Sembilan hari jelajah Maluku Utara? Bagaimana rasanya?
Tentu seru sekali, apalagi sudah lama sekali sebenarnya saya ingin berkunjung ke Maluku, terutama ke Ternate dan Jailolo.
Bahkan saya sempat ikutan lomba menulis blog yang hadiahnya diajak ke Jailolo.
Namun rejeki sepertinya belum berpihak kepada saya. Dua kali ikutan lomba, dua kali pula saya gagal memenangkannya.
Makanya saya merasa beruntung sekali ketika tahun 2017 ini saya kembali diajak untuk mengikuti acara #Terios7Wonders, jelajah Maluku Utara selama 9 hari dengan tema WonderfulMoluccas.
Itu artinya, saya akhirnya bisa juga mengunjungi Maluku Utara, termasuk Ternate dan Jailolo.
Malah, tak cuma dua tempat itu saja. Saya dapat bonus untuk menjelajahi Pulau Morotai dan Pulau Halmahera.
Ini berarti juga merupakan kali ketiga saya mengikuti rangkaian acara Terios 7 Wonders.
Yang pertama adalah: The Adventure Of Amazing Celebes Heritage! di tahun 2014, yang kedua Borneo Wild Adventure di tahun 2015.
Siapa yang menyangka di tahun 2017 ini ternyata tujuannya adalah jelajah Maluku Utara.
Seperti yang sebelum-sebelumnya, Terios 7 Wonders ini juga selalu mengunjungi destinasi yang mencakup eksplorasi budaya, sejarah, dan alam.
Makanya saya selalu bersemangat kalau diajak ikutan event ini.
Selalu bisa menemukan banyak pengalaman baru.
Daftar Isi
1. Jelajah Desa Penghasil Rempah Marikurubu
Ternate dan Tidore ini adalah nama daerah yang paling sering saya dengar ketika masih duduk di bangku sekolah.
Apalagi kalau bukan tentang rempah-rempah, salah satu primadona yang diperebutkan pada masa kolonialisme.
Rempah-rempah yang saya maksud disini adalah Cengkeh dan Pala. Bisa dibilang, pada waktu itu Cengkeh dan Pala ini sama berharganya dengan emas.
Untuk mengenal lebih dekat dengan rempah-rempah di Ternate saya dan tim Terios 7 Wonders lain berkunjung ke Desa Marikurubu.
Desa itu berada di kaki Gunung Gamalama, pada ketinggian sekitar 700 mdpl.
Desa ini menjadi spesial karena terdapat pohon cengkeh tertua yang sempat hidup disana.
Umurnya hingga ratusan tahun lho! Saya pun sempat kaget mengetahui fakta kalau ternyata pohon cengkeh itu umurnya bisa sampai ratusan tahun.
Coba siapa saja disini yang juga baru tahu kalau umur cengkeh itu bisa ratusan tahun?
Saya ngak bakal tau kalau gak ikutan acara jelajah Maluku Utara ini!
Meski awalnya saya kurang percaya, namun Pak Azis, pemandu kami meyakinkan kalau memang di Desa Marikurubu ini terdapat Cengkeh Afo yang umurnya 400 tahun lebih.
Ukurannya pun ternyata besar, hingga puluhan meter, dengan diameter hingga hampir 2 meter.
Sedihnya, Cengkeh Afo generasi pertama tadi ternyata sudah mati.
Meski sebelumnya, sekali panen bisa menghasilkan cengkeh hingga ratusan kilogram.
Selain Cengkeh, rempah yang dulu sangat dicari disini adalah Pala.
Lokasinya agak berada diatas, jadi saya harus trekking naik ke atas terlebih dahulu deh.
Karena pada jaman dulu kulkas belum ditemukan, Pala ini menjadi sangat penting dan dicari.
Eh, sebentar apa hubungan buah Pala dengan Kulkas?
Iya, dulu Pala ini dimanfaatkan untuk pengawet makanan seperti daging biar gak basi.
Makanya sekarang Pala nggak dipakai lagi, karena sudah ada Kulkas.
Karena penasaran, kemarin saya juga sempat mencoba buah Pala.
Ternyata rasanya asem rada sepet terus ada rasa seperti Jahe ketika dikunyah.
Enak sih, terus abis makan bisa bikin badan jadi santai dan ngantuk.
2. Ikut Memancing Ikan Cakalang Secara Tradisional
Inilah kenapa saya selalu suka ikut acara ini. Karena pasti ada saja pengalaman baru dan unik yang bisa saya coba.
Untuk tema Wonderful Moluccas ini sendiri, ada bagian yang mengharuskan saya untuk bangun jam 2 pagi demi ikut nelayan setempat memancing ikan Cakalang di Laut Utara Ternate.
Awalnya saya sudah parno saja, takut kalau kapal untuk memancing nanti ukurannya kecil.
Ternyata, mereka memancing dengan kapal yang berukuran besar, saya jadi lega deh.
Sebelum mulai memancing, kapal harus bergerak dulu ke arah utara secara perlahan.
Kira-kira setelah sekitar 3 jam perjalanan, kami baru sampai di tempat pemancingan ikan Cakalang tadi.
Ternyata disitu sudah ramai lho.
Saya hitung ada lebih dari 3 kapal besar, dan puluhan kapal kecil sudah mulai memancing disana.
Tanpa menunggu lama, para kru kapal nelayan mulai bekerja pada posisinya masing masing.
Dengan sigap mereka mengerjakan tugasnya karena tak mau kehilangan ikan buruan.
Ada yang bergerak ke ujung kapal sambil membawa kail, ada yang mulai menyiapkan umpan.
Ada yang menyalakan mesin diesel untuk mengalirkan air ke laut. Entah maksudnya apa mengalirkan air ke laut ini.
Namun sepertinya berhubungan dengan umpan ikan cakalang.
Tak menunggu lama untuk melihat Ikan Cakalang yang tertangkap beterbangan dari depan.
Sempat kaget juga, saya kira mancing Ikan Cakalang ini bakalan pelan seperti layaknya mancing dilaut.
Ternyata hanya dalam hitungan menit mereka bisa mendapakan ikan.
Dan kalau sudah mulai susah mendapatkan ikan, kapal akan berpindah mencari lokasi yang terdapat banyak ikan.
3. Jelajah Maluku Utara, Explorasi Gua Raksasa Bokimoruru
Wonders ketiga selama kegiatan Jelajah Maluku Utara ini berada di Pulau Halmahera.
Lokasinya berada cukup jauh, sekitar 5 jam perjalanan dengan melewati jalanan rusak berat.
Kalau saja nggak pake Terios, pantat pasti sudah nggak rata ini.
Untungnya mobil yang saya tumpangi lumayan nyaman.
Jadi sampai di Desa Sagea dengan selamat tanpa kurang satu apapun.
Gua Bokimoruru di Desa Sagea ini bisa dibilang salah satu tempat wisata tersembunyi yang menantang di Pulau Halmahera.
Soalnya untuk menuju Desa Sagea saja perjuangannya sudah luar biasa.
Ditambah lagi, untuk menuju ke mulut Gua Bokimoruru, saya harus melanjutkan dengan menyusuri sungai selama 30 menit dengan perahu Katinting.
Untuk informasi, Katinting ini adalah sebuah perahu kecil dengan mesin diesel kecil yang ditempelkan pada perahu.
Saking kecilnya, saya sempat ragu apakah bisa survive sampai ke mulut gua nanti.
Untung aliran air sungainya nggak terlalu deras.
Malah ada beberapa bagian sungai yang terlalu dangkal, sehingga sesekali saya harus turun agar perahu dapat melaju.
Terios 7 Wonders wonderful moluccas kali ini memang penuh kejutan.
Gua Bokimoruru ini ternyata lebih besar dari dugaan saya.
Di dekat pintu masuknya, mengalir aliran sungai bawah tanah seperti salah satu gua di Filipina yang pernah saya kunjungi.
Saking besarnya, sampai sekarang Gua Bokimoruru ini masih misterius, karena belum pernah ada seorangpun yang berhasil menjelajahi sampai ujung.
4. Berburu Burung Bidadari di Taman Nasional Aketajawe Lolobata
Meskipun saya bilang berburu, namun bukan berburu dengan senapan atau senjata ya.
Maksud saya berburu disini adalah beburu foto dengan kamera kesayangan saya yang telah dipasang lensa 18-200 mm.
Burung Bidadari atau Semioptera Wallaci ini memang unik dan menarik untuk diabadikan dengan kamera.
Burung ini merupakan burung endemik Maluku yang ditemukan pertama kali pada tahun 1858 oleh Alfred Russel Wallace di Pulau Bacan, Maluku Utara.
Namun kemarin saya berburu foto Burung Bidadari ini di Taman Nasional Aketajawe Lolobata.
Ini sebenarnya rangkaian jelajah Maluku Utara yang paling saya tunggu! Saya suka birding soalnya.
Jangan ditanya bagaimana perjuangan saya untuk mendapatkan foto burung yang cantik dan suaranya cetar membahana ini.
Paling tidak selama perjalanan pulang pergi saya harus menyeberang sungai selama 6 kali.
Jatuh terguling 2 kali ditempat yang sama, blusukan masuk hutan tropis yang lembab, dan menaiki tangga tali rumah pohon pengamatan Burung Bidadari.
Whew, untuk si cantik ini bisa menghibur saya dengan suaranya yang merdu.
Selain itu saya juga bisa berhasil mendapatkan beberapa foto cantiknya, meski kurang maksimal.
Soalnya ternyata kalau mau mendapatkan foto yang jelas, paling tidak saya harus menggunakan lensa 400 mm, sementara lensa saya saja cuma 200 mm.
Hadeeh! Maklum pemula, salah equip itu sudah biasa~ hehee~
5. Melihat Sisa Pertahanan Jepang Pada Perang Dunia II Di Halmahera
Dari Taman Nasional Aketajawe Lolobata saya dan tim Terios 7 Wonders langsung menuju ke Wasile.
Memang ada apa sih di Wasile?
Dulu, pada waktu Perang Dunia II, Wasile ini pernah menjadi salah satu pusat pertahanan tentara Jepang di Maluku Utara.
Nah kemarin itu saya berkunjung kesana untuk melihat sisa bunker dan meriam pertahanan udara yang tersebar disana.
Tujuan pertama di Wasile adalah sebuah pantai landai yang ada disana.
Pada pandangan pertama, saya langsung teringat dengan Operasi Overlord, dan invansi di Normandia.
Kondisi pantai di Wasile ini landai, tempat yang cocok untuk pendaratan pasukan.
Sementara itu tak jauh di bibir pantai terdapat sisa bunker senapan mesin yang sudah tak terawat, berguna untuk mengamankan pantai dari invansi pasukan sekutu.
Beberapa masih terlihat utuh, ada juga yang sudah terbenam di dalam pasir pantai.
Yang pasti, pada hampir semua bunker terdapat tanda sisa tempakan peluru tajam.
Berada agak ketengah, dibawah rerimbunan semak-semak dan pohon kelapa yang menjulang tinggi juga terdapat sebuah bunker lagi.
Bedanya, ini bukan bunker senapan mesin untuk menahan pasukan infantri.
Jika dilihat dari strukturnya, ini adalah bunker penahan serangan udara.
Setelah bertanya pada pemandu kami, ternyata tak jauh dari sini dulunya memang terdapat sebuah airstrip atau bandara kecil untuk pesawat tempur.
Makanya disana kemarin saya juga sempat menemui beberapa meriam anti pesawat yang sudah berada dalam kondisi rusak.
Katanya dulu disini ada puluhan, namun sebagian besar sudah hilang karena dijarah dan dijual ke tukang besi kiloan.
Sedih yah? Padahal kalau saja masih utuh, mungkin Wasile ini bisa menjadi salah satu museum hidup Perang Dunia II.
6. Mengunjungi Sasadu, Rumah Adat Suku Sahu Di Jailolo
Akhirnya sampai Jailolo juga!
Salah satu tempat yang memang sudah lama ingin saya kunjungi kalau ada kesempatan jelajah Maluku Utara.
Terus terang, jalur darat menuju ke Jailolo ini jalanan paling berkelok-kelok yang pernah saya lewati.
Kalau saja mobilnya nggak nyaman, pasti saya sudah tepar di jalan.
Sesampainya di Sasadu, saya dan Tim Terios 7 Wonders langsung disambut dengan tarian Sara Dabi-Dabi yang dimainkan oleh adik-adik dari Desa Gamtala, Jailolo.
Tarian ini cukup unik, dengan gerakan sederhana yang menarik.
Selama menari, tarian diiringi oleh tabuhan alat musik tradisional berupa kentongan, gong dan tifa.
Baru setelah tarian selesai saya dan Tim Terios 7 Wonders dipersilahkan untuk mengunjungi Sasadu yang pada tiap lekukan arsitekturnya memiliki arti dan filosofi khusus.
Seperti misalnya atap rumah dibuat rendah agar ketika tamu masuk ke rumah adat membungkukkan kepalanya.
Hal itu dimaksudkan agar sang tamu menghormati sang tuan rumah.
7. Morotai, Pulau Terluar Indonesia Yang Berperan Penting Pada Perang Dunia Ke II
Siapa yang menyangka kalau pulau kecil ini ternyata memiliki peranana sangat penting dalam sejarah perang dunia.
Buat yang penasaran bagaimana detailnya, kalian bisa membaca di wikipedia tentang Battle Of Morotai.
Pada waktu itu, Morotai ini menjadi basis pertahanan militer sekutu, untuk menghadapi kekuatan pasukan Jepang yang terkonsentrasi di Pulau Halmahera.
Selain itu, pulau ini juga memiliki peranan penting pada era kemerdekaan.
Pada masa ini, Pulau Morotai dimanfaatkan sebagai pangkalan terluar Indonesia yang dipersiapkan untuk penyerangan Belanda pada operasi pembebasan Irian Barat (sekarang Papua).
Karena itu, sekarang ini banyak terdapat tempat bersejarah seperti Museum Trikora yang berada di Desa Wawama dan ribuan artifak peninggalan Perang Dunia II yang tersebar disekitar Pulau Morotai. Bahkan disini juga terdapat museum perang dunia lho.
Jadi jangan heran kalau ada sebuah area dimana masih terdapat sisa peninggalan perang.
Artefak perang dunia seperti senapan, dog tag, morfin, mortar hingga peluru masih bisa ditemukan disini.
Bahkan kemarin dengan ditemani pemandu yang bernama Pak Mukhlis, saya merasakan langsung pengalaman berburu artifak Perang Dunia II di Morotai.
Semacam treasure hunting gitu!
Komplit banget jalan2nya kali ini . Adventurous pula. Enak pake Terios ya. Ga semua dpt kesempatan mancing Cakalang, menyusuri Gua dgn aliran sungai bawah Tanah. Btw ga nyicipin ikannya diatas kapal ya? Terus Pohon cengkeh tua banget. Masih berbuahkah ?
Enak lah, apalagi pas di jalan yang naik turun gak jelas XD nggak nyicipin ikan di atas kapal, nggak sarapan, takut mabuk wkwkwwk. Kalau pohon cengkehnya maih berbuah kok sampe sekarang :D
pas mancing, nggak mabuk laut mas?
Enggak, sampe sengaja nggak sarapan pagi biar perut tidak bergejolak. wkwkwk
Ngiler sama perjalanannya huhu. Thank you for sharing :)
semoga bermanfaat ya :)
Maluku Utara ini eksotis banget ya kak.
Mancing Cakalang yang rame-rame bukan yah tinggal lempar ikannya?
iyess, yang rame rame ini! seru banget deh liatnya :D