Dengan begitu banyak keunikan dan daya tarik yang dimiliki oleh suku Bajo dan Kampung Bajo Mola Wakatobi, perjalanan ke tempat ini akan memberikan pengalaman yang berkesan.
Dari kemampuan mereka dalam menyelam hingga keramahan warga setempat, suku Bajo dan kampung mereka adalah salah satu aset budaya dan wisata yang luar biasa di Indonesia.
Daftar Isi
Asal Usul Suku Bajo
Suku Bajo adalah salah satu suku yang berasal dari Kepulauan Sulu di negara Filipina.
Awalnya, suku ini hidup sebagai masyarakat nomaden di atas lautan. Mereka memiliki gaya hidup yang sangat unik dan berbeda dari kebanyakan suku di Indonesia.
Meskipun berasal dari Filipina, Suku Bajo telah tersebar di berbagai bagian Indonesia, terutama di bagian timur.
Kehidupan mereka di laut menjadi ciri khas yang membedakan suku ini dari suku-suku lainnya.
Mereka tinggal di rumah-rumah terapung yang terbuat dari kayu, dan ada juga yang menggunakan batu dan semen sebagai bahan bangunannya.
Rumah-rumah ini didukung oleh tiang-tiang yang tertancap di dasar laut.
Aktivitas sehari-hari mereka melibatkan berenang, memancing, mencari ikan, dan bermain dengan perahu kecil atau sampan.
Laut bukan hanya menjadi sumber penghidupan mereka, tetapi juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut yang tak kenal takut, bahkan saat laut berada dalam kondisi dengan gelombang tinggi sekalipun.
Saat mengunjungi kampung Bajo seperti Mola di Wakatobi, kamu akan melihat bahwa bukan hanya kaum laki-laki yang terlibat dalam mencari ikan, tetapi juga ibu-ibu yang tangguh yang mengayuh perahu mereka untuk mencari ikan.
Salah satu daya tarik utama yang membuat kampung Bajo Wakatobi terkenal adalah pengunjung diizinkan untuk menangkap hasil laut dan langsung memakannya.
Namun, untuk sampai ke kampung ini, kamu harus menggunakan perahu.
Penduduk setempat juga mengandalkan perahu sebagai alat transportasi utama mereka, sehingga kamu akan memiliki kesempatan untuk menikmati keindahan bahari Kampung Bajo ini saat perjalanan.
Keunikan Suku Bajo Di Wakatobi
Kampung Bajo Wakatobi memiliki beberapa keunikan yang membedakan suku ini dari komunitas lainnya.
Salah satunya adalah kemampuan mereka dalam menyelam tanpa menggunakan kacamata renang, meskipun berada di bawah air.
Mereka bisa bertahan dalam air untuk waktu yang relatif lama tanpa perlu alat bantu, yaitu sekitar 13 menit.
Kemampuan ini mungkin dikembangkan seiring dengan kehidupan mereka yang sangat terkait dengan laut sejak mereka masih kecil.
Selain itu, orang-orang Suku Bajo juga memiliki kemampuan menyelam hingga kedalaman 70 meter.
Ini merupakan prestasi yang luar biasa, dan hal ini menarik perhatian peneliti dari luar negeri yang datang untuk meneliti Kampung Bajo Wakatobi ini.
Menurut para peneliti, Suku Bajo adalah manusia pertama yang dapat beradaptasi secara turun temurun dengan kehidupan di laut.
Kebiasaan mereka saat menyelam telah membuat limpa (spleen) mereka menjadi 50% lebih besar daripada orang biasa, memungkinkan mereka untuk menyimpan lebih banyak oksigen dan tetap bertahan dalam air dalam waktu yang lama.
[ Baca Juga: Pulau Kaledupa: Tempat yang Penuh Keajaiban Alam dan Budaya ]
Keramahan Warga Suku Bajo Mola Wakatobi
Salah satu hal yang membuat pengalaman mengunjungi Kampung Bajo Mola begitu istimewa adalah tingkat keramahan yang tinggi dari warga suku Bajo.
Pengunjung akan merasa sangat diterima dengan baik ketika berada di tempat ini.
Baik ibu-ibu maupun anak-anak sangat ramah terhadap para wisatawan, dan mereka senang berinteraksi dengan pengunjung yang datang dari berbagai daerah.
Keramahan bukan hanya ditunjukkan kepada wisatawan, tetapi juga kepada lingkungan sekitarnya.
Kampung Bajo dikenal sebagai lingkungan yang sangat bersih, dengan tidak ada sampah yang berserakan di sekitar.
Air di sekitar kampung ini juga terlihat jernih dan segar.
Keberadaan suku Bajo sangat mencerminkan komitmen mereka terhadap menjaga lingkungan alaminya dengan baik.
[ Baca Juga: Tips Backpacking Traveling Ala Backpacker ke Wakatobi ]
Mata Pencaharian Suku Bajo
Mayoritas masyarakat suku Bajo memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, termasuk sebagian besar yang ada di Kampung Bajo Mola.
Mereka mengandalkan hasil laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, bahkan dalam cuaca buruk sekalipun.
Kehidupan mereka sangat tergantung pada laut, dan hampir semua masyarakat suku Bajo memiliki sampan atau perahu sebagai alat transportasi utama mereka.
Di suku Bajo, terdapat rumah-rumah yang terletak di tengah-tengah laut dan tidak dapat dijangkau dengan jalan kaki atau melalui jembatan penghubung.
Mereka menggunakan perahu atau rakit untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ini menunjukkan betapa eratnya hubungan mereka dengan laut.
Suku Bajo dan kampung mereka di Wakatobi menjadi salah satu daya tarik utama dalam wisata bahari di Kabupaten Wakatobi.
Keunikan budaya dan kemampuan mereka dalam menyelam telah mendatangkan wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Suku Bajo adalah contoh nyata bagaimana manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka dan mempertahankan gaya hidup tradisional mereka dalam era modern.
Orang Bajo di Kampung Bajo Mola
Wakatobi secara luas diidentikkan dengan suku Bajo.
Kelompok masyarakat ini memiliki kehidupan yang sangat terkait dengan laut, bahkan jika sebagian besar dari mereka saat ini tinggal di daratan.
Wakatobi memiliki populasi suku Bajo terbesar dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Mereka tersebar di empat pulau utama Wakatobi, yaitu Pulau Wangi-Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko.
Dari keempat pulau tersebut, Wangi-Wangi dan Kaledupa adalah tempat dengan populasi suku Bajo terbanyak.
Di Pulau Wangi-Wangi, pemukiman suku Bajo terletak di Desa Mola, Kecamatan Wangi-Wangi.
Meskipun mereka tinggal di daratan, pemukiman ini tetap dikelilingi oleh saluran air yang memungkinkan mereka berpindah-pindah dengan sampan.
Suku Bajo dikenal sebagai pelaut yang tangguh dan memiliki keterampilan yang luar biasa dalam berhubungan dengan laut.
Mereka memiliki ikatan kuat dengan lautan dan menganggapnya sebagai ladang yang nyaman untuk hidup.
Bahkan anak-anak suku Bajo sudah akrab dengan kehidupan laut sejak kecil, dan laut dianggap sebagai tempat yang lebih nyaman daripada daratan.
[ Baca Juga: Rekomendasi Kuliner Wakatobi Wajib Coba! ]
Alamat, Rute Lokasi, dan Estimasi Biaya ke Kampung Bajo Mola Di Wakatobi
Kampung Bajo seperti Mola atau Sampela terletak di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Untuk mencapai tempat ini, terdapat beberapa rute yang bisa dipilih. Salah satunya adalah dengan menggunakan pesawat terbang dari Kota Kendari atau melalui jalur laut dari Baubau.
Banyak penyedia jasa travel yang menawarkan tur ke seluruh Wakatobi, termasuk Kampung Bajo.
Harga tur ini bervariasi tergantung pada jenis tur yang dipilih, apakah privat trip atau open trip.
Harga berkisar mulai dari 3 jutaan per orang, yang bisa berubah sewaktu waktu karena inflasi.
Biaya ini belum termasuk tiket pesawat atau kapal laut.
Pengunjung juga dapat memilih antara tur privat untuk kelompok tertentu atau open trip yang dapat mengakomodasi hingga enam orang.
Namun, perlu diingat bahwa akses ke Kampung Bajo hanya dapat dilakukan dengan perahu, sehingga perjalanan menuju kampung ini sendiri juga akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat, dan jangan lupa untuk mampir ke media sosial yang saya kelola ya!
- My Instagram : instagram.com/catperku
- My Youtube : youtube.com/@catperku