Terbuai alunan merdu Sampeq, terpesona Tari Kancet : Kekuatan, Kelembutan, dan Kehidupan Suku Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang!
Teng…. teng teng teng jrengg…
Teng…. teng teng teng jrengg…
Irama petikan Sampeq, alat musik khas Suku Dayak dimainkan secara kontinyu untuk menghibur dan menyambut kedatangan Tim Terios 7 Wonders di Desa Budaya Pampang.
Saya dan Tim Terios 7 Wonders berkesempatan mengunjungi Desa Budaya Pampang untuk melihat dari dekat kearifan lokal Suku Dayak yang merupakan salah satu suku asli yang mendiami daratan Borneo.
Daftar Isi
Terbuai Alunan Musik Sampeq Dan Tari Tarian Kancet Suku Dayak Kenyah Desa Budaya Pampang
Kebetulan, Desa Pampang ini memang adalah desa terdekat yang ditinggali oleh Suku Dayak Kenyah dan bisa dikunjungi oleh umum.
Desa Budaya Pampang sendiri berada di Sungai Siring, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Atau, untuk menuju kesini bisa dicapai dengan kendaraan dalam waktu kurang dari satu jam perjalanan dari Samarinda.
Di Desa Budaya Pampang ini memang setiap minggunya diadakan pertunjukan seni tari dan budaya khas dari Suku Dayak, Suku Daya Kenyah khususnya.
Jangan sampai datang di hari biasa, karena selain hari Minggu, biasanya pengunjung hanya bisa melihat Rumah Lamin yang bisa digunakan sebagai tempat tinggal orang Suku Dayak.
Namun karena ini adalah kunjungan khusus, Tim Terios 7 Wonders tetap bisa menikmati suguhan atraksi tari-tarian dan seni musik khas Suku Dayak.
Disambut Berbagai Seni Budaya Khas Suku Dayak Kenyah Di Rumah Lamin
(Baca Juga : Ikutan Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure, Apa Saja Sih Yang Saya Lakukan?)
Pertunjukan tadi diadakan setelah sesi foto-foto mobil terios selesai dilakukan di depan Rumah Lamin.
Semua tim Terios 7 Wonders lalu diundang untuk masuk kedalam Rumah Lamin, rumah yang panjangnya kira-kira 20 meter, dan keseluruhannya terbuat dari Kayu Ulin, dengan dinding yang dipenuhi ukiran khas Dayak yang unik.
Di sana, sudah menyambut Bapak Simson Imang dengan Sampeq-nya, beberapa gadis dayak yang siap menari, juga beberapa tetua adat yang sudah menunggu.
Tak lama setelah semua tim lengkap, dan semuanya ada di Rumah Lamin Desa Budaya Pampant, tari-tarian khas dayak pun langsung dimainkan tanpa menunggu lagi.
Dengan diiringi petikan Sampeq, tarian Kancet Lemada Lasan pun dimainkan untuk Tim Terios 7 Wonders.
(Baca Juga : Pelukan Yang Tak Sampai, Sangkima Dan Kayu Ulin Raksasa!)
Tentang Rumah Lamin
Rumah Lamin adalah rumah adat khas suku Dayak Kenyah di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.
Rumah ini memiliki bentuk unik dan berbeda dari rumah adat suku lainnya di Indonesia.
Rumah Lamin biasanya dibangun dari kayu ulin yang tahan terhadap serangan rayap dan cuaca ekstrem di Kalimantan Timur.
Rumah Lamin memiliki bentuk panggung dengan atap yang sangat tinggi dan landai ke bawah.
Atap rumah Lamin biasanya terbuat dari ijuk atau daun nipah yang diikat dengan tali rotan.
Konstruksi atap yang tinggi dan landai ke bawah memberikan sirkulasi udara yang baik di dalam rumah sehingga membuat suhu di dalam rumah lebih sejuk dan nyaman.
Terdapat beberapa bagian dalam rumah Lamin, yaitu:
- Bubungan – atap rumah Lamin yang tinggi dan landai ke bawah.
- Tiang Panjang – tiang-tiang yang menjulang tinggi dan kuat menopang atap rumah.
- Lantai – lantai rumah Lamin biasanya terbuat dari kayu ulin yang kokoh dan tahan lama.
- Anjungan – terdapat di depan rumah dan biasanya digunakan sebagai tempat duduk atau tempat menyimpan barang.
- Serambi – area di depan rumah yang digunakan sebagai tempat bersantai dan menerima tamu.
Rumah Lamin juga memiliki makna simbolis bagi suku Dayak Kenyah. Bagi suku Dayak Kenyah, rumah Lamin adalah simbol kekuatan dan kesatuan keluarga yang tinggal di dalamnya.
Selain itu, rumah Lamin juga dianggap sebagai pusat kehidupan masyarakat suku Dayak Kenyah karena di dalamnya terdapat ruang-ruang untuk beribadah, berkumpul, dan melakukan kegiatan-kegiatan budaya.
Rumah Lamin saat ini masih dipertahankan oleh suku Dayak Kenyah sebagai bagian dari warisan budaya nenek moyang mereka.
Beberapa di antaranya telah dijadikan objek wisata untuk menarik minat wisatawan dalam mengenal kebudayaan dan tradisi suku Dayak Kenyah.
Menikmati Pertunjukan Tari Kancet, Khas Suku Dayak
Tari Kancet Lemada Lasan ini dimainkan pertama kali dengan maksud untuk membuka sambil menyambut kami, Tim Terios 7 Wonders.
Selain itu tarian pembuka yang dimainkan oleh satu orang dengan gaya bebas ini juga dimaksudkan untuk ritual, dan menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Perlu dicatat juga, ternyata yang boleh memainkan tari Kancet Lasan ini hanyalah laki-laki saja loh!
Setelah tarian Kancet Lemada Lasan selesai dimainkan, baru kemudian dilanjutkan dengan tari Kancet Lasan yang dimainkan oleh dua orang gadis Dayak.
Gerakan tarian masih bebas mirip seperti tarian pertama, tetapi menurut saya tarian ini cenderung lebih luwes dan lebih ramah dari pada tarian yang pertama.
Pun, keduanya baik Tari Kancet Lemada Lasan atau Kancet Lasan adalah tarian yang menarik menurut saya.
Setiap tarian menampilkan keunikan dan ciri khas gerakan yang unik seperti bisa dilihat pada video tari-tarian ini di akhir tulisan.
Selain Rumah Lain, tari-tarian Suku Dayak, Sampeq yang merupakan alat musik Khas Dayak cukup menarik perhatian saya.
Suaranya lemah lembut, enak didengar dan mirip suara gitar, namun dengan lebih sedikit melodi.
(Baca Juga : Teritip, Rumah Para Buaya Predator, Tak Jauh Dari Pusat Kota Balikpapan!)
Terbuat dari Kayu Bulat kalimantan, Sampeq ini sukses membuai telinga saya dengan suaranya.
Sampai sampai, saya pun juga mencobanya, meski suara yang keluar nggak sebagus pemain Sampeq yang asli.
Yah, enggak apa toh? Yang penting sudah mencoba~
Desa Budaya Pampang ini sebenarnya adalah tempat wisata di dekat Kota Samarinda yang menarik.
Nggak heran kalau pada hari libur atau hari minggunya dikunjungi sekitar 100-an orang lebih.
Padahal lokasinya berada cukup ke dalam pelosok.
Namun, dengan pertunjukan dan atraksi yang ada disini, siapa yang menolak kalau diajak?
Terlebih lagi, ketika pulangnya, saya bisa membeli oleh-oleh kerajinan Suku Dayak Kenyah yang tinggal di Desa Budaya Pampang ini!
Nah, siapa yang mau liburan kesini juga? :D
Video Tari-Tarian Suku Dayak Yang Saya Rekam Ketika Berada di Desa Budaya Pampang Dan Penjelasannya
Berikut ini adalah beberapa informasi mengenai jenis tarian yang saya rekam saat berkunjung kesana.
Tari Kancet : Kekuatan, Kelembutan, dan Kehidupan Suku Dayak Kenyah
Tari Kancet terdiri dari beberapa jenis, antara lain Kancet Papatai (Tari Perang), Kancet Ledo (Tari Gong), dan Kancet Lasan.
Setiap jenis tari Kancet memiliki ciri khas dan keindahan yang berbeda-beda.
Namun, semuanya mengandung makna dan nilai yang tinggi bagi suku Dayak Kenyah.
Tari Kancet mengajarkan tentang keberanian, kelembutan, serta kehidupan dan keagungan alam sekitar.
Para penari Kancet membutuhkan beberapa perlengkapan untuk melakukan Tari Kancet, seperti Kelembit, Mandau, dan Baju Perang Dayak.
Selain itu, busana dan perhiasan yang dipakai oleh penari Kancet juga memiliki makna dan nilai yang penting bagi suku Dayak Kenyah.
Penari Kancet Papatai biasanya memakai baju perang Dayak dan Mandau sebagai senjata.
Sementara itu, penari Kancet Ledo mengenakan busana berupa baju manik dan Taah, serta kalung yang terbuat dari manik-manik berwarna dan gigi atau taring Macan.
Sedangkan penari Kancet Lasan mengenakan busana yang sama dengan penari Kancet Ledo, namun tanpa tambahan bulu burung Enggang.
Tari Kancet Papatai (Tari Perang)
Tari Kancet Papatai (Tari Perang) adalah jenis tari yang menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh.
Tarian ini menggambarkan keberanian para pria suku Dayak Kenyah dalam berperang, mulai dari perang hingga upacara pemberian gelar bagi pria yang berhasil mengalahkan musuhnya.
Gerakan dalam tari ini lincah, gesit, dan penuh semangat, serta disertai dengan pekikan para penari.
Lagu yang mengiringi tarian khas Suku Dayak Kenyah ini berjudul “Sak Paku” dan diiringi oleh alat musik Ampe.
Tari Kancet Papatai adalah tarian perang tradisional yang berasal dari suku Dayak Kenyah di Provinsi Kalimantan Timur.
Tarian ini mengisahkan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh.
tarian khas Suku Dayak Kenyah ini menggambarkan makna kejantanan dan keperkasaan seorang laki-laki dalam mempertahankan wilayahnya.
Tari perang merupakan bentuk tarian yang menunjukkan pertahanan diri dari sebuah suku.
Tarian perang juga terdapat di sejumlah daerah, namun Tari Kancet Papatai memiliki ciri khas dan keindahan yang berbeda-beda.
Sampai saat ini, tarian khas Suku Dayak Kenyah ini masih sering ditampilkan dalam berbagai pagelaran, seperti upacara adat maupun acara budaya pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur.
Tari Kancet Papatai memiliki makna yang mendalam bagi suku Dayak Kenyah.
Tarian ini menggambarkan keberanian dan keperkasaan seorang pahlawan Dayak Kenyah dalam menghadapi musuh. Properti yang digunakan dalam Tari Kancet Papatai adalah kelembit atau perisai, mandau sebagai senjata utama, beluko (topi) yang mengandung ilmu kekebalan tubuh, lawung atau ikat kepala yang terbuat dari bulu burung Enggang, besunung atau rompi yang terbuat dari kulit harimau yang berfungsi sebagai kekebalan dari senjata musuh, dan kalung yang terbuat dari gigi macan yang berguna untuk menangkis musuh.
Tari Kancet Papatai memiliki gerakan yang lincah dan penuh semangat. Kadang, gerakan tarinya diikuti dengan suara pekikan penarinya.
Tarian diiringi dengan sampeq, alat musik petik tradisional khas Dayak.
Tari Kancet Papatai ditarikan oleh dua kelompok anak muda yang memakai baju perang dan membawa mandau serta kelembit.
Dua kelompok itu membentuk banjar, kemudian menari dengan teriakan dan sorakan penuh semangat.
Gerakan sinergi dalam tarian tersebut adalah membungkuk seperti tengah berhadapan dengan musuh, lalu menghentakkan kaki serta melangkah menghadapi musuh.
Pada bagian terakhir, gerakan tarian berupa penari berlari keluar dari panggung sembari bersorak sorai sebagai tanda kemenangan.
Tari Kancet Papatai adalah warisan budaya takbenda yang sangat berharga bagi suku Dayak Kenyah.
Melalui tarian ini, suku Dayak Kenyah bisa memperkenalkan budaya dan warisan nenek moyang mereka kepada masyarakat luas.
Tari Kancet Papatai juga merupakan simbol keberanian dan kejantanan suku Dayak Kenyah dalam mempertahankan wilayahnya dari ancaman musuh.
Tari Kancet Ledo (Tari Gong)
Tari Kancet Ledo (Tari Gong) adalah jenis tari yang dipertunjukkan oleh seorang gadis dengan gong digunakan sebagai alat musik pengiringnya.
Tarian ini biasanya dipertunjukkan pada saat upacara penyambutan tamu agung atau upacara menyambut kelahiran seorang bayi kepala suku.
Gerakan dalam tari ini mengungkapkan kelembutan seorang wanita, serta kecantikan, kepandaian, dan lemah lembut gerakan tari.
Tari Gong ditarikan di atas sebuah Gong dan diiringi dengan alat musik Sampe.
Tari Kancet Lasan
Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo.
Namun, penari Kancet Lasan tidak menggunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang.
Dalam tari ini, penari banyak menggunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai.
Tarian ini lebih ditekankan pada gerakan burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
My Instagram : instagram.com/catperku
My Youtube : youtube.com/@catperku
***
Tari Kancet bukan hanya sekadar tarian tradisional yang dipertunjukkan pada upacara adat atau budaya, tetapi juga menjadi identitas dan kebanggaan bagi suku Dayak Kenyah.
Melalui tarian ini, suku Dayak Kenyah bisa memperkenalkan budaya dan warisan nenek moyang mereka kepada masyarakat luas.
Sayangnya, Tari Kancet saat ini masih terancam punah karena kurangnya dukungan dan perhatian dari pemerintah maupun masyarakat.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya pelestarian dan pengembangan Tari Kancet agar tidak hilang ditelan zaman.
Tari Kancet adalah kekayaan budaya Indonesia yang sangat berharga.
Melalui tarian ini, suku Dayak Kenyah mengajarkan tentang keberanian, kelembutan, dan kehidupan alam sekitar.
Kita sebagai generasi muda Indonesia harus melestarikan dan mengembangkan Tari Kancet sebagai bagian dari warisan budaya nenek moyang kita yang tidak ternilai harganya.
Seru pisan.
Itu anak-anaknya lucu banget, hehehe
hahah, iya mas ali, mau dimanapun, yang namany anak kecil pasti lucu :D
Keren banget postingannya Mas. Jadi tahu lebih dalam tentang suku dayak. Selama ini cuma tahu keindahan warna warni yang vivid dari kebudayaan suku dayaknya.
iya, saya juga baru tahu dari dekat karena main ke desa budaya pampang rumah masyarakat suku dayak kenyah ini mas dani :D
Wuih, asik banget Mas Fahmi. Saya sempt terpikir bagaimana rupa mereka sebenarnya, ini dia liputan menarik :)
iya mas :D asik sekali memang~
Saya selalu penasaran dengan kondisi masyarakat di sana. Liputan ini sedikitnya menjawab pertanyaan saya. Terima kasih Mas Fahmi :)
Nah, semoga bisa bermanfaat dan rasa penasaran mas bai bisa terpenuhi karena tulisan singkat saya tentang suku dayak kenyah di Desa Budaya Pampang :D
Lu cocok banget tuh udah kayak orang sana pake aksesoris begituan haha
woooi, hahah, ngak ah, jauh dari bioskop disana :p
ukirannya menarik banget yah, kapan2 tulis mengenai magis nya Dayak yang terkenal itu dong mas :)
Hahaa, iya, pas pertama kali datang kesini, langsung tertarik sama ukiran-ukiran khas dayak :D cuma kalau masaah magis, nggak pernah ketemu seama disana~ xixixi
lu udah kaya penduduk setempat deh kak
hahaa, iya kali, orang dayak kuning-kuning, putih, gw? gelap euy xixixxi
Kereen euy… culturenya terlihat msh kental bgt (natural)
iya, tari-tariannya juga keren, meski gerakan bebas :d
gile…. matep banget bro…
sempet2nya selfie bareng bening2….
hahah, nggak mau rugi deh :D
Suku dayak Kenyah ini apa bedanya sama suku dayak yang lain mas?
Temen saya orang dayak juga nih di kantor. Kulitnya agak kuning, matanya sipit. Emang beda sih keliatannya sama yang ada di foto-foto di atas
kalau secara fisik sih mirip sama yang lain, yang bikin beda sama yang lain kurang tau sih XD
Itu anak kecil narinya lucu bangeeeet, matanya kemana-mana hahaha
EMEEESSSHHH!!
kamu kan emang selalu suka sama anak kecil -,-
Aku selalu terpesona liat motif baju, ukiran, dan apapun yang bernuansa Dayak ini. Selama ini belum pernah liat langsung suku Dayak dengan baju2 seperti itu. Baru liat lewat lukisan di tembok2 bandara Balikpapan :D
aku juga baru kemarin liatnya, dan ukiran dayak itu memang menarik banget :D
itu namanya Pak Simson Imang, Mi..
weh, berarti catatanku salah ya :|
itu mbak mbak yang foto di belakang mas fahmi cantik juga ehe
mau tak kenalin gallant? :P
nggak usah mas *malu*
yakiin? padahal mau dikenalin ke gallant loh :p
aduh aku malu, gimana ya. ermmm *ngumpet di belakang mbak putri*
Foto adik kecilnya sungguh menggemaskan,,,, salam kenal mas
hehee, iyaa :D salam kenal juga ya!
Keren banget postingannya Mas. jadi pengen ke sana :D
kalau ada kesempatan lagi pengen ngulang rute jalur darat ini, tapi pake sepeda motor :D