alam dan budayanya dapat menjadi pilihan tambahan yang menarik.
Belajar Tradisi Setempat Ketika Berkunjung Ke Desa Lopus Perkampungan Suku Dayak Ini
Ketika mengunjungi Desa Lopus dan Tapinbini, wisatawan tidak hanya diperkenalkan kepada tradisi dan gaya hidup suku Dayak.
Di desa wisata ini juga dikenalkan berbagai kegiatan alam yang menantang, seperti trekking dan pendakian Bukit Bolau, arung jeram di Sungai Lamandau, dan bamboo rafting.
Selain itu, pengunjung juga akan diajak untuk menyaksikan proses masak-memasak di ladang serta mencicipi berbagai kuliner khas Dayak yang lezat.
Ada banyak kuliner unik khas suku Dayak seperti seperti nasi yang dimasak dan dikemas dalam daun topah dan beras ketan gurih yang dikemas dan dimasak dalam bungkus kantong semar, yang disebut tabiku.
Keberagaman budaya dan keindahan alam yang ditawarkan oleh desa Lopus dan Tapinbini tentu saja dapat memberikan pengalaman yang berkesan bagi para wisatawan.
Dengan mengunjungi desa-desa ini, wisatawan akan lebih mengenal kehidupan suku Dayak yang kaya tradisi dan harmonis dengan alam sekitarnya.
Selain itu, berbagai kegiatan menantang yang disuguhkan juga dapat menjadi petualangan yang tak terlupakan.
Dengan adanya destinasi wisata baru ini, diharapkan pariwisata di Kabupaten Lamandau akan semakin berkembang dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Selain itu, upaya pelestarian budaya suku Dayak dan kelestarian lingkungan alam di kawasan ini juga diharapkan dapat terus terjaga, sehingga generasi mendatang pun dapat menikmati keindahan dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh desa Lopus dan Tapinbini.