Edisi Jalan Kaki Hore Keliling Di Kota Bandung

Kali ini saya may berbagu cerita tentang pengalaman jalan kaki hore keliling trotoar di Kota Bandung. Ya, akhirnya saya ke Bandung lagi karena kangen jalan – jalan lagi di kota ini.

Saya juga kangen pengen naik kereta api Argo Prahyangan yang sejak dulu menyimpan banyak kenangan.

Mulai dari kenangan dating pertama dengan si pacar, hingga kenangan ketika saya masih wara – wiri di jalur selatan karena mencari pekerjaan setelah lulus kuliah.

Gembar – gembor perubahan Kota Bandung yang banyak disuarakan di social media juga menarik hati saya untuk melihat perubahan kota ini.

Mungkin mau main ke Saung Angklung Udjo lagi?

Mencapai Bandung dari Ibukota bukan perkara sulit, tidak sebesar perjuangan saya mencapai negeri sakura.

Sekarang ini banyak banget transportasi yang bisa digunakan untuk menuju kesana. Mulai dari travel minibus, bus, hingga transportasi favorit saya Kereta Api Argo Prahyangan.

Pun, sepertinya orang Jakarta lebih suka ke Bandung dengan mobilnya sendiri.

Karena itu, tentang cara detail kesana, tidak perlu saya bahas lebih lanjut.

Saya cuma ingin memberi sedikit saran, please, tolong, kalau bisa hentikan datang ke Bandung dengan mobil pribadi.

Saya saja yang datang cuma sesaat saja muak liat mobil plat B bertebaran memenuhi jalanan Bandung yang merambat. Oke!?

Kota Bandung Lumayan Asik Buat Jalan Kaki Sih!

Kalau ke Bandung naik mobil kalian bisa liat pemandangan kayak gini enggak? Naik Argo Prahyangan bisa dong~
Kalau ke Bandung naik mobil kalian bisa liat pemandangan kayak gini enggak? Naik Argo Prahyangan bisa dong~

Acara ke Bandung kali ini pun sebenarnya dadakan. Jadi tidak ada rencana khusus disana mau kemana, ngapain?

Buat saya yang penting sama siapanya saja deh. Hehee~ :3.

Satu – satunya ide yang terpikir adalah, saya mau mengulang jalur dating pertama kali dengan si pacar ketika di Bandung.

Iya, dating pertama kami di Bandung dulu.

Waktu itu kami keliling kota seperti orang nyasar.

Namun rencana jalan kaki hore kali ini akan ditambah jalur baru, sambil menikmati udara kota bandung yang segar tentunya.

Untuk jalur jalan hore saya dan si pacar kira – kira seperti ini…

Jalur diatas totalnya sekitar 4 km, dimulai dari Jalan Kebon Kawung yang berada di depan stasiun.

Kebetulan karena kami memang menginap di dekat situ, jadi jalan kaki hore menyusuri trotoar Kota Bandung dimulai dari Jalan Kebon Kawung.

Tiap kali berkunjung, entah memang karena liburan atau kenapa, jalanan ini selalu macet tiada henti.

Tidak banyak yang bisa dinikmati dari jalan ini kecuali jajanan yang bisa di beli di pinggir jalan atau yang sedikit masuk gang. Ini yang saya suka dari Bandung, saya bisa makan enak dimanapun~ <3

Rute utama yang kami tuju sebenarnya adalah Jalan Braga yang terkenal itu.

Saya berharap kalau ada acara Braga Culinary Night yang ternyata tidak diadakan ketika saya kesana *hiks*.

Gagal Naik Trans Metro Bandung

Akhirnya cuma wara – wiri saja di Braga yang jaraknya dari Jalan Kebon Kawung hanya memerlukan sekitar 10 menit jalan kaki.

Melewati Kantor Pusat Kereta Api Persero, trotoar yang kurang layak untuk pejalan kaki, jarang ada tempat sampah, hingga halte sepi yang mungkin adalah halte Trans Metro Bandung.

Eh, omong – omong saya sebenarnya pengen mencoba Trans Metro Bandung juga deh? Tapi haltenya enggak buka… :(

Ayo! Bandung bisa lebih baik dari ini. Trotoar rusak, tempat sampah menghilang entah kemana, halte yang sepi... Ini serius di Bandung kah?
Ayo! Bandung bisa lebih baik dari ini. Trotoar rusak, tempat sampah menghilang entah kemana, halte yang sepi… Ini serius di Bandung kah?

Selain yang saya sebutkan, tidak banyak yang bisa dinikmati sepanjang jalan menuju Jalan Braga, kecuali mengambil gambar kereta api kuno yang ada di depan kantor pusat PT Kereta Api Indonesia Persero.

Harusnya sih kami selfie disini~ Cuma entah kenapa malah kelupaan, dan enggak berselfie ria, malah terlalu asik mengabadikan gambar sendiri – sendiri.

Tapi~ yah, begitulah style traveling kami XD. Yang paling menarik, dan ramai adalah Jalan Braga.

Disana sini banyak orang jalan kaki, berekspresi hingga mungkin… mencari eksistensi diri.

Pun saya sudah beberapa kali berkunjung ke Kota Kembang, ini adalah kali pertama menyambangi Jalan Braga sore hari, menjelang malam minggu, dalam kondisi… tidak jomblo :P. Yay!

Sayangnya Braga ini masih termasuk jalanan utama Bandung.

Jadinya pejalan kaki seperti kami harus bersaing dengan kendaraan yang bersliweran di Braga. *baiklah*

Jalan Braga Di Kota Bandung Rame Kalau Malam Minggu

Lokomotif kuno yang ada di dekat kantor pusat kereta api Bandung
Lokomotif kuno yang ada di dekat kantor pusat kereta api Bandung

Disamping kanan – kiri Braga ada banyak cafe dan resto dengan desain bangunan yang masih bernuansa jaman kolonial.

Inilah yang saya suka dari Bandung, suasananya klasik, mirip dengan kampung halaman kedua saya Malang.

Ramai pun tidak bakal membuat bosan untuk menyusuri setiap jengkal jalanan Braga.

Di sana bisa ditemui mulai dari pelukis yang menjual lukisannya dengan memanfaatkan trotoar untuk berjualan.

Atau, anak muda yang asik bermain dengan kameranya lalu berakting layaknya photoshot, hingga pejalan kaki yang mondar mandir bingung menentukan arah mau kemana seperti kami.

Yang unik dari Jalan Braga. Braga menjelang malam (Kiri). Mesin untuk bayar parkir otomatis (Tengah). Suasana Jalan Braga sore hari (Kanan)
Yang unik dari Jalan Braga. Braga menjelang malam (Kiri). Mesin untuk bayar parkir otomatis (Tengah). Suasana Jalan Braga sore hari (Kanan)

Lanjut Jalan Kaki Di Jalan Merdeka, Mampir Toko Buku Di Bandung

Lain Braga, lain Jalan Merdeka, jalanan selanjutnya yang kami susuri setelah wara – wiri di Jalan Braga.

Saya sengaja melewati jalan ini tidak lain karena ingin mencari toko buku Gramedia.

Nah loh? Kenapa jauh jauh ke Bandung cuma buat ke toko buku yang seharusnya ada banyak di Jakarta ada?

Entahlah teman~ Hidup itu kadang sangat random. Nikmati saja sesuatu yang random itu. Hehee~

Jalan Merdeka sendiri kami capai dengan melewati Jalan Lembong, yang menghubungkan antara Jalan Braga dan Jalan Merdeka.

Dan… suasana Jalan Merdeka ini 180 derajat berbanding terbalik dengan Braga. Sepii~~

Trotoarnya cuma cukup untuk jalan berduaan, lampu penerangannya pun minim… seharusnya jalanan degnan kondisi seperti ini enak buat mojok sih~

Tapi ngeri, gimana kalau diganguin yang enggak kelihatan nanti?

Dikagetin bapak – bapak minta uang buat bensin saja sudah kaget, apalagi kalau yang halus – halus? (red: hantu dan semacamnya)

Pameran miniatur di Braga Citywalk, sesuatu hal random yang kami temui di Bandung
Pameran miniatur di Braga Citywalk, sesuatu hal random yang kami temui di Bandung

Iya, ketika kami sedang jalan santai di sepanjang Jalan Merdeka ada seorang bapak dengan sepeda motornya mendekati kami.

Si bapak tadi bilang, kalau dia kehabisan ongkos, dan dia mau ke Cileunyi kalau tidak salah.

Dia minta ongkos 10.ooo rupiah saja untuk beli bensin, agar motornya tetap menyala sampai tujuan.

Mengingat saya banyak dibantu orang selama berjalannya kompetisi The Extreme Journey, saya pun tanpa berat hati membantunya.

Semoga selamat sampai di tempat tujuan deh pak :)

Memang, Bandung yang lumayan dingin selalu membuat perut cepat kelaparan.

Untungnya di ujung Jalan Merdeka kami menemukan Warung Soto Madura yang ada di tepi jalan.

Jalan – jalan hore menyusuri malam Kota Bandung dihentikan untuk sementara.

Karena perut perlu dibahagiakan sejenak dengan seporsi Soto Daging khas Madura

. Lagipula, jalanan setelah ini hanyalah jalanan gelap RE Martadinata membosankan hingga sampai depan Stasiun Bandung.

Lebih baik berhenti untuk menyantap seporsi soto sambil menikmati suasana malam Kota Bandung bukan?

Berani Bermimpi, Berani Traveling, Berani Bertualang!
Ikuti travel blog catperku di social media : Instagram @catperku, Twitter @catperku & like Facebook catperku. Travel blog catperku juga menerima dukungan dengan donasi, dan atau ajakan kerjasama.


Rijal Fahmi Mohamadi

Rijal Fahmi Mohamadi

Fahmi adalah seorang Digital Marketer, Travel Enthusiast, Geek Travel Blogger dari Indonesia penulis catperku.com, Penulis Buku perjalanan Traveling The Traveler Notes Bali The Island Of Beauty dan The Traveler Notes Bersenang-Senang di Bali, Bertualang di Lombok. Pernah disebutkan, mentioned in Lonely Planet Indonesia 2019 as Best in Blogs. Mau menyapa saya? Kunjungi media sosial pribadi saya, atau hubungi lewat email [email protected] jika Anda ingin mengajak saya bekerja sama dan berkolaborasi.
https://catperku.com


Comments

  1. Alfi kamal fikri says:

    Kota fasionnya indonesia.. dan braga adalah paris van java

    1. Rijal Fahmi Mohamadi says:

      Tapi sekarang selalu macet kalau wikend -.-

  2. Matius Teguh Nugroho says:

    Gue juga lagi di Bandung nih, ikutan jobfair. Gue kok malah bosen ya sama kota ini. Kayak tempat yg bisa dieksplor itu2 aja, mal cafe mal cafe wkwkwk.

    1. Rijal Fahmi Mohamadi says:

      Hahaa, semangat moga dapet job sesuai yang di inginkan. Ga bisa bosen soalnya banyak kenangan disini. Tapi sebel sama macetnya sih iya -.- gila euy, plat b sepanjang jalan kenangan….

  3. ajiijoaja says:

    Selalu suka bandung, paling suka kalau jalan kaki sore-sore…! Aaaah kota ini luar biasa ngangenin kecuali macetnya. Hahaa

    1. Fahmi (catperku.com) says:

      Makanya jalan kaki saja :D nggak ada macet dah!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *