“Buat ke camp Taman Nasional Sebangau, cuma trekking satu jam kok”
Mungkin kata-kata ini nggak akan pernah terlupakan. Karena, ini adalah trekking yang paling menyenangkan, sekaligus menegangkan.
Ini adalah cerita petualangan terbaru saya di Taman Nasional Sebangau, yang ada di Kalimantan, dalam rangkaian Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure.
Jadi ceritanya, setelah acara pelepasan tim Terios 7 Wonders di Dealer Daihatsu Tri Mandiri Sejati, Palangkaraya berjalan dengan lancar, seluruh tim segera bergegas menuju Kruing.
Meskipun agak berlawanan dengan rute selanjutnya yaitu Banjarmasin, tetapi destinasi yang ada di Kruing, Palangkaraya ini tidak bisa dilewatkan sama sekali.
Daftar Isi
Pengalaman Pertama Masuk Ke Hutan Belantara Kalimantan

Di Kruing ini ada sebuah taman nasional yang juga merupakan rumah Orang Utan di Kalimantan.
Iya, selain Tanjung Puting, di Kalimantan ada yang namanya Taman Nasional Sebangau yang masih terdapat Orang Utan hidup secara liar lho!
Kapan lagi bisa melihat dari dekat salah satu fauna yang katanya masih kerabat dekat manusia ini? Iya kan?
Saya sangat excited! Apalagi dari semua destinasi yang ada di rangkaian petualangan Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure, Taman Nasional Sebangau ini adalah salah satu yang membuat hati saya membuncah.
Karena disini saya bisa melihat alam liat Kalimantan yang sebenarnya.
Selain itu, berkunjung kesini juga bisa sedikit mengobati rasa ingin tahu akan habitat hidup Orang Utan, yang selama ini hanya saya kenal lewat cerita atau ensiklopedia saja.
Trekking 3 Jam Di Taman Nasional Sebangau Menuju Camp WWF

Pun untuk menuju tempat dimana si Orang Utan ini hidup memerlukan perjuangan yang lumayan berat ketika musim kemarau sedang berlangsung seperti sekarang ini.
Camp WWF, titik awal pengamatan Orang Utan yang ada di tengah Taman Nasional sebangau menjadi cukup susah diakses ketika air sungai sedang surut.
Dibandingkan dengan ketika musim hujan, untuk menuju ke camp WWF tadi hanya tinggal naik perahu dengan estimasi perjalanan sekitar 1 jam dari dermaga terdekat.

Nah, sialnya ketika musim kemarau seperti ini air sungai kering kerontang, sehingga perahu dari Dermaga Baun Bango, yang ada di Kecamatan Kamipang, Desa Katingan, Kalimantan Tengah hanya bisa mengantarkan sampai muara Sungai Punggu Alas.
Ini adalah sungai yang merupakan muara sungai tempat perjalanan menuju camp WWF Kawasan Danau Punggu Alas yang berada sekitar 4 km dari Sungai Katingan.
Akhirnya, mau tidak mau, dari sini saya harus melanjutkan trekking selama satu jam versi porter, atau 2 hinga 3 jam perjalanan versi manusia kota seperti saya. Asik kan? :D

Tunggu dulu, itu masih belum ada apa-apanya, karena saya juga harus trekking di hutan hingga malam hari karena tim Terios 7 Wonders datang terlalu sore di Desa Baun Bango.
Hasilnya, selama kurang lebih 1 jam saya harus meraba-raba di tengah hutan rimba dengan cahaya penerangan seadanya hingga ke camp WWF Punggu Alas.
Entah berapa kali saya mendengar lolongan hewan malam yang kadang membuat bulu kuduk merinding, dan membuat saya selalu waspada.
Sepanjang perjalanan hingga sampai ke camp WWF Punggu Alas saya hanya berharap tidak bertemu binatang buas atau menginjak ular yang sedang malam mingguan saja.
Manusia yang bisa berpikir saja bisa begitu galak kalau diganggu waktu malam minggu-nya.
Bagaimana jika ular yang taunya cuma bisa cari makan dan tidur itu terganggu malam minggunya? Ahh, sudahlah!
Yang jelas, perjalanan menembus hutan Taman Nasional Sebangau ini ternyata berjalan dengan aman hingga pulang.
Menginap Di Camp WWF Punggu Alas
Camp WWF Punggu Alas ini sebenarnya adalah rumah untuk para peneliti yang ingin meneliti kehidupan flora dan fauna yang ada di dalam Taman Nasional Sebangau.
Karena, Selain Orang Utan, Taman Nasional Sebangau yang luasnya sekitar 568.700 hektar ini juga memiliki banyak penghuni lain.
Namun, selain peneliti dan petugas dari WWF, pengunjung awam untuk tujuan wisata edukasi seperti saya juga diperbolehkan dengan persyaratan khusus.

Mengenai flora dan fauna yang ada disini, dari wikipedia sih saya mendapatkan informasi kalau ada sekitar 808 jenis tumbuhan, 15 jenis mamalia, 182 jenis burung, dan 54 spesies ular yang menjadikan Taman Nasional Sebangau sebagai rumah idaman mereka.
Meskipun saya kurang tahu data pastinya, namun sepertinya data ini bisa dipercaya.
Karena selama blusukan ke dalam hutan lebat Taman Nasional Sebangau, saya banyak menemukan tanaman yang belum pernah saya ketahui juga beberapa hewan yang sebelumnya hanya bisa saya lihat di ensiklopedia saja.
Tentunya tidak ketinggalan pula, saya akhirnya bisa bertemu dengan Orang Utan di alam liar seperti yang diinginkan dong! Meski hanya melihatnya dari jauh :)
Memang untuk menemui Orang Utan di Taman Nasional Sebangau ini lumayan susah.
Kata bapak-bapak dari WWF, biasanya mereka mulai mencari dan mengikuti Orang Utan mulai dari Jam 4 pagi hingga menjelang siang.
Karena biasanya pada jam-jam segitu mereka mulai mencari makan.
Bapak-bapak dari WWF ini memang berpengalaman, karena itu mereka juga tahu dimana lokasi Orang Utan mencari makanan.

Beruntung karena saya dan tim Terios 7 Wonders yang lain adalah tamu spesial, jadi kami nggak perlu lagi mencari Orang Utan dari pagi buta.
Kami hanya tinggal pergi ketika orang utan sudah diketemukan.
Dan, kira-kira tepat jam 8 pagi waktu Kalimantan Tengah, kami baru mulai trekking menuju tempat orang utan berada yang berjarak sekiar 900 meter dari Camp WWF Punggu Alas.
Iya, lagi-lagi saya harus trekking melewati jalur yang didominasi oleh akar pepohonan khas hutan tropis yang cukup menyusahkan untuk berjalan.
Namun, saya malah begitu menikmatinya, karena trekking di hutan kalimantan itu serasa sedang berada di film Jurrasic Park dimana saya harus berhati-hati dengan dinosaurus yang bisa menerkam kapan saja.

Bedanya, kalau di Taman Nasional Sebangau ini saya hanya harus berhati-hati agar tidak menganggu Orang Utan yang sedang makan.
Julia dan Juliana adalah dua Orang Utan yang berhasil ditemui oleh saya dan Tim Terios 7 Wonders yang lain di Taman Nasional Sebangau.
Mereka adalah Orang Utan yang kebetulan posisinya paling dekat dari camp WWF Punggu Alas tempat kami menginap semalam.
Mereka berada hanya berjarak 900 meter dari camp, atau sekitar 30-an menit jalan kaki menembus hutan tropis taman nasional ini.

Waktu pertama kali saya lihat, mereka berdua terlihat sedang asik makan ujung pepohonan.
Nampaknya mereka sedang makan dengan bahagia karena di pohon itu sedang ada banyak Buah Karipak yang merupakan salah satu makanan kesukaan mereka.
Karena penasaran, saya juga mencoba mencicipi buah ini dong!
Ternyata rasanya pahit, entah kenapa mereka begitu suka!
Mungkin kalau rasanya manis, bakal rebutan juga deh sama manusia.
Meskipun terlihat tenang, mereka berdua seperti terganggu dengan kehadiran kami.
Seakan kami adalah penjajah yang ingin merebut daerah kekuasaan mereka.
Karena itu sesekali mereka menggoyang-goyangkan pohon tempat mereka berada, sebagai rasa ketidaksukaan mereka dengan kehadiran kami.

Puncaknya adalah, ketika si ibu Orang Utan yang ukurannya lebih besar dari manusia dewasa meloncat pergi dari pohon ke pohon.
Entah bermaksud untuk mengalihkan perhatian agar anaknya tidak diganggu, atau memang dia sengaja kabur karena merasa tidak nyaman dengan keberadaan kami.
Yang jelas, dengan cepat dia melompati pepohonan, dan kemudian menghilang hingga tidak terlihat lagi.
Sudah cukup dokumentasi yang didapatkan, jadi tim Terios 7 Wonders memutuskan untuk kembali ke camp untuk sarapan,
lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya.
Dan… itu berarti saya harus kembali trekking selama kurang lebih 3 jam, menyusuri jalur hutan yang menegangkan!
Duh!!! Ada yang mau ikutan? Hehee!
Kenalan Lebih Dekat Dengan Taman Nasional Sebangau Di Kalimantan Tengah
Taman Nasional Sebangau adalah sebuah harta alam yang tersembunyi di tengah Kalimantan Tengah, Indonesia. Menyajikan pemandangan yang spektakuler, taman nasional ini tersebar di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Katingan (52%), Kabupaten Pulang Pisau (38%), dan Kota Palangka Raya (10%).
Dengan luas 568.700 hektar, Taman Nasional Sebangau adalah perwakilan penting dari ekosistem hutan gambut, yang ditetapkan sebagai kawasan perlindungan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 423/Menhut-II/2004 pada 19 Oktober 2004.
Taman Nasional Sebangau memiliki kekayaan alam yang mengagumkan. Lebih dari 800 jenis flora, 35 jenis mamalia, 182 jenis burung, dan 54 spesies ular menjadi bagian dari taman ini.
Flora khas gambut seperti ramin, jelutung, dan bintangur, serta fauna seperti orangutan dan owa kalimantan hidup di sini dengan populasi yang penting bagi keberlanjutan alam.
Taman Nasional Sebangau memainkan peran penting dalam menjaga lingkungan global.
Hutan gambutnya menjadi penyerap karbon yang signifikan, mengatur tata air di wilayahnya dan secara lebih luas di Pulau Kalimantan. Namun, tantangan besar seperti perambahan untuk perkebunan kelapa sawit dan ancaman kebakaran hutan terus mengintai.
Dalam hal kelembagaan, taman nasional ini dikelola melalui 3 Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) yang mengelola 8 sanggraloka pengelolaan. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan ekosistem dan menjadikan taman ini sebagai ruang untuk riset konservasi, termasuk riset orangutan liar.
Mengatasi ancaman, seperti pembalakan liar, kerusakan hidrologi, kebakaran hutan, dan pembangunan infrastruktur, adalah prioritas.
Melalui program rehabilitasi dan kolaborasi dengan masyarakat setempat dan berbagai pihak, Taman Nasional Sebangau terus berusaha untuk memastikan masa depan yang lestari bagi keanekaragaman alamnya dan menjaga keindahan serta keberlangsungan ekosistem unik hutan gambut Kalimantan Tengah.
Sejarah Taman Nasional Sebangau: Melindungi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem Gambut yang Rentan

Indonesia, sebagai salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian alamnya.
Salah satu upaya penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem alam adalah dengan mendirikan taman nasional.
Taman Nasional Sebangau adalah salah satu contoh yang menonjol dalam upaya konservasi di Indonesia.
Taman Nasional ini memiliki sejarah yang panjang dalam perjalanan transformasinya dari kawasan Hutan Produksi Hutan (HPH) hingga menjadi kawasan perlindungan yang sangat penting bagi ekosistem rawa gambut.
Awal Perjalanan: Dari HPH Menuju Ancaman Illegal Logging
Sebelum menjadi Taman Nasional, Kawasan Sebangau berfungsi sebagai kawasan HPH aktif pada awal tahun 1970-an hingga pertengahan tahun 1990-an.
Perusahaan-perusahaan HPH pada masa itu memiliki izin untuk melakukan penebangan kayu secara terbatas dan terkontrol.
Namun, setelah perusahaan-perusahaan HPH tersebut berhenti beroperasi, masalah baru muncul dalam bentuk illegal logging oleh masyarakat.
Kegiatan illegal logging ini sangat merugikan keberlangsungan ekosistem Kawasan Sebangau.
Illegal logging merupakan kegiatan penebangan kayu secara ilegal tanpa izin resmi dari pemerintah.
Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat yang ingin memanfaatkan kayu sebagai sumber penghasilan.
Sayangnya, metode penebangan yang dilakukan seringkali tidak memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian alam dan berdampak buruk pada ekosistem.
Di Kawasan Sebangau, cara pengambilan kayu dilakukan dengan menggali parit atau kanal di Hutan Rawa Gambut.
Cara ini memiliki potensi mengganggu sistem hidrologis kawasan dan mengakibatkan kekeringan saat musim kemarau.
Ancaman Terhadap Ekosistem Gambut
Ekosistem rawa gambut memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam dan ekologi.
Rawa gambut memiliki kemampuan menyimpan air yang luar biasa, sehingga berperan dalam menjaga tingkat air tanah dan menghindari kekeringan.
Namun, ketika parit-parit digali untuk illegal logging, kemampuan rawa gambut untuk menyimpan air menjadi terganggu.
Ini mengakibatkan kawasan rawa gambut kehilangan air secara berangsur-angsur, yang pada akhirnya dapat merusak fungsi hidrologisnya.
Selain itu, kawasan rawa gambut yang kering juga menjadi lebih rentan terhadap kebakaran.
Di Indonesia, kebakaran hutan dan lahan rawa gambut adalah masalah serius yang sering terjadi terutama saat musim kemarau.
Akibat illegal logging dan sistem parit yang merusak, Kawasan Sebangau menjadi lebih mudah terbakar.
Beberapa insiden kebakaran besar telah terjadi di kawasan ini pada tahun 1992, 1994, 1997, dan 2002.
Selain kebakaran besar, hotspot kecil juga sering terjadi hampir setiap musim kemarau.

Langkah Menuju Konservasi: Peran World Wide Fund (WWF) dan Inisiatif Perlindungan
Dalam menghadapi tantangan ini, peran organisasi non-pemerintah sangatlah penting.
Salah satu inisiatif yang sangat berarti dalam sejarah pembentukan Taman Nasional Sebangau adalah dari World Wide Fund (WWF).
WWF memiliki komitmen dalam perlindungan lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Dengan dukungan dari WWF, inisiatif untuk menjadikan Sungai Sebangau dan Sungai Katingan sebagai kawasan perlindungan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan Provinsi mulai digulirkan.
Pentingnya kesadaran akan kerusakan lingkungan dan potensi alam yang ada di Kawasan Sebangau mendorong upaya untuk menjadikan kawasan ini sebagai kawasan perlindungan.
Rawa gambut Sebangau memiliki keunikan ekosistem yang perlu dilestarikan.
Berbagai spesies tumbuhan dan satwa langka hidup di kawasan ini, termasuk orangutan kalimantan yang menjadi simbol penting dalam upaya konservasi.
Mengusung Visi: Taman Nasional Sebangau
Visi untuk menjaga kelestarian alam dan ekosistem di Kawasan Sebangau akhirnya menghasilkan pembentukan Taman Nasional Sebangau.
Pada tanggal 19 Oktober 2004, Taman Nasional Sebangau secara resmi ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.SK.423/Kpts-II/2004.
Luas taman nasional ini mencapai ± 568.700 hektar, yang membentang di tiga wilayah Kabupaten/Kota, yaitu Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau, Propinsi Kalimantan Tengah.

Peran dan Manfaat Taman Nasional Sebangau
Taman Nasional Sebangau memiliki peran yang sangat krusial dalam memastikan kelestarian ekosistem rawa gambut dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Sebagai kawasan yang dilindungi, taman nasional ini menghadirkan sejumlah manfaat penting:
- Konservasi Keanekaragaman Hayati: Taman Nasional Sebangau menjadi tempat perlindungan bagi berbagai spesies tumbuhan dan satwa langka, termasuk orangutan kalimantan yang terancam punah. Dengan upaya konservasi yang dilakukan di dalamnya, populasi spesies-spesies tersebut dapat dipertahankan.
- Pengaturan Sistem Hidrologis: Dengan menjaga kelestarian ekosistem rawa gambut, taman nasional ini membantu mempertahankan sistem hidrologis yang stabil. Kemampuan rawa gambut untuk menyimpan air menjadi penting dalam menghadapi perubahan iklim dan risiko kekeringan.
- Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan: Taman Nasional Sebangau memiliki peran penting dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem, potensi terjadinya kebakaran dapat ditekan.
- Pendidikan dan Ekowisata: Selain menjadi kawasan perlindungan, taman nasional juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tempat pendidikan lingkungan dan ekowisata. Pengunjung dapat belajar mengenai pentingnya konservasi dan keanekaragaman hayati sambil menikmati keindahan alam.
- Pengembangan Berkelanjutan: Melalui pendekatan pembangunan berkelanjutan, Taman Nasional Sebangau dapat memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat melalui pengembangan ekowisata yang bertanggung jawab dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Menghadapi Tantangan Masa Depan
Meskipun telah ditetapkan sebagai Taman Nasional, tantangan untuk menjaga kelestarian Taman Nasional Sebangau tidaklah sedikit.
Kegiatan illegal logging masih menjadi ancaman yang perlu diatasi secara serius. Pentingnya kesejahteraan masyarakat sekitar juga harus diakomodasi dalam pengelolaan taman nasional ini, sehingga konflik dapat dihindari.
Selain itu, perubahan iklim dan degradasi lingkungan global juga menjadi tantangan besar.
Peningkatan suhu global dan perubahan pola hujan dapat mempengaruhi ekosistem rawa gambut dan spesies yang ada di dalamnya.
Oleh karena itu, perencanaan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim perlu diterapkan dengan serius.
Taman Nasional Sebangau adalah contoh nyata perjuangan dalam menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem alam yang rentan.
Dari awalnya sebagai kawasan HPH yang berisiko terkena illegal logging dan kebakaran hutan, kawasan ini telah menjalani transformasi yang luar biasa menjadi taman nasional yang melindungi keberagaman hayati dan fungsi ekosistem rawa gambut.
Upaya dari berbagai pihak, termasuk World Wide Fund (WWF), masyarakat lokal, dan pemerintah, menjadi kunci dalam perjalanan menuju pembentukan taman nasional yang penting ini.
Taman Nasional Sebangau bukan hanya tempat perlindungan bagi spesies-spesies langka, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang dalam konservasi alam dan sumber daya alam yang berharga.
Untuk menghadapi tantangan masa depan, perlu adanya pendekatan komprehensif yang menggabungkan aspek konservasi, partisipasi masyarakat, pembangunan berkelanjutan, dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Dengan demikian, Taman Nasional Sebangau dapat terus menjadi contoh yang menginspirasi dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati dan keberlanjutan lingkungan di Indonesia.
Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.
Orang utannya gak galak ya. Coba kalo galak barabe juga, hehe…
aslinya bisa galak juga kalau diganggu. Kalau diliatin dari jauh sih ya biasa aja. Cuma kadang katanya bisa marah kalau ngerasa terganggu.
Teringat perjalanan menyusuri hutan Taman Nasional Kutai di Sangatta Kab. Kutai Timur, demi melihat langsung orang utan. Ada rasa senang bisa melihat langsung dari habitat aslinya.
Tempat ini memang tidak setenar Tanjung Puting,
beneeer, rasanya berbeda dengan liat yang di kebun binatang. Tapi yang tanjung puting aku belom pernah sih, masih pengen kesana euy! Mungkin karena taman nasional sebangau ini memang benar-benar buat penelitian dan konservasi, jadi memang sebaiknya perlu izin khusus untuk masuk ke dalamnya deh :D Biar tetep terawat taman nasionalnya :)
Tanjung Puting gak terlalu wild kayak giniiii, anak kecilpun banyak yang sering dateng.
Kalau Sebangau ini kayanya lebih seruuuuu! Turis biasa bisa gak sih?!
Kamu nggak kuat trekkingnya paling~~ 3 jam masuk hutan euy~
kalo nanti mbak Putri nggak kuat, minta gendong mas Fahmi lah *kabur*
hahaaa, bisa bisa, tapi entah kuat gendong sampe mana XD
pengen liat orang utan secara langsung, tapi ngeri
asal nggak ganggu sih sebenarnya mereka nggak serem kok :D kalau diganggu beda lagi ceritanya~
dari dulu aku pgnnnnn bgt bisa gendong orang utan :). Apalagi kalo bs lgs melihat di habitat aslinya ya.. beruntung sekali dirimu mas ;)
gyahaha, kalau mau gendong yang kecil aja ya XD yang sudah ibuk-ibuk beratnya bisa dua kali manusia dewasa. Yang aku liat kemarin gituuu :D
Kegiatan yang seru dan sangat bermanfaat. Perasaan penasaran yang berpuncak pada kenikmatan bahagia ketika tahu satwa terkenal itu masih ada dan berusaha lestari tentunya membuat semangat pelestarian dan penjagaan dari kepunahan makin besar ya, Mas. Salut dengan abang-abang WWF yang mengabdikan hidupnya buat kelestarian hutan dan alam ini, semoga kerja mereka sepadan dengan hasil yang diperoleh dan semoga alam di sana bisa selalu terjaga dan laju kerusakan bisa ditahan sampai nol, bahkan minus :hihi.
Bener sekali mas gara! Saya setuju, karena blusukan ke taman nasional seperti taman nasional sebangau ini nggak cuma sekedar piknik sebenarnya. Karena ada banyak nilai positif yang bisa didapatkan. Seperti belahar betapa pentingnya untuk menjaga hutan juga seisinya. Salut sekali sama abang-abang wwf yang mau berjuang untuk kelestarian alam. Semoga mereka selalu diberi kesehatan ya mas :)
Bagaimana kesan menginjakkan kaki di Kalimantan? Hihihi
Makin seru kalau sudah ketemu sama orang Dayak, apalagi yang masih di pedalaman
Kesan pertama Pulau Kalimanan ini adalah tempat menantang dan menyenangkan untuk bertualang! Sayangnya sedang banyak asap nih :( jadi sedikit terganggu juga deh :|
wih seru bisa jadi tim terios 7 wonders
jgn lupa mampir ke blog alay aku ya kak di http://www.travellingaddict.com
iya sih :D seru! Semoga tulisannya bermanfaat aja ini :D siaap, nanti pasti mampir!
Hampir sama dengan hutan Riau. Moga2 hutannya tidak dijarah.
semoga tetep dilestarikan kekayaan flora dan fauna indonesia ini!!
Wahhh seru banget kak, pengen! ????. Populasi orang utannya masih bnyak kah kak ?
ke kalimantan dong :D Masih banyak kok orang utannya :D Kata mas-mas wwf masih ada sekitar 9000 an orang utan yang tinggal di Taman Nasional Sebangau :D
3 jam trekking, dan belom tentu ketemu ‘artis’-nya kan ya? (kalo turis biasa bukan turis elit macem Kak Fahmi dkk). How lucky man~
hahaa, iya nih :D tapi kemarin ketemu orang utan kok~ udah gitu aja seneng :D nggak rugi trekking 3 jam nya :D
Asapnya ganggu banget
Iya mbak noni :( ganggu banget nih, jadi kasian liat orang kalimantan. Aku yang mampir-mampir sejenak aja ngerasa sesak. Apalagi mereka kan tiap hari tinggal :|
aku kangen trekking. seru kayaknya.
kalo boleh tau, jika ada wisatawan awam mau ke sini dan nginep di camp syaratnya apa aja mas?
camp ini punya wwf, jadi kayaknya harus kontak wwf dulu buat ijin main kesini. ntar deh coba aku tanyain gimana daihatsu bisa dapet ijin. Aksesnya sih nggak susah-susah amat sih Taman Nasional Sebangau ini. Bisa landing palangkaraya, terus lanjut jalur darat sama nyusuri sungai aja :D
sebenernya enak tanya ke wwf-nya aja mas. akses ke situ ijinnya gimana. oke sip. :D
siip, semoga bisa kesana juga. jangan cuma semalam kayak aku kalau bisa, karena nggak cuma orang utan saja yang menarik di taman nasional sebangau :D
trek sama tempat camp nya kok serem ya….
ditengah hutan banget itu…
hahaha
beruntung banget bisa nemuin orang utannya…
biasanya kan susah ditemuinnya…
Karena terk sama campnya beneran berada di hutan yang masih alami :D Emang beruntung bisa ketemu, biasanya susah banget kalau lagi nggak lucky. Kaga pemandunya sih gitu~
Wah.. pasti seru ngeliat orang utan di habitat aslinya..
btw, usia orang utan rata-rata sampe berapa tahun mas?
Terus mereka itu berkembang biaknya susah/lama gak sih?
seru, tapi penuh perjuangan blusukan ke hutannya itu kalau perkembang biakan sama usia kayak manusia kali ya? kurang tahu juga –“
Penasaran bentuk utuhnya buah karipak :D
Itu ada jalur dengan alas papan kayu, ngga sampai dalam ya
utuhnya bulet, kayak buah duku sih ;D kalau papan kayu cuma disekitar camp saja~ kalau jalur biasa, ya lewat lahan gambut :D
how lucky u are! ;) bikin envy deh tripnya, bisa nikmatin hutan sekaligus Orang Utan. Sering sekali baca cerita tentang Orang Utan tapi gak ada kesempatan untuk lihat langsung.
Ditunggu post berikutnyaaa
ini tapi nyari orang utannya susaaaah XD soalnya mereka beneran liar! nggak kayak di kebun binatang yang gampang banget nemuinya! pernah liat orang utan kan? :D
Ini yang dihutan langsung ya, nggak dipenangkarannya heee. Jadi ingat cerita Om Cumi waktu di Jogja, perjuangan banget nyari Orangutannya :-D
hahah, iya jadi harus jalan kaki dulu ke wwf camp yang ada di Taman Nasional Sebangau 3 jam, terus dari situ masih jalan lagi sekitar sekilo buat liat orang utan yang lagi makan di habitat aslinya :D kebayang nggak jauhnya seberapa? masih mau nyobain? :D
Perjuangan tiada akhir haaaa. Itu buah yang dimakan orangutan enak nggak mas?
hahaa, iya :D itu buahnya pait XD entah kenapa orang utan kok suka makan itu~~ cobain ngicip karena penasaran aja deh :P
Heee, unik juga makanannya :-D
iya euy, hahah, namanya juga orang utan :D yang bikin penasaran itu, mereka juga suka buah apa aja yang lain ya?
Yuk mampir ke Aceh Mas, di sini juga ada lho orang utan (monyet), hehehe. Salam hangat selalu :)
acehnya yang mana mas?
Yuk mampir ke Aceh Mas, di sini juga ada lho orang utan (monyet). Heheh. Salam hangat ya :)
siaap, kalau ada rejeki pasti mampir aceh :)
Yuk mampir ke Aceh Mas, di sini ada juga lho orang utan (monyet), hehehe. Salam hangat selalu :)
eh, aceh juga ada mas? dimananya? *penasaran*
habitat asli orang utan sumatera katanya sudah ada di daerah Lauser Bang. tapi saya sendiri masih kurang yakin itu habitat asli aceh atau hanya sebuah penangkaran :)
owwh, berarti nanti coba dibuktikan sendiri dengan datang langsung aja~ apakah itu penangkaran atau habitat asli disana :D
Perjalanan yang menyenangkan. Tapi saya malah takut kalau kehutan, soalnya kebanyakan menghayal tentang hewan buas… Apalagi di hutan sana menjadi tempat tinggal ular… kalau orang hutannya sih tidak takut.
namanya juga di hutan XD emang belum pernah masuk hutan sama sekali ya mas achmad?
Trekking di hutan pastinya cape ya, ganjarannya pengalaman seru tak terlupakan :) .
iya, capek banget, tapi seru :D udah pernah trekking ke hutan kah?
Camp-nya bener-bener jauh masuk ke pedalaman banget ya..takjub!
lumayan sih, “cuma” 3 jam trekking masuk hutan lebat XP
kaaak, cakepan mana orangutan sama bekantan???
*serius nanya*
hahah, cakepan bekantan…. eh cakepan aku kayaknya :P :P
wah seru sepertinya, jadi pingin kekalimantan
seru banget! Mas edi pengen ke kalimantan bagian mananya? :D
pingin travelingnya mas hehe
oooh, heheee ayo traveling mas :D
Perjalanan 7wonders udah mulai yaa ternyata.. baru sempat jalanjalan kesini soalnya. Tahun depan ada lagi gak mas event kayak gini? Colekin panitianya dong :D
udah selesai malah~ kemarin nggak ikutan lombanya ya? tenang saja, doain daihatsu untung terus, ini acara tiap tahun pasti ada :D
Asik banget bisa traveling.. Semoga suatu hari bisa membagikan kisah traveling seperti ini..
Sukses selalu ya
Salam blogger :)
ayoo, kamu juga bisa kok ;D semangat terus ngeblognya ya! :D
seru banget, apalagi aku kemarin ketemu sama Mas Toro (cumilebay) di solo, beliau sempet cerita-cerita banyak tentang 7 wonder mas..keren dah
duuh, mas cumi pesonanya dimana-mana ya :D tahun depan kalau ada lombanya lagi, ikutan aja~ siapa tahu beruntung :D
wakaka dia gokil ternyata orangnya mas fahmi :))
hahah, baru pertama kali ketemu mas cumi ya? :p apalagi kalau udah jalan bareng, bakal ketahuan kalau dia lebih gokil lagi :D
iya pertama kali, kemarin sempet muter solo sore sore sama beliaunya mas..ning angkringan :)
wiih, seru dong di angkringan? Eh rekomendasi angkringan solo yang asik dimana? kebetulan minggu ini mau ke solo :D
loh mas fahmi asli solo emang, kok mau balik ke solo..klo kmrn di Wedangan radjiman mas, tiga ceret, cafedangan dll banyak ..tak bisa di sebutin satu persatu hahah
bukaan, lagi ada kerjaan di solo 2 hari aja. sekalian mau kulineran~ aslinya sih wong blitar xixixi~
weits..kapan kerjaan di solo mas, nginep dimana.. inshaAllah klo longgar ntar bisa meet up kita…kabar2 ya..via twit aja ngabarinya :))
boleh-boleh :D nginepnya belum tau nih~ ntar tak kabarin via tweet ya :D sekalian bisa ngobrol-ngobrol seru :D
siap mas bro..bagi kan pengalama seru mu ke aku hahaha
siaap :D pastii~ hehe sampai ketemu di solo :D
Sip mas fahmi..thanks you
Jadi pemenang terios wonder daihatsu ya? :D wiiiiii, hadiahnya keren, jalan2 ke kalimantan nelusuri hutan dan orang hutan. Seru banget tuh bisa tracking ke hutan, pengen ikutan, tapi harus menang lomba dulu
Bukan pemenang sih, diajakin sama daihatsu :D kalau yang tahun kemarin baru pemenang. Kalau mau ikutan, coba ikut lombanya lagi tahun depan :D
duuh, mas cumi pesonanya dimana-mana ya :D tahun depan kalau ada lombanya lagi, ikutan aja~ siapa tahu beruntung :D
Orang utan sama bekantannya, agresif mana kak?
asal nggak diganggu, nggak begitu agresif sih mereka. cuma kalau merasa terganggu, kayaknya orang utan deh yang lebih aggresif
seru banget nih kayaknya bisa mampir and jadi tamu ke rumah orang utan yang di kalimantan , jadi pengen kesana heheheh
seru, tapi harus blusukan ke dalam hutan beneran XD jadi ya rada serem juga sih~
Wah, bisa ketemu langsung. Seru mas sepertinya.
Ini serasa lagi menjalani kehidupannya Sarah (tokoh novelnya Dee)
iyes! tapi nyari orang utan di alam liar itu setengah mati susahnya~~ btw Novelnya mbak Dewi Lestari ya? Cerita yang mana tuh? :D
Partikel mas. :D Yang dia ke Kalimantan jg dan ketemu dengan orang utan.
ooh, itu settingnya di tanjung puting mas :D kalau ke tanjung puting sih emang gampang nemuin orang utan. Udah pernah kesana mas? :D
hahaha. belum pernah mas. jarang keluar kandang saya mah
wah, berarti kalau suka sama novelnya mbak dee, harus banget main ke tanjung puting mas :D ada direct flight dari jakarta tuh! rekomended dah, nggak perlu capek buat liat orang utannya :D
Huaaaaa…. tega dirimu mas.
*kepengentapigakbisakesana*
pasti bisa kesana kok nant mas febri :D pengen aja dulu, semoga ada rejeki yang membawa sampai sana :D
Amin. Makasih mas doanya… *terharu*
siip, :D
Postingannya bikin aku pengen ke sana, jadi inget beberapa kali ada dokumentasi di sTv sini tentang orang utan di sana nih :)
wah, orang utan memang banyak dibahas di dunia sih. sekarang dunia lagi pengen melindungi spesies yang satu ini :D
jiaaaa … nah ular itu yang paling saya takuti. Ngebayanginnya aja merinding :D
kalau di hutan, kesempatan ketemu ular gede banget lah. untung kemarin nggak ketemu sama sekali deh XD
Saya pernah ke tempat penangkaran orang utan klo ga salah jenisnya hidung merah dan ekor panjang di Kalimantan Utara
hooo, disana ada orang utan juga ya? di kalimantan utara, dimananya ya mas?
Asik ya jalan-jalan ke rumahya orang utan, sudah tau dari lama tentang lokasi ini tapi belum kesampean bisa kesana hihi
Oya btw saya baru tau ternyata pemenang kuis #enjoyjakarta yang wisata kuliner bareng pan bondan waktu dulu adalah pemilik blog ini. Dan saya baru tau kalo Fahmi ini adalah temannya Ardhisa.
Sempit ya mas :D
hahah, trekkingnya lumayan loh kalau ke hutan taman nasional sebangau. Mending pas musim ujan aja, airnya lagi pasang, jadi nggak pake jalan kaki, tinggal naik perahu :D dulu menang kuis #enjoyjakarta yang bareng pak bondan :D Namanya juga dunia~ xixixi nggak terlalu lebar~
Hehehe iya mas, dulu saya salah satu team yang ngejalanin project itu :D
wah kereen! salut sama yang ngejalanin project buat kelestarian orang utan di Taman Nasional Sebangau deh! :D
seumur hidup baru lihat orang utan di duit 500 rupiah yang dulu :D
o iya? iya sih, orang utan itu populer salah satunya karena pernah nongol di uang 500 perak dulu :D nggak ada rencana pengen liat langsung nih?
Asyik banget bisa masuk-masuk hutan seperti itu. Medannya ‘kece’. Aku belum pernah liat orang utan, pingin deh ke sana. Ajak-ajak mbak Rien dong Fahmi :D
asik, tapi lumayan capek mbak XD kalau ada kesempatan lagi, hayuk dah, masih kurang kemarin blusukan ke Taman Nasional Sebangaunya :D
waaaa asiknyaaa
saya bermimpi bs jalan2 ke alam spt ini. sayang blm kesampean
terus pengen aja dulu, nanti pasti kesampaian kok :) percaya deh!
waaaa pengen terus pengen terus
nanti pasti bisa kook :) tetep semangat!
Orang utannya itu ga ganggu ya?
Ga tertarik sama kamera kalian?
*keinget monyet yg di Bali*
Nggak, mereka kabur malah kalau kita mereka rasa terlalu menggangu :D
Waduh, seru sekali berpetualang ke tengah hutan begitu untuk melihat orang utan yah mas…
Entahlah aku bakalan kuat atau gak kalo harus ke tengah hutan gitu, suka cemen duluan soalnya hehehe…
cobain aja dulu kalau ada kesempatan :D tapi pasti bakal capek banget sih :D
camp di basecampnya wwf bayar ga sih mas?
Wah..keren, sempet diceritain sama Om Cumi scr langsung ttg perjalanan ini. Seru banget
nah, kalau bayar atau enggak, saya kurang tahu XD ini kan diajakin ceritanya. tapi yang pasti ada biayanya, soalnya kan dimasakin juga pas di camp wwf. dan… masakan mereka enak baget :D
Aaaaak….. aku iri!
apanya? jalan kaki 3 jam masuk hutannya XP xixixi
Duh aku kepengen banget masuk mblusuk ke Hutan Kalimantan terus lihat orang utan :D
main ke camp wwf ini aja, atau kalau mau gampang, coba ke Tanjung Puting aja satya :D
Jadi kepingin kesana heuheu. Masuk dan menerobos ke dalam hutan dan melihat flora dan fauna yang ada di dalamnya dengan berbagai macam jenis dan species sepertinya cukup mengasyikan. Apalagi untuk orang kota kayak gue gini jarang bepergian ke tempat wisata seperti taman nasional ini :(
hayoo, dimulai dari yang deket aja dulu. misalnya taman nasional baluran aka africa van java di banyuwangi :D
mantapss
emang mantap banget dah ini :D
Wuiiih pengen juga deh ketemu orang utan langsung di habitatnya..
ayoo, main-main ke kalimantan dong :D disana nanti pasti bisa ketemu orang utan :)
Kalimantan masih panas kah?
Mau pindah ke Kalimantan tapi blm siap dengan suhunya. hehehe
masiih, panad banget euy XD mungkin karena banyak hutan tropis disana kali ya? emang ada rencana pindah ke kalimantan yang mana nih?
Hmmm..
Banjarmasin..
Yah cuma rrncana sih. Masih betah sm bandung. :D
Kena asap pembakaran hutan ga ya disitu?
banjarmasin kemarin bersih dari asap sih :D banjarmasin memang keren, kulinernya juga :D
Aku punya temen tuh di kab. Hulu sungai utara.. Tau kah? :D
pernah denger namanya doang :D itu di kalimantan bagian mana?
Itu banjarmasin… :D
oalah, di banjarmasin juga :D