Main Ke Himeji Castle: Petualangan Ke Istana Putih yang Elegan

Main Ke Himeji Castle: Petualangan Ke Istana Putih yang Elegan

Hai, teman-teman! Saya punya cerita seru nih tentang petualangan terbaruku ke Himeji Castle di Jepang.

Istana ini juga dikenal dengan sebutan “Shirasagijo” atau Istana Bangau Putih karena penampilannya yang elegan dan berwarna putih bersih.

Himeji Castle adalah salah satu kastil paling spektakuler di Jepang, dan saya merasa sangat beruntung bisa mengunjunginya.

Mengenal Himeji Castle

Kira-kira seperti apa bagian dalam dari Himeji Castle ini? Tonton sampai selesai video blog di bawah ini, dan jangan lupa like share subscribe!

 

Main Ke Himeji Castle Umurnya 400 Tahun, Tapi Masih Keren! [ Travel Vlog Jalan Jalan Di Jepang ]

 

My Instagram : instagram.com/catperku
My Youtube : youtube.com/@catperku

Himeji Castle terletak di kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang.

Di masa lalu, kastil ini berada di wilayah Harima-no-kuni, Shikito-gun, Himeji.

Salah satu ciri khas utama kastil ini adalah plesteran putih yang mendominasi tembok-temboknya, dan itulah mengapa kastil ini sering disebut sebagai “istana burung kuntul putih” atau “Shirasagi-jō” dalam bahasa Jepang.

Apa yang membuat Himeji Castle begitu istimewa adalah bahwa kastil ini selalu selamat dari bencana.

Tidak pernah hancur akibat perang, gempa bumi, atau kebakaran.

Kastil ini masih bertahan dengan megahnya hingga saat ini.

Bahkan, kastil ini memiliki sejarah yang kaya, dengan usianya yang telah mencapai lebih dari 400 tahun!

Sejarah Himeji Castle yang Kaya

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Fahmi (@catperku)

Sesampainya di Himeji Castle, saya langsung terpesona oleh keindahan bangunan tersebut.

Kastil ini sudah ada sejak lebih dari 600 tahun yang lalu. Awalnya, itu dibangun sebagai titik pertahanan strategis di barat Kyoto.

Seiring berjalannya waktu, kompleks kastil ini berkembang menjadi lebih besar dan lebih kompleks.

Saat ini, ada lebih dari 80 bangunan yang terhubung oleh jalan setapak yang berkelok-kelok.

Perlu diingat bahwa kastil ini tidak hanya terdiri dari menara utama yang ikonik, tetapi juga berbagai bangunan lain yang sama pentingnya.

Pendiri Istana

Istana Himeji adalah salah satu peninggalan bersejarah yang memukau di Jepang.

Tapi, sebelum kita terjebak dalam keindahannya, mari kita lihat kembali sejarahnya yang kaya.

Pendirian Istana Himeji dapat ditelusuri kembali ke tahun 1346, pada zaman Istana Utara-Istana Selatan, oleh seorang bangsawan bernama Akamatsu Sadanori.

Saat itu, istana yang pertama kali dibangun di lokasi Gunung Hime, yang terletak di sebelah utara kota Himeji.

Namun, istana ini disebut lebih sebagai benteng karena ukurannya yang kecil.

Ada juga pandangan yang berpendapat bahwa Istana Himeji dalam bentuk bangunan besar yang bisa disebut sebagai “istana” mulai dibangun pada abad ke-16 oleh Kuroda Shigetaka dari klan Kodera yang memerintah daerah dataran rendah Harima.

Tetapi sejarah sesungguhnya dari benteng ini bermula pada tahun 1580 ketika Hashiba Hideyoshi (kemudian dikenal sebagai Toyotomi Hideyoshi), seorang sekutu kuat Oda Nobunaga, memilih Istana Himeji sebagai pusat kekuasaan untuk memerintah wilayah Harima.

Hideyoshi kemudian memutuskan untuk melakukan perbaikan besar-besaran pada istana, mengubahnya menjadi struktur yang menakjubkan dari luar.

Sayangnya, bangunan yang tersisa dan peninggalan arsitektur yang dapat kita lihat hari ini bukan berasal dari zaman Hideyoshi, melainkan dari masa pemerintahan Ikeda Terumasa, yang sering disebut sebagai “shogun negeri sebelah barat.”

Ikeda Terumasa memulai proyek pembangunan Istana Himeji pada tahun 1601 dan memerlukan waktu 8 tahun untuk menyelesaikannya.

Sejarah Himeji Castle

Sebelum memasuki zaman Azuchi-Momoyama, Istana Himeji telah mengalami beberapa perubahan kepemilikan.

Ada catatan sejarah yang menyatakan bahwa Istana Himeji awalnya dibangun oleh Akamatsu Norimura pada tahun 1336 di lokasi yang dulunya merupakan kuil Shomyoji yang juga dibangun oleh Akamatsu Sadanori.

Klan Yamana sempat menguasai istana ini untuk sementara waktu setelah klan Akamatsu mengalami kekalahan dalam Perang Kakitsu pada tahun 1441, yang berlangsung pada zaman Muromachi. Namun, klan Akamatsu berhasil merebut kembali istana tersebut selama Perang Onin.

Pada pertengahan abad ke-16, klan Kodera, yang masih memiliki hubungan dengan klan Akamatsu, berkuasa di dataran rendah Harima.

Kuroda Shigetaka dari klan Kodera diangkat sebagai penjaga istana, dan ada teori yang mengatakan bahwa pembangunan Istana Himeji dimulai pada saat itu.

Kuroda Shigetaka memperbaiki istana agar layak menjadi kediaman resmi pejabat, tetapi bangunan tersebut tetap dalam skala kecil jika dibandingkan dengan istana yang masih berdiri hari ini.

Hingga awal zaman Tensho, klan Kuroda terus mewariskan tugas menjaga istana ini dari generasi ke generasi, dimulai dari Shigetaka hingga Mototaka dan cucunya, Yoshitaka.

Pada tahun 1576, atas perintah Oda Nobunaga, Hashiba Hideyoshi (kemudian dikenal sebagai Toyotomi Hideyoshi) dikirim ke Harima.

Selama periode ini, Harima menjadi medan pertempuran sengit antara pasukan Oda dan pasukan pemberontak dari wilayah Chugoku yang dipimpin oleh klan Mori.

Pasukan Oda akhirnya memenangkan pertempuran ini, dan klan Kodera, yang berada di pihak klan Mori, menghadapi kemusnahan.

Sebagai hasilnya, klan Kodera harus bersekutu dengan Hideyoshi, yang kemudian memindahkan pusat kekuasaannya ke Istana Himeji pada tahun 1580.

Pada saat ini, Hideyoshi memulai pembangunan besar-besaran di istana ini, mengubahnya menjadi sebuah struktur yang mengesankan dengan model bangunan istana abad pertengahan dan memanfaatkan topografi Gunung Hime sebagai pusatnya.

Selama periode ini, tidak hanya istana yang diperbaiki, tetapi juga kota di sekitarnya yang mengalami pertumbuhan besar-besaran.

Himeji mulai disiapkan untuk menjadi pusat administratif wilayah Harima.

Jalan-jalan utama yang menghubungkan daerah-daerah penting juga diubah untuk melewati kota yang mengelilingi Istana Himeji.

Pada tahun 1583, Hideyoshi pindah ke Istana Osaka yang dibangunnya sendiri, dengan tujuan untuk menyatukan seluruh Jepang.

Istana Himeji lalu diserahkan kepada saudara laki-lakinya, Hashiba Hidenaga (kemudian dikenal sebagai Toyotomi Hidenaga).

Pada tahun 1585, Hidenaga dipindahkan ke Yamato Koriyama, dan penguasaan istana beralih kepada keponakannya, Kinoshita Iesada.

Pada tahun 1601, Iesada meminta untuk dipindahkan, dan dia dipindahkan ke wilayah Bichu (sekarang bagian barat Prefektur Okayama) dengan wilayah 25.000 koku.

Sebagai penggantinya, kepemilikan istana diberikan kepada Ikeda Terumasa, yang setelah memenangkan Perang Sekigahara, menerima wilayah 520.000 koku dan hak untuk memerintah wilayah Harima.

Di bawah kepemimpinan Terumasa, Istana Himeji mengalami perbaikan besar-besaran selama 8 tahun.

Zaman Edo

Zaman Edo adalah masa di mana penguasaan Istana Himeji mengalami perubahan yang cukup sering.

Pada tahun 1617, kepemilikan istana berpindah kepada Ikeda Mitsumasa, yang saat itu masih berusia muda.

Mitsumasa merasa kurang percaya diri untuk mengelola wilayah yang sangat penting ini, sehingga dia meminta dipindahkan ke Istana Tottori di Inaba.

Honda Tadamasa kemudian menjadi pemilik istana, tetapi dia meninggal dalam perang melawan wilayah Tottori.

Ketika Honda Tadamasa meninggal, wilayah Harima dan bencana akibat wabah penyakit serta bencana alam menimpa.

Wilayah ini kemudian diberikan kepada Ikeda Terumasa, yang sudah pensiun dan diberikan wilayah Okayama.

Terumasa meninggal pada tahun 1613, dan wilayah Himeji kemudian diberikan kepada putranya, Ikeda Terumasa (juga dikenal sebagai Ikeda Mitsumasa) yang menjadi pemilik istana sekali lagi.

Pada tahun 1617, Mitsumasa memutuskan untuk memerintah dari Okayama, dan kepemilikan istana beralih kepada putranya, Ikeda Toshitaka.

Toshitaka adalah pemilik istana yang terakhir, dan dia memerintah selama 19 tahun sebelum memutuskan untuk pindah ke Okayama.

Pada tahun 1681, kepemilikan istana beralih kepada pemerintah pusat, dan istana diberikan kepada Hosokawa Tadaoki, yang juga pernah menjadi pemilik istana sebelum Mitsumasa.

Selama zaman Edo, Istana Himeji digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai markas militer, pusat administratif, dan sebagai tempat tinggal penguasa wilayah.

Selama masa ini, istana mengalami beberapa perbaikan dan pemeliharaan, dan strukturnya tetap utuh.

Era Meiji hingga Sekarang

Pada tahun 1868, zaman Edo berakhir dan zaman Meiji dimulai, mengakhiri pemerintahan samurai di Jepang.

Dengan berakhirnya zaman samurai, pemerintah pusat mengambil alih kendali penuh atas istana-istana yang sebelumnya dimiliki oleh klan-klan samurai.

Hal ini juga terjadi di Istana Himeji, yang diserahkan kepada pemerintah pusat.

Pada tahun 1871, pemerintah pusat memutuskan untuk menghapus istana-istana Jepang yang sebagian besar tidak lagi diperlukan dan sulit untuk dipelihara.

Rencana tersebut mencakup penghancuran Istana Himeji.

Namun, berkat usaha keras dari seorang warga setempat yang disebut dengan nama Yasujiro Tanimura, penghancuran istana berhasil dihindari.

Tanimura berhasil mengumpulkan dana dari masyarakat setempat untuk membeli istana dari pemerintah pusat, dan pada tahun 1889, Istana Himeji secara resmi menjadi milik masyarakat setempat.

Selama abad ke-20, Istana Himeji mengalami pemugaran dan pemeliharaan yang ekstensif.

Selama Perang Dunia II, istana selamat dari kerusakan karena kota Himeji tidak menjadi sasaran serangan udara yang signifikan.

Pada tahun 1956, istana secara resmi menjadi situs bersejarah nasional, dan pada tahun 1993, Istana Himeji secara resmi ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Pemugaran dan pemeliharaan terus berlanjut hingga saat ini, termasuk pemugaran besar-besaran yang dimulai pada tahun 2009 dan selesai pada tahun 2015.

Pada tahun 2020, nama resmi istana diubah dari “Himeji-jo” menjadi “Himeji Castle” dalam bahasa Inggris untuk mempromosikan lebih luas sebagai tujuan wisata internasional.

Istana Himeji terus menjadi salah satu ikon budaya dan arsitektural Jepang yang paling penting dan populer, menarik pengunjung dari seluruh dunia untuk menikmati keindahannya yang abadi.

[ Baca Juga: Mengenang Kejayaan Era Shogun Jepang Di Kastil Nijo Kyoto ]

Keunikan Himeji Castle

Himeji Castle memiliki banyak keunikan yang membuatnya begitu istimewa:

1. Warisan Dunia

Kastil ini adalah salah satu dari dua belas kastil asli yang masih tersisa di Jepang.

Sebagai bagian dari warisan budaya dan sejarah Jepang, Himeji Castle merupakan tempat yang harus dikunjungi bagi siapa saja yang ingin memahami sejarah negeri Sakura ini.

2. Keindahan Sakura

Selain keindahan arsitekturnya, Himeji Castle juga terkenal karena lebih dari 1.000 pohon sakura yang mekar di kompleks istana setiap musim semi.

Ini adalah pemandangan yang luar biasa, dan banyak wisatawan lokal dan internasional datang ke sini untuk menikmati keindahan bunga sakura.

3. Terawat dengan Baik

Meskipun berusia lebih dari 400 tahun, Himeji Castle tetap terawat dengan sangat baik.

Pemerintah Jepang telah menjadikannya sebagai salah satu Pusaka Nasional Jepang.

Ini berarti bahwa struktur utamanya, termasuk menara utama dan menara kecil, tetap dalam kondisi yang sangat baik.

4. UNESCO World Heritage Site

Pada tahun 1993, UNESCO mengakui pentingnya Himeji Castle sebagai situs Warisan Dunia.

Hal ini mengukuhkan statusnya sebagai salah satu situs bersejarah yang paling berharga di dunia.

[ Baca Juga: Rekomendasi Tempat Wisata Di Kansai Area (Kyoto, Osaka, Himeji, Nara dan Sekitarnya) ]

Petualangan ke Himeji Castle

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Fahmi (@catperku)

Kebetulan, saya baru-baru ini berkesempatan untuk mengunjungi Himeji Castle saat saya berkunjung ke Kota Himeji.

Perjalanan ini benar-benar luar biasa, dan saya ingin berbagi pengalaman saya dengan kamu semua.

Elegansi Putih

Saat kamu mendekati kastil, yang pertama kali mencuri perhatian adalah warna putih bersih yang mendominasi tembok-temboknya.

Keanggunan dan keindahannya sungguh luar biasa. Aku merasa seolah-olah aku masuk ke dalam kisah zaman dulu Jepang.

Menara Utama yang Megah

Untuk dapat masuk ke dalam menara utama, kamu perlu membeli tiket masuk.

Harga tiket masuknya sekitar 1.000 yen.

Setelah membeli tiket, kamu akan masuk ke dalam bagian dalam istana.

Di dalam menara utama, kamu dapat menaiki tangga menuju lantai atas.

Istana Himeji Terlihat Dari Stasiun Himeji

Pemandangan yang Menakjubkan

Dari lantai atas, kamu akan memiliki pemandangan yang menakjubkan.

Kamu bisa melihat ke arah Himeji dan bahkan hingga ke kota.

Lantainya semakin ke atas semakin kecil, tetapi tetap menawarkan pemandangan yang luar biasa.

Di lantai atas, juga terdapat kuil kecil yang bisa kamu kunjungi.

Kebun Barat yang Indah

Selain bangunan utama, ada juga taman yang indah di sekitar Himeji Castle.

Taman Kokoen terdiri dari sembilan taman berbeda dengan gaya dari era Edo. Kamu bisa merasakan perubahan musim yang indah di sini.

Tur Perahu di Parit Goku-bori

Himeji Castle memiliki tiga parit asli, salah satunya adalah Parit Goku-bori.

Kamu bisa naik perahu di parit ini pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur.

Ini adalah pengalaman yang unik untuk melihat kastil dari sudut pandang yang berbeda.

Bunga Sakura yang Menakjubkan

Lebih dari 1.000 pohon sakura mekar di pelataran Himeji Castle setiap musim semi.

Ini adalah pemandangan yang sangat populer, tetapi juga sangat ramai.

Jika kamu ingin menghindari keramaian, mungkin sebaiknya kamu tidak mengunjungi saat puncak musim sakura.

[ Baca Juga: Japan Train : Cab Ride Video Akashi City To Himeji City ]

Konstruksi dan Susunan Bangunan Himeji Castle

Istana Himeji adalah sebuah keajaiban arsitektur yang terletak di tengah-tengah dataran, menjulang di atas gunung Hime di Jepang.

Ini adalah contoh sempurna dari istana hirayamajiro, yang berarti istana yang dibangun di atas dataran datar.

Susunan bangunannya sangat kompleks dan dirancang dengan teliti untuk tujuan pertahanan, serta menunjukkan keindahan dan kemegahan yang memikat.

Pusat dari Istana Himeji adalah menara utama, yang terletak persis di tengah-tengah kompleks istana.

Ini adalah bangunan ikonik yang memiliki lima lapis atap dan disebut juga sebagai “tenshu.”

Istana ini memiliki tujuh lantai (enam lantai di atas tanah dan satu lantai bawah tanah) dan mencapai tinggi keseluruhan sekitar 46 meter 36 cm jika diukur dari sisi selatan menara.

Menara ini adalah salah satu menara istana yang konstruksinya masih asli dan menampilkan penampilan yang sama seperti zaman Edo, menjadikannya salah satu monumen bersejarah yang sangat penting.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Fahmi (@catperku)

Selain menara utama, Istana Himeji juga memiliki tiga menara kecil yang disebut Menara Barat, Menara Inui, dan Menara Timur.

Ketiga menara kecil ini dihubungkan oleh Watari-yagura, yang merupakan bangunan penghubung antara menara yang satu dengan yang lainnya.

Penggunaan Watari-yagura sebagai penghubung antar menara adalah metode arsitektur yang dikenal dengan nama “Renritsu.”

Menara-menara ini memiliki desain arsitektur yang sangat kaya dan beragam, mencakup Kara-hafu (bubungan berlengkung), Chidori-hafu (bubungan buku terbuka), dan O-Chidorihafu (variasi Chidori-hafu dengan atap berlapis-lapis). Bubungan ini menciptakan tampilan yang indah dan ikonik bagi istana.

Selain itu, Menara Barat memiliki jendela unik yang disebut Katomado, yang memiliki bentuk seperti genta.

Jendela ini juga dapat ditemui di beberapa istana lain, seperti Istana Hikone.

Keseluruhan konstruksi menara Istana Himeji dirancang untuk memberikan perlindungan dari serangan musuh, dengan tembok yang tahan api dan tahan peluru, serta keindahan yang menakjubkan.

Susunan bangunan di Istana Himeji mengikuti pola spiral yang berputar sebanyak tiga kali berlawanan arah jarum jam.

Putaran pertama disebut Uchiguruwa, yang merupakan zona dalam. Putaran kedua adalah Nakakuruwa, zona tengah, dan putaran ketiga disebut Sotokuruwa, zona luar.

Saat ini, hanya zona Uchikuruwa yang masih ada, dan ini adalah kompleks utama dari Istana Himeji. Zona-zona lainnya telah menjadi wilayah Sogamae, yang melingkari kota sekitarnya.

Zona Uchikuruwa terdiri dari lima lapisan yang berbeda, yaitu Honmaru (wilayah utama), Ninomaru (wilayah sekunder), Sannomaru (wilayah tertier), Nishinomaru (wilayah sebelah barat), dan Demaru (kantor pemelihara istana).

Di dalam zona Uchikuruwa, terdapat juga zona-zona lain seperti Mizukuruwa, Koshikuruwa, dan Obikuruwa. Setiap zona dipisahkan dengan pintu-pintu gerbang yang memiliki nama berdasarkan susunan hiragana “i-ro-ha,” seperti I-no-Mon, Ha-no-Mon, dan sebagainya.

Lorong-lorong dan Pintu Gerbang Himeji Castle

Salah satu fitur yang mencolok dalam arsitektur Istana Himeji adalah jaringan lorong-lorong yang rumit.

Lorong-lorong ini dirancang seperti labirin, dengan berbagai belokan tajam dan perubahan lebar, yang bertujuan untuk menghambat musuh yang mencoba mendekati menara utama.

Mereka juga memiliki pintu gerbang yang sangat sempit, sehingga hanya bisa dilewati satu orang pada satu waktu.

Pintu-pintu gerbang ini juga dibangun di tempat-tempat yang tidak terduga dan dirancang untuk tidak mudah terlihat oleh musuh, sehingga dapat menahan musuh di pintu gerbang dan menghalangi mereka melanjutkan serangan.

Misalnya, pintu gerbang Ru-no-Mon memiliki pintu gerbang model Uzumimon yang dapat disembunyikan dengan timbunan tanah, pasir, dan kerikil sehingga musuh tidak dapat melihatnya dengan mudah.

Ketika musuh mencapai lorong ini, mereka dapat menghadapi serangan tiba-tiba dari pintu gerbang yang tidak terlihat, yang pastinya akan membingungkan dan mengacaukan mereka.

Selain itu, ada taktik lain yang digunakan, yaitu menggiring musuh ke lorong buntu lalu menyerang mereka dari sisi kanan dan kiri, menjebak mereka di lorong yang sempit dan memaksa mereka untuk kocar-kacir. Semua ini adalah bagian dari desain yang cermat untuk pertahanan Istana Himeji.

Pemandangan Luar Bangunan Utama Himeji Castle

Pemandangan Luar Bangunan Utama Himeji Castle

Di luar bangunan utama, ada sejumlah fasilitas pertahanan yang menunjukkan betapa telitinya perencanaan pertahanan Istana Himeji.

Tembok-tembok istana memiliki berbagai lubang kecil yang berbentuk bulat, segitiga, dan persegi empat.

Lubang-lubang ini disebut “sama,” yang digunakan sebagai celah untuk menembak dan membidik musuh.

Lubang persegi empat digunakan untuk menembakkan panah, sementara lubang lain digunakan untuk senapan.

Ini adalah bagian dari pertahanan bersama dengan lorong-lorong dan pintu gerbang yang dirancang untuk memberikan perlindungan penuh terhadap musuh yang berusaha menyerang Istana Himeji.

Tembok-tembok istana juga memiliki fitur unik lainnya, seperti tembok Aburakabe yang terbuat dari tanah yang dipekeraskan.

Tembok ini memiliki warna alami coklat tanah dan dibiarkan tanpa plesteran shikkui putih seperti tembok-tembok lainnya.

Sejarah dan alasan pasti mengapa tembok Aburakabe dibuat seperti ini masih menjadi misteri, tetapi beberapa teori menunjukkan bahwa ini bisa menjadi peninggalan dari zaman Hideyoshi.

Selain itu, ada menara yang disebut Harakirimaru, yang terletak di sebelah tenggara menara utama.

Julukan menara ini berasal dari suasana suram dan gelap di sekitar sumur-sumur yang ada di wilayah Koshikuruwa.

Meskipun tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa ritus harakiri pernah dilakukan di sini, namanya tetap melekat karena suasana yang suram di sekitarnya.

Selain keunggulan pertahanan, Istana Himeji juga menunjukkan estetika dalam detail-detailnya.

Misalnya, saat membuat genteng, lambang keluarga pemilik istana diukir pada genteng nok ujung yang digunakan pada atap bangunan dan tembok pagar.

Ini adalah cara yang indah untuk menunjukkan identitas dan memperindah atap-atap istana.

Tempat Kediaman Pemilik Istana

Selama masa penguasaan istana oleh berbagai klan dan pemilik yang berbeda, tempat kediaman pemilik istana juga mengalami perubahan.

Pada era Ikeda Terumasa, tempat kediaman pemilik istana disebut Bizenmaru, yang terletak di wilayah Honmaru di bawah menara utama.

Pada masa itu, Ikeda Terumasa diketahui tinggal di Bizenmaru.

Namun, pemilik istana berikutnya, Honda Tadamasa, memilih untuk tinggal di istana utama yang dibangun di wilayah Sannomaru, karena lokasi Bizenmaru di atas gunung dianggap tidak praktis.

Selanjutnya, pemilik istana juga tinggal di istana utama atau di rumah kediaman Nishi-yashiki yang terletak di Shi-no-Hashi-Mon, yang merupakan wilayah Nakakuruwa.

Sakakibara Masamine, yang merupakan pemilik istana pada era Tokugawa Yoshimune, bahkan membebaskan Takao Dayu, seorang wanita penghibur dari distrik lampu merah Yoshiwara, dan menempatkannya di rumah kediaman Nishi-yashiki.

Lokasi rumah kediaman ini sekarang menjadi Taman Koko-en, yang berlokasi di sebelah barat istana.

Ini adalah salah satu taman yang indah di Himeji, dan mengingatkan kita akan bagian-bagian sejarah yang tak ternilai dari Istana Himeji.

Sekarang, taman yang luas ini digunakan sebagai tempat bersantai warga kota Himeji di akhir pekan dan sering digunakan untuk berbagai acara dan pertunjukan.

Ini juga menampilkan taman bunga Peony Putri Sen yang menempati bekas reruntuhan istana utama di wilayah Sannomaru.

Hal ini menciptakan suasana yang indah di sekitar istana dan melengkapi pengalaman wisatawan yang berkunjung ke Istana Himeji.

Dengan semua fitur menakjubkan ini, Istana Himeji tidak hanya sebuah bangunan bersejarah yang indah, tetapi juga sebuah monumen pertahanan yang cermat dan detail dalam arsitektur yang mempesona.

Ini adalah contoh yang luar biasa dari bagaimana kreativitas manusia dapat menyatu dengan pertimbangan praktis untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa dan tak terlupakan.

[ Baca Juga: Itinerary Liburan Musim Gugur Di Jepang – Kuliner, Wisata Alam! ]

Peta Lokasi Dan Cara Pergi Menuju ke Himeji Castle

Perjalanan ke Himeji Castle sangat mudah.

Kastil ini terletak sekitar satu kilometer dari Stasiun Himeji.

Kamu bisa berjalan kaki selama sekitar 15 hingga 20 menit dari stasiun, atau jika kamu ingin lebih nyaman, kamu bisa naik bus selama 5 menit.

Aku memilih untuk berjalan kaki karena ingin menikmati pemandangan sekitar dan merasakan atmosfer kota.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Fahmi (@catperku)

Cerita-cerita Rakyat seputar Istana Himeji

Istana Himeji, selain menjadi salah satu monumen bersejarah terkenal di Jepang, juga memiliki beragam cerita-cerita rakyat yang menambah warna dan misteri pada sejarahnya.

Dalam bagian ini, kami akan menjelajahi beberapa cerita-cerita rakyat yang mengelilingi Istana Himeji, yang menambah pesona dan keajaiban tempat ini.

Dewa Pelindung Osakabe-myojin (刑部明神)

Di lantai paling atas menara utama Istana Himeji terdapat sebuah altar yang didedikasikan untuk dewa pelindung istana, yang dikenal sebagai Osakabe-myojin.

Dewa ini memiliki peran penting dalam melindungi istana dan penduduknya.

Legenda menceritakan bahwa dewa Osakabe-myojin menjaga Istana Himeji dari berbagai bahaya dan musibah.

Cerita ini memperkuat ikatan spiritual antara istana dan penduduknya dengan dewa pelindungnya.

Orang-orang datang ke altar ini untuk berdoa agar istana dan kota terlindungi dari bencana dan musuh.

Ini adalah contoh bagaimana kepercayaan agama Shinto dan budaya Jepang yang kaya terkait erat dengan istana-istana bersejarah seperti Istana Himeji.

Miyamoto Musashi Menaklukkan Monster

Salah satu cerita yang paling menarik dan penuh misteri adalah legenda tentang Miyamoto Musashi, seorang legenda samurai Jepang, yang dikatakan telah menaklukkan sejenis monster di Istana Himeji.

Namun, ada catatan sejarah yang menunjukkan bahwa zaman Miyamoto Musashi dan zaman pembangunan Istana Himeji tidak saling bersinggungan, sehingga cerita ini lebih mirip legenda daripada fakta sejarah.

Menurut cerita, pada suatu malam, Musashi dipanggil untuk menghadapi monster mengerikan yang muncul di menara utama Istana Himeji.

Dengan kepandaian pedangnya, Musashi berhasil mengusir monster tersebut dan menyelamatkan istana.

Sebagai ucapan terima kasih, dewa pelindung Osakabe-myojin muncul dalam bentuk seorang putri dan memberikan Musashi sebilah pedang istimewa yang diukir dengan nama pandai besi pembuatnya, Go-yoshihiro.

Meskipun cerita ini penuh dengan elemen keajaiban dan heroisme, kenyataannya, keberadaan Miyamoto Musashi dan pembangunan Istana Himeji berlangsung pada periode yang berbeda.

Namun demikian, legenda ini menambahkan daya tarik dan misteri pada kisah Istana Himeji, serta menggambarkan nilai keberanian dan kemampuan seorang samurai yang luar biasa.

Ubagaishi (Batu si Nenek)

Legenda Ubagaishi, atau “Batu si Nenek,” adalah salah satu cerita yang menggambarkan kerelaan dan kebaikan hati masyarakat dalam mendukung pembangunan Istana Himeji.

Cerita ini berkisah tentang Hashiba Hideyoshi, seorang penguasa feodal Jepang, yang menghadapi kesulitan dalam mengumpulkan batu-batu untuk membangun menara beratap tiga susun di gunung Hime.

Di tengah kesulitan ini, seorang nenek miskin yang berjualan kue mochi panggang di bawah istana mendengar kabar tentang kesulitan Hashiba Hideyoshi.

Tanpa ragu, nenek tersebut menyumbangkan batu gilingan yang sudah tidak digunakan lagi kepada Hideyoshi.

Kegenerositan nenek ini menjadi contoh bagi banyak orang, dan berita tentang sumbangan batu dari masyarakat yang bersatu untuk membangun istana menyebar luas.

Sumbangan batu tersebut tidak hanya terbatas pada batu gilingan, tetapi juga mencakup peti-peti mati yang terbuat dari batu yang digunakan sebagai bagian dari tembok istana.

Jejak dari sumbangan-sumbangan ini bahkan masih dapat ditemukan dalam bentuk batu-batu yang terdapat di sebelah utara Menara Inui, mengingatkan kita akan kerelaan dan semangat gotong royong dalam sejarah pembangunan Istana Himeji.

Legenda Tukang Kayu Sakurai Genbei

Legenda tentang Sakurai Genbei adalah cerita yang menyoroti standar keunggulan yang diterapkan dalam pembangunan Istana Himeji.

Setelah menyelesaikan pekerjaan pembangunan menara istana, kepala tukang kayu bernama Sakurai Genbei dan istrinya memutuskan untuk mengunjungi istana yang baru selesai mereka bangun. Namun, apa yang terjadi selanjutnya sangat mengejutkan.

Saat Genbei dan istrinya tiba di menara utama Istana Himeji, sang istri tiba-tiba berkomentar bahwa menara ini terlihat sedikit miring ke arah tenggara.

Komentar sederhana ini mengguncang Genbei hingga ke inti. Dia tidak pernah menduga bahwa istrinya, yang bukan seorang ahli dalam konstruksi bangunan, akan memperhatikan ketidaksempurnaan struktural menara tersebut.

Terkejut dan merasa malu, Genbei menggigit pahat perkakas kebanggaannya dan tanpa ragu memanjat menara utama Istana Himeji.

Di puncak menara, dengan rasa malu dan keputusasaan, Genbei memutuskan untuk melakukan tindakan drastis. Ia terjun bebas dari menara utama dan mengakhiri hidupnya.

Cerita ini memberikan gambaran tentang standar keunggulan yang tinggi yang diterapkan dalam pembangunan Istana Himeji.

Bahkan tukang kayu terampil sekalipun tidak dapat mentoleransi ketidaksempurnaan dalam konstruksi bangunan tersebut. Seiring berjalannya waktu, ketidaksempurnaan ini diperbaiki, dan menara utama Istana Himeji menjadi salah satu struktur yang paling presisi dan indah dalam sejarah arsitektur Jepang.

Banshu Sara-yashiki

Banshu Sara-yashiki adalah cerita hantu yang terkait dengan Istana Himeji, dan seperti banyak cerita hantu Jepang, ia memiliki elemen-elemen misteri dan ketegangan.

Cerita ini menceritakan tentang seorang pembantu wanita bernama O-kiku yang bekerja di istana. O-kiku dituduh memecahkan piring pusaka yang sangat berharga, dan sebagai hukumannya, dia dihukum mati dan mayatnya dibuang ke dalam sebuah sumur tua di Istana Himeji.

Di malam yang gelap dan sunyi, dari dalam sumur tua tersebut terdengar suara hantu O-kiku yang menghitung piring-piring yang dia dituduh pecahkan satu per satu.

Suara ini mengisi udara dengan atmosfer mencekam dan menakutkan. Meskipun kebenaran cerita ini masih menjadi perdebatan, sumur tua bernama O-kiku di wilayah Honmaru Istana Himeji memang nyata ada.

Hal ini menambahkan elemen misteri pada cerita ini dan membuat pengunjung Istana Himeji merasa tegang ketika berada di sekitar wilayah tersebut.

Himeji Castle Digunakan Sebagai Lokasi Shooting Film

Istana Himeji juga memiliki sejarah panjang sebagai tempat syuting berbagai film, terutama film-film samurai.

Kemiripannya dengan Istana Edo, yang sering digambarkan dalam film-film Jepang klasik, menjadikannya latar yang sempurna untuk kisah-kisah samurai.

Beberapa film terkenal yang menggunakan Istana Himeji sebagai lokasi syuting meliputi seri televisi seperti “Abarenbo Shogun,” “Mito Komon,” dan “Oku.”

Namun, dalam sejarah penggunaan Istana Himeji sebagai lokasi syuting, terjadi satu peristiwa tragis yang tidak boleh dilupakan.

Pada tahun 1937, selama pengambilan gambar film samurai di dalam lingkungan istana, terjadi kecelakaan yang menyebabkan korban jiwa.

Sebuah batu yang terpental akibat ledakan selama syuting mengenai seorang kru film, menimbulkan kecelakaan yang tragis ini.

Peristiwa ini menjadi kenangan pahit dalam sejarah penggunaan Istana Himeji sebagai lokasi syuting film.

Selain itu, Istana Himeji juga memiliki hubungan dengan film-film internasional.

Salah satu film terkenal yang melibatkan Istana Himeji adalah “James Bond 007: You Only Live Twice.” Dalam film ini, James Bond mendarat dari helikopter di lapangan Sannomaru.

Proses pengambilan gambar ternyata tidak berjalan lancar. Beberapa bagian dinding istana rusak akibat lemparan shuriken, senjata tradisional ninja.

Akibatnya, permintaan untuk menggunakan Istana Himeji sebagai lokasi syuting film luar negeri selalu ditolak.

Terakhir, Istana Himeji juga tampil dalam sebuah film dokumenter televisi NHK berjudul “Project-X.”

Episode ini mengisahkan perbaikan besar-besaran yang dilakukan pada Istana Himeji pada zaman Showa.

Tayangan ini memberikan wawasan yang mendalam tentang pelestarian dan pemugaran istana bersejarah ini.

Dengan sejarah panjangnya sebagai lokasi syuting film dan penggambaran dalam berbagai kisah rakyat dan legenda, Istana Himeji memiliki peran khusus dalam dunia perfilman dan budaya pop Jepang.

Tentunya, cerita-cerita rakyat dan penggunaan Istana Himeji sebagai lokasi film menambahkan lapisan kompleks dalam pemahaman tentang tempat ini.

Selain menjadi sebuah bangunan bersejarah yang megah, istana ini juga menjadi tempat di mana imajinasi dan realitas, mitos dan fakta, tumpang tindih dan menciptakan daya tarik yang tak terelakkan bagi para pengunjungnya.

Kesimpulan

Kunjungan ke Himeji Castle adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Keindahan arsitektur, kekayaan sejarah, dan pesona alamnya membuatnya menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Jepang.

Jadi, jika kamu berencana pergi ke Jepang, jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi keindahan Himeji Castle. Aku jamin kamu tidak akan kecewa!


Rijal Fahmi Mohamadi

Rijal Fahmi Mohamadi

Fahmi adalah seorang Digital Marketer, Travel Enthusiast, Geek Travel Blogger dari Indonesia penulis catperku.com, Penulis Buku perjalanan Traveling The Traveler Notes Bali The Island Of Beauty dan The Traveler Notes Bersenang-Senang di Bali, Bertualang di Lombok. Pernah disebutkan, mentioned in Lonely Planet Indonesia 2019 as Best in Blogs. Mau menyapa saya? Kunjungi media sosial pribadi saya, atau hubungi lewat email [email protected] jika Anda ingin mengajak saya bekerja sama dan berkolaborasi.
https://catperku.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *